Bojongkokosan, Parungkuda, Sukabumi
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP48Fadhillah (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 26 Mei 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 27 April 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP48Fadhillah (Kontrib • Log) 3850 hari 415 menit lalu. |
Bojong Kokosan adalah desa di kecamatan Parung Kuda, Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia.[1] Kode pos untuk desa bojong kokosan adalah 43357.[2] Desa Bojongkokosan merupakan desa pemekaran, yang sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Desa Kompa, seiring dengan perkembangan jaman, jumlah penduduk semakin bertambah, maka atas dasar itulah para tokoh masyarakat berinisiatif untuk memekarkan desa menjadi dua yaitu Desa Asal (Desa Kompa) dan Desa pemekaran (Desa Bojongkokosan).[3] Pada bulan Desember 1945, Desa bojong kokosan menjadi tempat terjadinya Peristiwa perang konvoi dan merupakan perang konvoi pertama (The Firs Convoy Battle) dan merupakan cikal bakal dari peristiwa Bandung Lautan APi.[1]
Bojong Kokosan | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Sukabumi | ||||
Kecamatan | Parung Kuda | ||||
Kode Kemendagri | 32.02.13.2006 | ||||
Luas | - | ||||
Jumlah penduduk | - | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Pertempuran Bojong Kokosan
Pada 9 Desember pasukan Inggris yang berintikan tentara Ghurka bersama dengan pasukan Belanda dengan NICA berusaha masuk ke SUkabumi dan dihadang gabungan pasukan pejuang. Penghadangan ini menyebabkan terjadinya pertempuran sengit yang dikenal dengan nama Pertempuran Bojong Kokosan.[4] Penghadangan sepanjang 81 Km mulai dari Cigombong (Bogor) sampai Ciranjang (Cianjur) telah mengakibatkan banyak korban dari kedua belah pihak : pihak sekutu : 50 orang meninggal, 100 orang luka berat dan 30 orang menyerah. Koraban di pihak pejuang : 73 orang meninggal sedangkan perang konvoi kedua pada tanggal 10 sampai dengan 14 maret 1946. Maksud konvoi tentara sekutu tersebut adalah untuk : Mengambil interniran (tawanan) Jepang di daerah Sukabumi dan sekitarnya Memberikan bantuan ke Bandung yang pada saat itu sedang terjadi pergolakan antara pihak pemuda dengan tentara sekutu di Bandung. Menjagai kelancaran hubungan jalan darat antara Bogor – Sukabumi – Cianjur. Peristiwa Bojongkokosan merupakan salah satu faktor penyebab dari pada peristiwa Bandung Lautan Api, 24 Maret 1946. Hal ini disebabkan karena ditinjau dari strategi Nasional daerah jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi-Bandung, merupakan urat nadi kekuatan Sekutu untuk menguasai daerah yang dilalui jalur tersebut.[1]
Pertempuran bojong kokosan berawal dari berita yang diterima para pejuang Sukabumi di Pos Cigombong. Ada serombongan truk konvoi sekutu menuju Sukabumi. Mendengar berita itu, Kompi III pimpinan Kapten Murad dan laskar rakyat Sukabumi segera menduduki tempat pertahanan di pinggir (tebing) utara dan selatan jalan di Bojongkokosan. Barisan pejuang yang terlibat dalam peristiwa Bojongkokosan diperkuat senjata rampasan dari tentara Jepang. Selain penghadangan laju kendaraan pasukan Sekutu dilakukan pasukan TKR, laskar rakyat seperti Barisan Banteng pimpinan Haji Toha, Hisbullah pimpinan Haji Akbar dan Pesindo spontan ikut bergabung. Selepas salat Ashar, konvoi tentara sekutu datang dari arah Bogor. Mereka diperkuat dengan puluhan tank, panser wagon, dan truk berisi ribuan pasukan Gurkha. Konvoi itu masuk garis pertahanan TKR. Saat mendekati tebing Bojongkokosan, pejuang dan rakyat melepaskan tembakan. Pasukan TKR dan laskar rakyat melakukan penyerangan secara sporadis. Menyadari ada serangan, pasukan sekutu bersenjatakan peralatan perang modern melakukan pembalasan. Mereka membombadir pertahanan pejuang dengan tank baja dan senapan mesin. Balasan serangan sekutu membuat pertahanan pejuang menjadi sasaran lesatan peluru dan mortir. Para pejuang berhasil lolos setelah beberapa jam melakukan penyergapan. Mereka meloloskan diri dari serangan balasan setelah hujan deras disertai kabut mengguyur kawasan itu. Melihat pejuang berhasil lolos, pasukan sekutu marah dan menyerang dengan membabi buta. Karena tidak terima, pejuang dan laskar rakyat kembali melakukan penyerangan terhadap konvoi tentara sekutu yang diboncengi tentara Belanda.
