Optimisme adalah paham keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan dan sikap selalu mempunyai harapan baik dl segala hal.[1]


Aspek-aspek Optimisme

Untuk mengetahui optimis tidaknya seseorang, dapat diketahui cara berpikir dia terhadap penyebab terjadinya suatu peristiwa.[2] Seligman menamakan cara atau gaya yang menjadi kebiasaan individu dalam menjelaskan kepada diri sendiri mengapa suatu peristiwa terjadi sebagai gaya penjelasan (explanatory style).[2] Gaya penjelasan yang dipakai merupakan indikator optimis atau pesimisnya seseorang.[2] Gaya penjelasan tersebut lebih dari sekedar apa yang dikatakan seseorang ketika menemui kegagalan melainkan juga merupakan kebiasaan berpikir yang dipelajari sejak masa kanak-kanak dan masa remaja menurut Darmaji.[2] Dasar dari gaya penjelasan tersebut terbentuk melalui cara pandang- terhadap diri dan lingkungannya apakah dirinya merasa berharga dan layak atau tidak.[2] Menurut Seligman (1991), gaya penjelasan seseorang terdiri dari tiga aspek yaitu :[2]

  1. Permanensi, merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan waktu, yaitu temporer dan permanen.[2] Orang yang pesimis akan menjelaskan kegagalan atau kejadian yang menekan dengan cara menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dengan kata-kata "selalu", dan "tidak pernah", sebaliknya orang yang optimis akan melihat peristiwa yang tidak menyenangkan sebagai sesuatu yang terjadi secara temporer, yang terjadi dengan kata-kata "kadang-kadang", dan melihat sesuatu yang menyenangkan sebagai sesuatu yang permanen atau tetap.[2]

Referensi

  1. ^ "Definisi 'optimisme'". artikata.com. Diakses tanggal 2014-06-24. 
  2. ^ a b c d e f g h "Tinjauan Pustaka Optimisme" (pdf). Universitas Islam Indonesia. Diakses tanggal 2014-06-24.