Sanggar bambu
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP39Candra (bicara). Untuk sementara waktu (hingga {{{2}}}), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Halaman ini terakhir disunting oleh BP39Candra (Kontrib • Log) 3807 hari 842 menit lalu. |
Sanggar bambu merupakan kelompok yang melakukan kegiatan yang berhubungan dengan dunia kesenian seperti teater, musik, puisi dan terutama senirupa.[1] Sanggar bambu juga dapat dikatakan sebagai perkumpulan seniman.[2]mSanggar bambu didirikan pada 1 April 1959 di Yogyakarta, tepatnya di Jl.Gendingan 119 oleh Soenarto Pr bersama-sama dengan Kirdjomulyo, Heru Sutopo, Mulyadi W, Danarto, Soeharto Pr, Syahwil, Handogo, Soemadji dan Wardoyo.[1] [3] Karya-karya sanggar bambu berupa monumen dan patung tersebar di Indonesia di antaranya monument Gatot Subroto (Purwokerto), Ahmad Yani (Jakarta), Latuharhary (Ambon), monumen Prasasti (Kep. Seribu) serta rangkaian patung kisah Panji Asmarabangun di Taman Mini Indonesia Indah, dan rangkaian patung dada pahlawan di Gedung Joang ’45 Jakarta. Sanggar bambu banyak melahirkan berbagai karya-karya seni.[1] Selain melahirkan banyak tokoh-tokoh seni sanggar bambu juga melahirkan tokoh dibidang seni seperti Danarto dan Emha Ainun NAjib (budayawan), Abiet G Ade dan Untung Basuki (musik), Putu Wijaya, Arifin C Noer dan Linus Suryadi AG (sastra), Kusno Sujarwadi, Mien Brodjo dan Adi Kurdi (film), Motinggo Boesje dan Soesilomurti (cerpen dan novel), Soenarto Pr, Mulyadi W, Irsam, Isnaeni MH, Indros, Totok Buchori dan GM Sudarta (senirupa).[1]