Pertempuran kembali terjadi di sepanjang jalan Bojongkokosan hingga perbatasan Cianjur seperti Ungkrak, Selakopi, Cikukulu, Situawi, Ciseureuh hingga Degung. Perang juga meluas hingga lintasan Ngaweng, Cimahpardi, Pasekon, Sukaraja, hingga Gekbrong di perbatasan Sukabumi-Cianjur. Tentara sekutu yang dalam perjalanan ke Bandung itu dibuat gentar. Akhirnya komandan sekutu mengajak berunding dengan pemimpin TKR dan pemerintah setempat. Diwakili Komadan Resimen III, Letnan Kolonel (Letkol) Edi Sukardi, akhirnya disetujuilah usulan gencatan senjata. Hanya saja, gencatan senjata hanya berlangsung sehari. Tentara sekutu melakukan tindakan tidak terpuji. Tepat 10 Desember 1945, tentara sekutu kembali membombardir Kecamatan Cibadak. Pengeboman itu tercatat dalam majalah Belanda Fighting Cocks karangan Kolonel Doulton. Serangan pesawat-pesawat tempur itu bahkan tercatat sebagai yang terbesar sepanjang Perang Dunia II. Sekutu melakukan pengeboman udara setelah mengetahui puluhan tetaranya tewas di tangan pejuang dan rakyat” Pada persitiwa itu, 73 pejuang gugur (nama-nama pejuang sebagian tercatat di museum bojongkokosan). Selama dua jam, para pehlawan gagah berani itu menyergap konvoi militer Inggris yang dikawal beberapa tank jenis Stuart. Konvoi dihadang pasukan Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat Sukabumi.
Tercatat, 50 orang pasukan sekutu (Inggris) meregang nyawa, 100 lainnya terluka, dan 30 tentara hilang. Tidak hanya merengut nyawa pejuang, perang Bojongkokosan juga menewaskan dan melukai ratusan rakyat sipil. Ratusan rumah hancur setelah Angkatan Udara Inggris (Royal Air Force) melakukan serangan balasan. Sekutu mengebom beberapa desa di Kompa, Parungkuda, dan Cibadak hingga luluhlantak dan rata dengan tanah.[5] pertempuran Bojong Kokosan membawa efek yang besar terhadap keikutsertaan tentara Sekutu di Indonesia dimata publik dalam negeri Inggris sendiri dan dibahas dalam kongres parlemen dimana mayoritas publik dan parlemen Inggris menolak Inggris terlibat lebih lanjut dalam pertempuran Indonesia dengan Belanda dan menghormati keinginan rakyat Indonesia untuk merdeka seperti yang terjadi dalam persitiwa 10 November 1945 di Surabaya 1 bulan sebelumnya dan salah satu faktor yang mempersingkat kehadiran tentara sekutu di Indonesia.[6]
Palagan Bojong Kokosan
Dalam rangka mengenang peristiwa heroik bersejarah itulah, site Museum dan Monumen Bojongkokosan dibuat. Pembangunan Palagan Perjuangan 1945 Bojongkokosan dilakukan secara swa kelola, sesuai dengan surat Ketua Umum Panitia Pemugaran Monumen Perjuangan 1945 no 20 PPM-BK/XII/1992, dianggarkan dalam APBD Pembangunan Perda Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat tahun anggaran 1991/1992, dengan otorisasi pembangunan no.922/314/p.OC.9.3/Keu/91-92 tanggal 7 Januari 1992. Museum ini diresmikan pada 13 November 1992 oleh R.Moh.Yogie Suardi Memet (Gubernur Jawa Barat 1985 – 1993). Koleksi utama museum ini adalah diorama, puing pesawat RAF, senjata laras panjang Len Enviel, senjata laras pendek VOC, Helmet Pasukan Sekutu dan TKR, pedang dan golok pasukan Kelaskaran Rakyat.[7]
Koleksi Museum
Museum palahan memilki beberapa koleksi yang terbagi dalam dua ruang pameran, yaitu:
- Ruang Pameran I
Pada ruang pameran I terdapat 4 (empat) buah vitrin dan baling-baling dan kaca jendela pesawat serta foto dan nama –nama pahlawan yang gugur di medan perang dalam peristiwa Bojongkokosan.
- Ruang Pameran II
Pada ruang pameran II terdapat: Miniatur masterplan Palagan Bojongkokosan yang berada di tengah-tengah ruangan. Terdapat 7 Minirama (maket) yang menggambarkan tentang peristiwa di Bojongkokosan. Masing- masing menggambarkan dan diberi judul :
- Penyusunan Kekuatan
- Musyawarah untuk melakukan tindakan
- Penyerbuan ke Perkebunan Cirohani
- Pertempuran Bojongkokosan
- Pemboman Cibadak oleh Angkatan Udara Kerajaan Inggris
- Pengusungan Jenazah dan yang luka-luka, dan Minirama
- Pemakaman Jenazah para Pahlawan.[5]
Lokasi Palagan
Museum palagan Bojong kokosan berada di Jalan Raya Siliwangi Kilometer 57 Nomor 26, Desa Bojong Kokosan. Palagan ini termasuk kedalam kecamatan Parung Kuda Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.[1]
Referensi
- ^ a b c d (Indonesia) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. "Situs Museum Palagan Bojong Kokosan". Diakses tanggal 12 Mei 2014.
- ^ (Indonesia) Organisasi. "Daftar Nama Kecamatan dan Kelurahan di Kabupaten SUkabumi". Diakses tanggal 12 Mei 2014.
- ^ (Indonesia) Bojong Kokosan. "Sejarah". Diakses tanggal 12 Mei 2014.
- ^ (Indonesia) Drs. ANwar Kurnia & Drs. H. Moh. Suryana (2007). "Sejarah". 1: 32. Diakses tanggal 12 Mei 2014.
- ^ a b (Indonesia) Iwan Sumatri. ""73 Pejuang Bojong Kokosan" Pahlawan Sukabumi yang terlupakan". Diakses tanggal 12 Mei 2014.
- ^ (Indonesia) Bogor Heritage. "Bojong Kokosan Sejarah Perjuangan Rakyat Sukabumi". Diakses tanggal 12 Mei 2014.
- ^ (Indonesia) Asosiasi Museum Indonesia. "Museum Palagan Perjuangan 1945 Bojong Kokosan". Diakses tanggal 12 Mei 2014.