Kadipaten Dayeuhluhur

Kadipaten di Pulau Jawa

Kadipaten Dayeuhluhur adalah sebuah kerajaan kecil atau keadipatian atau kadipaten yang berlokasi di Kecamatan Dayeuhluhur sekarang dengan wilayah meliputi bagian barat Kabupaten Cilacap sekarang.  Kadipaten Dayeuhluhur merupakan cikal bakal dari Kabupaten Cilacap itu sendiri.

Nama

Nama sebenar dari kadipaten dan wilayah ini adalah Dayaluhur' namun seiring waktu dan jaman pengucapan lidah orang berubah menjadi Dayeuhluhur.

Awal Pemerintahan

Menurut sejarah lama Kedayeuhluhuran Pada awalnya Pada tahun 1475 , Kadipaten Dayeuhluhur, adalah sebuah kerajaan yang merdeka dengan diperintah oleh seorang raja yang berkedudukan di Istana Salangkuning.  Kerajaan Dayeuhluhur adalah pecahan dari Kerajaan Pasirluhur. Raja yang pertama dan terkenal adalah Gagak Ngampar yang merupakan saudara dari Banyak Cakra dari Kerajaan Pasirluhur (Kebumen). Mereka berdua adalah putra Prabu Linggawesi keturunan Raja Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran.

Wilayah

Wilayah Kadipaten Dayeuhluhur yang berpusat di Istana Salangkuning pada masa jayanya jauh lebih luas dari Kecamatan Dayeuhluhur sekarang, meliputi wilayah Majenang di Candi Kuning Gunung Padang, Salebu yang di perintah oleh Pangeran Ki Hadeg Ciluhur dan Sidareja di daerah Candi Laras, Kunci yang diperintah oleh Ki Hadeg Cisagu kedua pangeran tersebut adalah Putra Mahkota dari Gagak Ngampar.

Pertempuran Salebu

Pada jaman pengembangan kekuasaan oleh Kesultanan Mataram di Tanah Jawa, Pada tahun 1595 Kerajaan Dayeuhluhur tidak luput dari serangan oleh Panembahan Senopati, pada waktu itu Kerajaan Dayeuhluhur dan sekutunya mengalami kekalahan telak pada Pertempuran Salebu, yang membuat istana Candi Kuning, Gunung Padang habis dibakar menjadi abu (Salebu=habis menjadi abu), dan akhirnya Kerajaan Dayeuhluhur turun statusnya menjadi sebuah Kadipaten taklukan dari Mataram, dengan adipati pertama adalah Adipati Wirapraja yang masih keturunan keraton Mataram.

Konon dari kepahitan akibat kekalahan dalam pertempuran Salebu inilah berawal perasaan benci dan dendam orang-orang Dayeuhluhur dan anak cucunya terhadap pemerintahan yang bermental penjajah. Sehingga sampai saat ini banyak tempat di Dayeuhluhur yang tidak boleh dikunjungi oleh pegawai pemerintah seperti di Gunung Dayeuhluhur dan Kampung Cibeubeura. Rahasia kisah kekalahan ini tersimpan erat selama ratusan tahun ditangan para Juru kunci dan tidak boleh dibicarakan secara bebas dikalangan penganut falsafah Kedayeuhluhuran.

Akhir Pemerintahan

Tahun 1831 ,Kadipaten Dayeuhluhur berakhir dengan Adipati terakhir dipimpin Tumenggung Prawiranegara, beliau dicabut kekuasaannya dan dibuang ke Sumatera dikarenakan ikut mendukung Pangeran Diponegoro , dalam Perang Jawa. Bukti dari hal tersebut adalah adanya Kuburan dua orang prajurit Pangeran Diponegoro di Tejakembang, Cijeruk, diatas Tebing Sungai Cibeet.

Raja dan Adipati Dayeuhluhur

Raja

  1. Gagak Ngampar

 (1475) awal.

  1. Arsagati (cucu Gagak Ngampar)
  2. Raksagati
  3. Raksapraja

 (1595)


Adipati

  1. Wirapraja

 (1595)

  1. Wiradika I
  2. Wiradika II
  3. Wiradika III
  4. Tumenggung Prawiranegara

(1831) akhir

Referensi

  1. Sejarah Cilacap,

http://www.cilacapkab.go.id

  1. Tumenggung Prawiranegara

http://panjebarsemangat.co.id/tumenggung-prawiranegara-2