Kabupaten Kerinci

kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia
Revisi sejak 9 Juni 2007 17.12 oleh IvanLanin (bicara | kontrib) (+kotak info)


Kabupaten Kerinci adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi. Luas wilayahnya 4.200 km² dengan populasi 300.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Sungai Penuh.

Kabupaten Kerinci
Daerah tingkat II
Kabupaten Kerinci di Sumatra
Kabupaten Kerinci
Kabupaten Kerinci
Peta
Kabupaten Kerinci di Indonesia
Kabupaten Kerinci
Kabupaten Kerinci
Kabupaten Kerinci (Indonesia)
Koordinat: 2°05′02″S 101°28′48″E / 2.0839°S 101.48°E / -2.0839; 101.48
Negara Indonesia
ProvinsiJambi
Ibu kotaSungai Penuh
Jumlah satuan pemerintahanDaftar
Luas
 • Total4,200km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 • Total300,000
Demografi
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
1501 Edit nilai pada Wikidata
Kode Kemendagri15.01 Edit nilai pada Wikidata

Nama Kerinci

Nama ‘Kerinci’ mungkin berasal dari bahasa Tamil “Kurinci” yang berarti : “Tanah berbukit-bukit”. Dulu, wilayah ini penghasil emas, sehingga muncul istilah Swarnadwipa atau Swarnabhumi (tanah atau pulau Emas). Di daerah Kerinci banyak ditemukan batu-batuan Megalitik dari zaman Perunggu (Bronze Age) dengan pengaruh Budha termasuk keramik Cina. Hal ini menunjukkan wilayah ini telah banyak berhubungan dengan dunia luar.

Awalnya ‘Kerinci’ adalah nama sebuah gunung dan danau (tasik), tetapi kemudian wilayah yang berada disekitarnya disebut dengan nama yang sama. Dengan begitu daerahnya disebut sebagai Kerinci (“Kurinchai” atau “Kunchai” atau “Kinchai” dalam loghat asli), dan penduduknya pun disebut sebagai orang Kerinci.

Sejarah Kerinci

Menurut Tambo Alam Minangkabau, Daerah Rantau Pesisir Barat (Pasisie Barek) pada masa Kerajaan Alam Minangkabau meliputi wilayah-wilayah sepanjang pesisir barat Sumatra bahagian tengah mulai dari Sikilang Air Bangis, Tiku Pariaman, Padang, Bandar Sepuluh, Air Haji, Inderapura, Muko-muko (Bengkulu) dan Kerinci. Dengan demikian Kerinci merupakan daerah Minangkabau.

Pada waktu Indonesia merdeka, Sumatra bahagian tengah mulai dipecah menjadi 3 provinsi:

  1. Sumatera Barat (meliputi daerah Minangkabau)
  2. Riau (meliputi wilayah kesultanan Siak, Pelalawan,Rokan,Indragiri, Riau-Lingga ditambah Rantau Minangkabau Kampar dan Kuantan)
  3. Jambi (meliputi bekas wilayah kesultanan Jambi ditambah Rantau Minangkabau Kerinci)

Dengan demikian sebenarnya Orang Kerinci hidup dengan budaya Minangkabau namun menjadi orang Jambi.

Letak Kerinci

Kerinci berada di ujung barat Provinsi Jambi, berbatasan dengan Provinsi Sumatra Barat (Minangkabau) di sebagian barat dan utara. Di selatan mereka berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.

Daerah Kerinci ditetapkan sebagai sebuah Kabupaten sejak awal berdirinya Provinsi Jambi, dengan pusat pemerintahan di Sungai Penuh. Daerah Kerinci memiliki luas 4.200 km2 terdiri atas 11 kecamatan (yang merupakan rangkaian kampung atau pemukimam). Statistik tahun 1996 menunjukkan populasi suku Kerinci sekitar 300.000 jiwa.

Budaya Kerinci

Budaya Kerinci sangat khas. Tari-tariannya adat merupakan campuran Minang dan Kerinci serta Melayu. Misalnya, Tari Joged Sitinjau Laut. Lagu-lagu Kerinci juga terkenal unik. Pakaian adatnya juga sangat indah. Rumah suku Kerinci disebut "Larik" karena terdiri dari beberapa deretan rumah petak yang bersambung-sambung. Di Jambi, Kerinci adalah satu-satunya wilayah yang menganut adat Perpatih Minangkabau (Matrilineal).

Bahasa Kerinci

Bahasa Kerinci termasuk rumpun Bahasa Minangkabau dengan dialek Kerinci. Bagi masyarakat bagian pesisir barat Minangkabau, Bahasa Kerinci tidak begitu asing, namun menjadi agak aneh bagi orang daerah lain di Jambi yang condong ke Melayu Palembang dan Melayu Riau. Salah satu yang khas dari dialek Kerinci diantaranya adalah melafalkan ‘i’ menjadi ‘ai’ misal: ‘Orang Kerinci pergi ke Jambi’ diucapkan ‘Uhang Kinchai payai ka Jambai’.

Ada lebih dari 30 dialek bahasa yang berbeda di tiap-tiap desa di daerah Kerinci. Seperti pengucapan 'Anda', di Desa Lempur (Kec. Gunung Raya) diucapakan dengan 'Kaya' sedangkan di Kec. Sungai Penuh diucapakan dengan 'Kayo'. Perbedaan dialek ini juga ditandai dengan dengan perbedaan budaya yang ada di masing-masing desa di Kerinci.