Suku Mante

suku bangsa di Indonesia
Revisi sejak 9 September 2014 05.49 oleh Si Gam (bicara | kontrib)

Suku Mante (Gayo: Manti) atau juga dieja Mantir,[1] adalah salah-satu etnik terawal yang disebut-sebut dalam legenda rakyat pernah mendiami Aceh.[2] Suku ini, bersama suku-suku asli lainnya seperti Lanun, Sakai, Jakun, Senoi, dan Semang, merupakan etnik-etnik pembentuk Suku Aceh yang ada sekarang.[3] Suku Mante diperkirakan termasuk dalam rumpun bangsa Melayu Proto,[4] awalnya menetap di wilayah sekitar Aceh Besar,[5] dan tinggal di pedalaman hutan.[6] Suku-suku asli tersebut diperkirakan beremigrasi ke Aceh melalui Semenanjung Melayu.[3] Dalam legenda Aceh, Suku Mante dan Suku Batak disebut-sebut sebagai cikal-bakal dari Kawom Lhèë Reutōïh (suku tiga ratus), yang merupakan salah satu kelompok penduduk asli Aceh.[7] Saat ini Suku Mante sudah punah, atau lenyap karena sudah bercampur dengan suku bangsa pendatang-pendatang lainnya yang datang kemudian.[2] Sampai saat ini, masih belum terdapat bukti ilmiah yang kuat terhadap keberadaan suku ini.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Usman, Abdul Rani (2003), Sejarah peradaban Aceh: suatu analisis interaksionis, integrasi, dan konflik, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 9789794614280, hlm. 14. Diakses 6 Juni 2014.
  2. ^ a b Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah (1977), Geografi budaya Daerah Istimewa Aceh, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 57. Diakses 6 Juni 2014.
  3. ^ a b Meuraxa, Dada (1974), Sejarah kebudayaan Sumatera : Aceh, Sumatera Utara, Melayu Riau, Melayu Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, Palembang, Lampong, D.l.l., Hasmar, hlm. 12. Diakses 6 Juni 2014.
  4. ^ Usman, Abdul Rani (2003), hlm. 1.
  5. ^ Usman, Abdul Rani (2003), hlm. 12.
  6. ^ Hurgronje, Christiaan Snouck, Soekarno, Soedarso, Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies (1999), Kumpulan karangan Snouck Hurgronje, INIS, ISBN 9789798116179, hlm. 198. Diakses 6 Juni 2014.
  7. ^ Memperjuangkan masyarakat madani: falsafah dasar perjuangan dan platform kebijakan pembangunan PK Sejahtera (2008), Majelis Pertimbangan Pusat PKS, hlm. 161. Diakses 6 Juni 2014.