Helenisme
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP80Regenovia (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 27 Mei 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 5 Juni 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP80Regenovia (Kontrib • Log) 3815 hari 459 menit lalu. |
Helenisme adalah paham orang awam ataupun orang di dunia yang berbicara, berkelakuan dan hidup seperti orang Yunani.[1] Pertumbuhan pertama dan kedua dalam pranata yg mencirikan Helenisme, yaitu filsafat spekulatif dan pemerintahan republik, pada saat itu terjadi di wilayah pantai Ionia di Asia Kecil.[1] Pantai Ionia seperti halnya sama dengan Yawan dalam PL.[1] Daerah permukiman Yunani tidak pernah statis.[1] Di daerah diaspora terdapat orang-orang yang berbicara bahasa Yunani.[2] Misalnya, orang yang menterjemahkan PL ke dalam bahasa Yunani.[2] Sikap terhadap Helenisme di daerah diaspora tentu saja sangat positip.[2] Sedangkan di Yerusalem sendiri, yang dikelilingi oleh sejumlah besar kota helenis, banyak orang yang di dalam sikapnya menjadi pengikut kelompok-kelompok yang saling bertengkar di dalam soal Helenisme.[2] Kelompok yang satu menuduh hukum Yahudi sebagai lapuk.[2] Kelompok ini bahkan berhasil mendapatkan pengakuan sebutan kota Yunani bagi kota Yerusalem.[2]
Penyebaran paham ini terus meningkat dari pranata-pranata Yunani yang akhirnya terjadinya dampak penyatuan dalam tingkat yg berbeda-beda.[1] Keseluruh wilayah timur Laut Tengah hingga sampai lebih jauh ke timur lagi, di berikan tuntunan menurut norma peradaban biasa yang dimikili yunani seperti yang dibudayakan oleh Helenisme.[1] Baik dari segi kemakmuran negara-negara tersebut maupun tingkat standardisasinya, kebenarannya terbukti pada saat reruntuhan yg sangat indah yg ditemukan dan bertebaran di daerah-daerah tersebut dan hingga sekarang ini masih terdapat reruntuhannya.[1] Harapan dan Cita-cita paham ini adalah untuk memiliki kehidupan yg bebas dan sopan dalam suatu masyarakat kecil yang otonom dan yang pernah menjadi kebanggaan dari beberapa negara Aegea, hampir di mana-mana diterima.[1] Pada zaman PB Atena memang masih merupakan tempat menggali ilmu, tapi Pergamum, Antiokhia dan Aleksandria, dan banyak tempat lain di dunia baru telah menandingi atau bahkan melampauinya.[1]