SMA Negeri 1 Jonggol

sekolah menengah atas di Kabupaten Bogor, Jawa Barat

SMA Negeri 1 Jonggol adalah sebuah Sekolah Menengah Atas Negeri di Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pada tahun 2013, sekolah ini mendapat nilai Akreditasi terbaik seKabupaten Bogor dengan kategori Amat Baik.

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jonggol
Data Sekolah
Berkas:Smpn1jonggol-sch-id 2014-07-05 04-37.jpg
Berdiri: 10 Oktober 1982
Provinsi: Jawa Barat
Alamat Lengkap: Jalan Sukasirna.
Nomor Telepon: 021
Fax: 021
Kepala Sekolah: Drs H Ayi Kosasih, M.Pd.
Jumlah Kelas: 9 kelas setiap tingkat
Program Jurusan: IPA dan IPS
Rentang Kelas: X MIA, X IIS, XI IPA, XI IPS, XII IPA, XII IPS
Kurikulum: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan & Kurikulum 2013
Jumlah Siswa: 1080 siswa (40 siswa per kelas)
Status sekolah: Negeri
Website: www.sman1jonggol.sch.id/

Sekolah terdekat

SMA (Negeri)

SMP (Negeri)

Sruktur organisasi

  • Kepala Sekolah: Drs.H.Ayi Kosasih,M.Pd.
  • Wakasek I Humas: Drs.Ruchiyana Bichri,MM.
  • Wakasek Kesiswaan: Didih Wastijo,S.Pd,MM
  • Wakasek Prasarana: Sunarya,S.Pd,MM
  • Wakasek Kurikulum: Arief Munarto,S.Pd,MM

Sarana dan prasarana sekolah

  • SMA Kelas X
    • 9 kelas
  • Ruang Kepala Sekolah
  • Ruang Wakil Kepala Sekolah
  • Ruang Guru dan Tata Usaha
  • Ruang Perpustakaan
  • Ruang Bimbingan Konseling
  • Aula
  • Laboratorium
    • Lab. Komputer
    • Lab. Multimedia (bahasa)
    • Lab. Fisika—Biologi
    • Lab. Kimia
  • Ruang Koperasi Sekolah
  • Kantin
  • Musholla
  • WC dan Kamar Mandi
  • Dua lapangan olahraga
  • Sekretariat Organisasi dan Ekstrakurikuler
  • Hotspot (wi-fi)

Kegiatan ekstrakurikuler

SMA Negeri 1 Jonggol memiliki beberapa ekstrakurikuler yang dapat dipilih bebas oleh para siswanya.

  • Organisasi
    • OSIS -- Organisasi Siswa Intra Sekolah
    • MPK -- Majelis Perwakilan Kelas
    • ROHIS -- Majelis / Forum Kerohanian Siswa
    • KIR SMURAY -- Kelompok Ilmiah Remaja SMA Negeri 1 Jonggol
  • Olahraga
    • Basket
    • Voli

Kisah Teladan Tokoh Indonesia

Masa Kecil Soeharto (Jogja-Kebumen-Wonogiri)

Soeharto, Presiden ke-2 RI, lahir pada tanggal 8 Juni 1921, di desa Kemusuk daerah Argomulyo Godean, sebelah Barat Yogyakarta. Putra ketiga dari istri pertama (Nyonya Sukirah) dari Bapak  Kartosudiro, seorang ulu-ulu atau petugas pengatur air di desa Kemusuk. 

Agar mendapatkan pendidikan secara lebih baik, pada usia 8 tahun Soeharto kecil dititipkan  ayahnya kepada adik perempuan satu-satunya yang berada di Gombong Kebumen. Suatu daerah sebelah timur Yogyakarta yang secara sosio-ekonomi sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi Godean. Hanya saja bibinya bersuamikan mantri tani, Bapak Prawirowihardjo dan disinilah ia memperoleh pendidikan lebih baik daripada yang diperolehnya di Kemusuk. 

Setelah menamatkan sekolah rendah lima tahun, ia meneruskan ke sekolah lanjutan rendah (schakel school) di Kebumen. Ia terpaksa pindah rumah ke Selogiri, 6 kilometer dari Gombong dan tinggal di rumah Citratani Kota Karanganyar

, kakak perempuan yang menikah dengan pegawai pertanian. Ia baru di khitan (sunat) saat usia sudah 14 tahun, dan dirayakan dengan tasyakuran secara sederhana.Kehidupan keluarga Citratani retak, sehingga ia terpaksa pindah ke Wonogiri lagi dan tinggal di keluarga Bapak Hardjowiyono, teman ayahnya, seorang pensiunan pegawai Kereta Api. Keluarga ini tidak punya anak. Di tempat ini, Soeharto kecil biasa membersihkan rumah sebelum berangkat sekolah, dan pergi ke pasar untuk belanja ataupun menjualkan hasil kerajinan tangan buatan Bu Hardjo. Melalui keluarga ini pula, Soeharto kecil bertemu dengan Kyai Daryatmo, seorang kyai sufistik yang tidak hanya memiliki ilmu agama yang sangat luas, akan tetapi juga merupakan seorang tabib yang menguasai ilmu pengobatan, sekaligus guru masyarakat. Rumah Kyai Daryatmo tidak berjauhan dengan kediaman Bapak Hardjowiyono dan di langgar (mushola) milik Kyai inilah, Soeharto kecil belajar agama. Ia juga sering mendengarkan nasehat-nasehat Kyai Daryatmo kepada mereka yang banyak datang memerlukan, orang-orang terpelajar, pedagang, pegawai, petani sampai bakul-bakul / pedagang kecil.Lalu Soeharto kecil  kembali ke Kemusuk untuk melanjutkan sekolah Muhammadiyah yang dijalaninya dengan naik sepeda dari Kemusuk ke Yogyakarta setiap hari. Ia meninggalkan keluarga Hardjowiyono dan ta'lim Kyai Daryatmo karena ada peraturan sekolah yang mewajibkan murid memakai celana pendek dan bersepatu, sedang orang tua Soeharto tidak sanggup membelikan. Di Yogya ia bisa bersekolah dengan memakai sarung atau kain. Ia tidak kikuk, karena ada murid lain yang ke sekolah dengan pakaian seperti dirinya. Ia tetap fokus pada pelajaran dan pada tahun 1939 (usia 18 tahun) ia berhasil menamatkan sekolah di schakel Muhammadiyah Yogyakarta.

