Anti-Clericalism adalah sikap menentang wewenang dan hak-hak istimewa para imam di bidang masyarakat.[1] Penentangan terhadap hak-hak istimewa para imam ini disebut antiklerikalisme ekstern. Sedangkan penentangan terhadap kedudukan para imam dalam umat disebut antiklerikalisme intern.

Sejarah

Pada abad pertengahan, antiklerikalisme bersifat sporadis dan tidak terorganisasi tetapi kemudian dirangsang oleh para Reformator Gereja. Para Reformator itu menyerang penyelewengan semua anggota gereja termasuk para imamnya. Antiklerikalisme semakin keras dengan berkembangnya liberalisme dan nasionalisme khususnya di negara-negara dengan klerikalisme yang kuat seperti Perancis, Italia, Spanyol dan Meksiko.

Akibat revolusi Perancis, agama Katolik batal menjadi agama negara di Perancis. Kemudian, sejak 1815 kedudukan Gereja Katolik menjadi pokok pertarungan politis yang sangat memecah belah dan memuncak pada pemisahan Gereja dari negara secara permanen. Di Italia, antiklerikalisme politis memuncak dengan penghapusan Negara kepausan pada tahun 1870. Sementara di Jerman, sejumlah besar undang-undang antiklerikal yang dikeluarkan oleh Kanselir Bismarck terpaksa dibatalkan lagi pada tahun 1870-an.

Rujukan

  1. ^ Adolf Heuken, SJ (2004). Ensiklopedi Gereja Jilid I. Jakarta: Cipta Loka Caraka. hlm. 135.