Yansenisme
Yansenisme adalah gerakan teologis dan spiritual yang berciri keras dalam hal moral dan bersikap pesimis memandang keadaan manusia.[1] Nama Yansenisme berasal dari Kornelius Otto Yansen yang pada tahun 1636 diangkat menjadi uskup Ypres, Belgia.[1] Bersama dengan kawannya yang bernama Jean Duvergier de Hauranne, abbas St. Cyran, ia berkeinginan untuk mendorong diadakannya pembaruan sejati dalam bidang ajaran dan moral Katolik.[1] Karena Protestantisme seringkali merujuk pada Santo Agustinus dari Hippo, Yansen mempelajari tulisan-tulisannya dengan teliti, khususnya yang melawan Pelagius.[1] Dalam tulisannya berjudul Agustinus (1640) yang diterbitkan sesudah kematiannya, Yansen antara lain menyatakan bahwa rahmat Allah tidak dapat tidak menentukan pilihan-pilihan bebas kita dan bahwa tanpa rahmat khusus kita tidak dapat menaati perintah-perintah Allah.[1] Lima dalil yang berasal dari tulisan Yansen berjudul Agustinus itu secara resmi ditolak.[1] Pada tahun 1653 Yansenisme dilarang secara resmi dan sejak itu Yansenisme ditindas.[1][2] Kaum Yansenisme takluk kembali kepada Paus.[2] Meskipun para pengikut Yansenisme menekankan kekuatan rahmat Allah, mereka mengajarkan hidup atas dasar patokan moral yang keras dan menganut pendekatan yang sangat rumit dalam penerimaan sakramen-sakramen.[1]
Rujukan
- ^ a b c d e f g h (Indonesia)O'Collins, Gerald (1991). Kamus Teologi. Penerbit Kanisius. hlm. 353,354. ISBN 979-497-524-9.
- ^ a b Wellem, F.D. (2003). Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja. BPK Gunung Mulia. hlm. 193.