Lokomotif CC200

salah satu lokomotif diesel-elektrik di Indonesia

Lokomotif CC200 adalah lokomotif diesel pertama di Indonesia [3], buatan pabrik General Electric tahun 1953. Lokomotif diesel elektrik dengan berat 96 ton ini dipesan oleh Indonesia sebanyak 27 buah. Lokomotif CC200 yang tersisa sekarang berada di Dipo Lokomotif Cirebon yaitu CC20015 yang masih dirawat dengan baik untuk dilestarikan. Dua "saudara" terakhirnya, CC 200 08 dan CC 200 09 sudah dikirim ke Balai Yasa Yogyakarta setelah dinyatakan pensiun.

Lokomotif CC200
CC 200 15 di Depo Traksi Cirebon, 2006
Jenis dan asal
Sumber tenagaDiesel elektrik
ProdusenGeneral Electric, Amerika Serikat
Nomor seriCC200
ModelAlco-GE UM 106T
Tanggal produksi1953
Jumlah diproduksi27 buah
Data teknis
Konfigurasi:
 • AARC-2-C
 • UICCo'2'Co'
Lebar sepur1067
Diameter roda908 mm (2,979 ft)
Jari-jari lengkung terkecil140 m (460 ft)
Jarak gandar3.610 mm (11,84 ft)
Panjang17.000 mm (56 ft)
Lebar2.819 mm (9,249 ft)
Tinggi3.651 mm (11,978 ft)
Kapasitas bahan bakar1.900 l (1,9 m3)
Kapasitas pelumas750 l (0,75 m3)
Kapasitas pendingin900 l (0,90 m3)
Kapasitas bak pasir600 l (0,60 m3)
MesinALCO 244E
Jenis mesin4 langkah
Motor traksi6 buah, GE 761
Rem lokomotifUdara tekan
Performansi
Daya mesin1.750 hp (1.300 kW)
Karier
LokalDaerah Operasi III Cirebon
Mulai dinas1953
Terakhir dinas2007, untuk lokomotif CC200 08-09
KeadaanHanya satu yang beroperasi: CC200 15.
Catatan kaki:[1] [2]

Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 1750 HP dengan susunan gandar lokomotif ini adalah Co' 2' Co' artinya, lokomotif ini memiliki dua bogie penggerak masing-masing dengan 3 gandar penggerak dengan 6 motor traksi dan satu bogie idle yang terdiri dari 2 pasang roda.

Sejarah[4]

Setelah Perang Kemerdekaan usai tahun 1949, kondisi perkeretaapian Indonesia rusak. Untuk memperbarui sarana KA yang sudah tua dan rusak akibat perang, maka DKA memesan sarana KA yang baru, berikut berbagai jenis lokomotif diesel, lokomotif uap, kereta penumpang dan gerbong barang.

CC 200 adalah salah satu contoh. Rencana pengoperasian lokomotif diesel sudah ada sejak zaman Staatspoorwegen, diwacanakan dan disebut-sebut dalam laporan tahunan Staatspoorwegen tahun 1930. Namun wacana ini gagal karena Belanda saat itu sedang dilanda Perang Dunia I.

Setelah perang usai, disusunlah rencana modernisasi perkeretaapian Indonesia yang mencakup pembelian 100 unit lokomotif uap D52 dan 27 unit lokomotif diesel CC200.

Pada 1953, lokomotif diesel CC200 tiba di Indonesia. Karena tekanan gandar jalan rel di Indonesia saat itu maksimal 12 ton maka CC200 yang memiliki berat 96 ton terlalu berat apabila hanya memiliki susunan C-C atau 2 gandar penggerak 3 roda. Maka ditambahkanlah gandar tambahan sehingga susunannya menjadi C-2-C atau 2 gandar penggerak 3 roda dan 1 gandar tak berpenggerak 2 roda. Susunan ini unik karena hanya di Indonesia lokomotif ini dimodifikasi gandarnya untuk mengakali tekanan gandar yang besar. Lokomotif ini pun langsung menggunakan livery khas DKA, PNKA, dan PJKA, yaitu kuning-hijau dengan logo "Burung" khas DKA, PNKA, dan PJKA.

