Letjen TNI (Purn.) Muhammad Yunus Yosfiah (lahir 7 Agustus 1944)[1] adalah salah seorang tokoh militer Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan yang terakhir pada masa pemerintahan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie. Ia adalah lulusan Akademi Militer Nasional (AMN) tahun 1965. Jabatan tersebut, beserta Departemen Penerangan yang dibawahinya, kemudian dihapuskan oleh Presiden Abdurrahman Wahid.

Yunus Yosfiah
Berkas:Yunus Yosfiah.jpg
[[Menteri Penerangan Indonesia]] 25
Masa jabatan
23 Mei 1998 – 26 Oktober 1999
PresidenBacharuddin Jusuf Habibie
Sebelum
Pendahulu
Alwi Dahlan
Pengganti
Jabatan dihapuskan
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir7 Agustus 1944 (umur 79)
Jepang Rappang, Sulawesi Selatan, Masa Pendudukan Jepang
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Pada bulan Maret 2007, petugas penyidik sebab kematian di Australia mengeluarkan perintah penangkapan atas Yosfiah atas kematian lima wartawan di Timor Timur pada tahun 1975.[2] Saat itu Yosfiah diduga memimpin sebuah penyerangan ke desa Balibo.

Aksi di Timor Timur

Balibo Five

Pada tahun 1975, seorang Kapten memimpin unit pasukan khusus Indonesia ke Balibo, Timor Timur, dituduh bahwa Yosfiah menembaki wartawan Australia yang mencoba untuk menyerah, dan memerintahkan anak buahnya untuk melakukan hal yang sama.[3] Setelah dibunuh, beberapa tubuh wartawan dipakaikan seragam tentara Portugis dan difoto dengan senapan mesin seolah-olah mereka telah tewas terbunuh karena berperang melawan pasukan Indonesia.

Pada bulan Februari 2007 Mark Tedeschi QC, penasihat pembantu koroner pada pemeriksaan kematian salah satu wartawan yang tewas, Brian Peters, mengatakan Yosfiah tidak menanggapi undangan untuk tampil pada pemeriksaan. Deputi Koroner New South Wales, Dorelle Pinch dalam temuannya menemukan bahwa: "Brian Raymond Peters, beserta rekan wartawannya Gary James Cunningham, Malcolm Rennie Harvie, Gregory John Shackleton dan Anthony John Stewart, yang dikenal sebagai Balibo Five, meninggal di Balibo, Timor Leste pada 16 Oktober 1975 akibat luka yang diderita ketika ia ditembak dan/atau ditusuk dengan sengaja, dan tidak berada dalam panasnya pertempuran, oleh anggota Pasukan Khusus Indonesia, termasuk oleh Christoforus da Silva dan Kapten Yunus Yosfiah atas perintah Kapten Yosfiah."[4][5]

Beberapa saksi, termasuk mantan pasukan Timor yang mendukung invasi Indonesia (UDT dan Apodeti) mengidentifikasi Yosfiah sebagai partisipan kunci dalam pembunuhan wartawan. Sebagai konsekuensi Dorelle Pinch mengeluarkan laporan pada 16 November 2007 yang menyimpulkan bahwa Yosfiah telah berpartisipasi dalam kejahatan perang dia terlibat dalam pembunuhan dan mesti dihukum sesuai dengan konvensi Jenewa yang mana Indonesia adalah salah satu penandatangannya.[6]

Nicolau dos Reis Lobato

Dia juga diduga[7] telah membunuh Nicolau dos Reis Lobato, pemimpin Fretilin pada tahun 1978.

Karier

Kolonel
  • Asisten Operasi Kepala Staf Komando ABRI XVI
  • Komandan Resort Militer 164 Wiradharma, Dili, Timor Timur
Brigadir Jenderal
  • Direktur Peningkatan Pembangunan dan Pendidikan Akademi Militer
  • Kepala Staf Daerah Militer VI/ Tanjungpura
Mayor Jenderal
Letnan Jenderal
  • Kepala Staf Sosial Politik ABRI

Referensi

Jabatan politik
Didahului oleh:
Alwi Dahlan
Menteri Penerangan Indonesia
1998-1999
Jabatan dihapuskan
Jabatan militer
Didahului oleh:
Syamsir Siregar
Pangdam II/Sriwijaya
30 Agustus 1994 - 26 Juni 1995
Diteruskan oleh:
R. Karyono