itulah sepintas jalan hidup Soeharto saat masih kecil. tidak ada yang luar biasa masa kecilnya, sama seperti orang-orang biasa pada umumnya.

Masa Kecil BJ Habibie (Pare Pare-Jogja-Bandung)

Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda dan membaca ini dikenal sangat cerdas ketika masih menduduki sekolah dasar, namun ia harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung saat ia sedang shalat Isya.Tak lama setelah ayahnya meninggal, Ibunya kemudian menjual rumah dan kendaraannya dan pindah ke Bandung bersama Habibie, sepeninggal ayahnya, ibunya membanting tulang membiayai kehidupan anak-anaknya terutama Habibie, karena kemauan untuk belajar Habibie kemudian menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.Karena kecerdasannya, Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk di ITB (Institut Teknologi Bandung), Ia tidak sampai selesai disana karena beliau mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman, karena mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya Dirgantara dan penerbangan bagi Indonesia maka ia memilih jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi Konstruksi pesawat terbang di  Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH)Ketika sampai di Jerman, beliau sudah bertekad untuk sunguh-sungguh dirantau dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari. Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1955 di Aachean, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau atau swasta dari pada teman-temannya yang lain Musim liburan bukan liburan bagi beliau justru kesempatan emas yang harus diisi dengan ujian dan mencari uang untuk membeli buku. Sehabis masa libur, semua kegiatan disampingkan kecuali belajar. Berbeda dengan teman-temannya yang lain, mereka; lebih banyak menggunakan waktu liburan musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan uang tanpa mengikuti ujian.

Kabar Pilpres

Hasil

Hasil penghitungan suara resmi

s • b Ringkasan hasil pemilu Presiden Indonesia 9 Juli 2014
Calon Pasangan Partai Suara %
Joko Widodo Jusuf Kalla Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDI–P
Prabowo Subianto Hatta Rajasa Partai Gerakan Indonesia Raya Gerindra
Total 100%
Suara sah
Suara tidak sah atau kosong
Kehadiran
Abstain
Pemilih terdaftar
Sumber:
Suara menurut wilayah Berkas:Prabowo wapres.jpeg  
Prabowo Subianto
Gerindra
Joko Widodo
PDI–P
Suara % Suara %
Sumatra Aceh 59,91% 40,09%
Sumatra Utara 62,2% 37,8%
Sumatra Barat 64,7% 35,3%
Riau 49,7% 50,3%
Jambi 52,4% 47,6%
Sumatra Selatan 57,1% 42,9%
Bengkulu 36,2% 63,8%
Lampung 52,25% 47,75%
Bangka-Belitung 40,1% 59,9%
Kepulauan Riau 49,6% 50,4%
Jawa Banten 54,48% 45,52%
Jakarta 48,14% 51,86%
Jawa Barat 59,66% 40,34%
Jawa Tengah 43,28% 56,72%
Yogyakarta 49,85% 50,15%
Jawa Timur 47,12% 52,88%
Kalimantan Kalimantan Barat 34,5% 65,5%
Kalimantan Tengah 55,3% 44,7%
Kalimantan Selatan 48,1% 51,9%
Kalimantan Timur 49,8% 50,2%
Kalimantan Utara 55,9% 44,1%
Sunda Kecil Bali 27,4% 72,6%%
Nusa Tenggara Barat 52,2% 47,8%
Nusa Tenggara Timur 33,1% 66,9%
Sulawesi Sulawesi Utara 49,8% 50,2%
Gorontalo 58,5% 41,5%
Sulawesi Tengah 33,3% 66,7%
Sulawesi Tenggara 44,2% 55,8%
Sulawesi Barat 29,5% 70,5%
Sulawesi Selatan 37,2% 62,8%
Maluku Maluku 54,6% 45,4%
Maluku Utara 33,2% 66,8%
Papua Papua 29,1% 70,9%
Papua Barat 50,7% 49,3%
Pemilih di luar negeri

Hasil penghitungan cepat

Sumber Pasangan
Prabowo Subianto—Hatta Rajasa Joko Widodo—Jusuf Kalla
CSIS-Cyrus Network (Liputan6.com)[1] 48,1% 51,9%
Indikator Politik Indonesia (MetroTVnews)[1] 47,05% 52,95%
IRC (okezone.com)[1] 51,11% 48,89%
JSI (Viva.co.id)[1] 50,13% 49,87%
Kompas (Litbang)[2][1] 48,66% 51,33%
Lembaga Survei Nasional (Viva.co.id)[1] 50,56% 49,94%
Lingkaran Survei Indonesia[1] 46,43% 53,37%
Pol Tracking[3] 47,63% 52,37%
Populi Center (suara.com)[1] 49,55% 50,45%
Puskaptis (Viva.co.id)[1] 52,6% 47,4

%

RRI (antaranews.com)[4][1] 48,32% 51,68%
Saiful Mujani Research Center (SMRC)[5][1] 47,09% 52,91%
Hasil Akhir KPU

Referensi

Templat:SMA Negeri di Kabupaten Bogor