Kehadiran CC200 yang menandai modernisasi perkeretaapian Indonesia mendapat perhatian dari dalam atau luar negeri dan dibahas rinci oleh majalah-majalah professional, misalnya dibahas dalam majalah kereta api Inggris "Diesel Railway Traction" dan majalah persatuan insinyur Indonesia yang kala itu masih berbahasa Belanda "De Ingenieurs in Indonesie".

Sepanjang kariernya dari tahun 1950-an sampai 1980-an, CC200 menarik semua kereta, baik itu penumpang maupun barang. Karirnya pun makin lama makin tergeser oleh lokomotif yang lebih baru, seperti CC201 yang lebih ringan dan bertenaga. Mulai tahun 90-an, CC200 dicat menjadi merah-biru dengan garis putih seiring bergantinya PJKA menjadi Perumka. CC200 pun diturunkan pangkatnya menjadi penarik KA jarak dekat/KA lokal mengingat usianya yang makin tua dan hanya tersisa sedikit, dan banyak diantara mereka yang sudah mulai mangkrak. CC200 akhirnya banyak yang tidak beroperasi pada tahun 2000-an awal.

Pada tahun 2000-an, lokomotif CC200 yang ada banyak yang dalam kondisi buruk. Saat itu, di Cirebon terdapat 3 lokomotif, yakni CC20008, CC20009, dan CC20015. Pada akhirnya diputuskan bahwa CC20015 yang akan dipreservasi, karena kondisinya yang lebih baik dibanding kedua lokomotif lainnya. CC20015 dipreservasi dengan meng-"kanibal" komponen dari CC200 08 dan CC200 09. Preservasi dilakukan oleh sebuah komunitas rail fans di Indonesia, Indonesian Railways Preservation Society (IRPS), dengan bantuan dari PT Kereta Api (Persero). Pada tahun 2003, diadakan open house di Stasiun Cirebon, di mana ketiga lokomotif CC200 dipamerkan.

Akhirnya, CC200 08 dan CC200 09 dikirim ke Balai Yasa Pengok, kemudian diafkirkan. Sementara CC200 15 tetap di Cirebon dan dioperasikan sebagai penarik KA wisata.

Saat ini, lokomotif CC200 hanya tersisa CC20015 di Cirebon, lokomotif lainnya entah kemana atau "dikuburkan" di Balai Yasa Pengok, Yogyakarta.

Data teknis[1]

Dimensi

  • Lebar sepur (track gauge): 1.067 mm
  • Panjang badan (body): 17.000 mm
  • Jarak antar alat perangkai: 17.070 mm
  • Lebar badan: 2.819 mm
  • Tinggi maksimum: 3.651 mm
  • Jarak gandar: 3.610 mm
  • Jarak antar pivot: 9.556 mm
  • Diameter roda penggerak: 908 mm
  • Tinggi alat perangkai: 760 mm

Berat

  • Berat kosong: 92 ton
  • Berat siap: 96 ton
  • Berat adhesi: 72 ton

Motor diesel

  • Tipe: ALCO 244E
  • Jenis: 4 langkah
  • Daya mesin: 1.750 HP
  • Daya ke generator/converter: 1.600 HP

Motor traksi/converter

  • Jumlah motor traksi: 6
  • Tipe motor: GE 761

Performansi

  • Kecepatan maksimum: 100 km/jam
  • Gaya tarik maksimum (adhesi): 15.120 kgf
  • Jari-jari lengkung terkecil: 140 m

Kapasitas

  • Bahan bakar: 1.900 lt
  • Minyak pelumas: 750 lt
  • Air pendingin: 900 lt
  • Pasir: 600 lt

Lain-lain

  • Sistem rem: udara tekan

Galeri foto

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ a b Majalah KA Edisi Khusus. (tanpa tahun). Album lokomotif dan KRL, II: 33
  2. ^ Indonesian Heritage Railway: Lokomotif CC200
  3. ^ IRPS: FO CC200
  4. ^ Majalah KA Edisi 86, September 2013: Halaman 32-33

Pranala luar