Karanglangu, Kedungjati, Grobogan

desa di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah
Revisi sejak 22 September 2014 02.32 oleh 114.124.30.222 (bicara)


Karanglangu adalah desa di kecamatan Kedungjati, Grobogan, Jawa Tengah, Indonesia. ASRAH BATIN budaya asli dari gorobogan kecamatan kedungjati yang dilaksanakan setiap 2th sekali acara ini dilaksanakan secara turun temurun dimana KARANGLANGU ( sbg kakak ) dan NGOMBAK ( sbg adik ) INFO LEBIH LANJUT : http://ngabdulmunir.blogspot.com/2014/06/cerita-asrah-batin-budaya-indonesia.html

Karanglangu
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenGrobogan
KecamatanKedungjati
Kode pos
58167
Kode Kemendagri33.15.01.2001 Edit nilai pada Wikidata
Luas-
Jumlah penduduk-
Kepadatan-
Peta
PetaKoordinat: 7°12′57″S 110°39′44″E / 7.21583°S 110.66222°E / -7.21583; 110.66222

CARITA ASRAH BATIN AWAL BERDIRINYA DESA KARANGLANGU DAN DESA NGOMBAK Seperti halnya saudara kandung, seorang kakak tidak boleh menikah dengan adiknya. Begitu juga hubungan kedua desa bersaudara, Ngombak dan Karanglangu. Tidak boleh ada pernikahan antara penduduk kedua desa tersebut. “Karanglangu itu kakak dan Ngombak itu adiknya,”Kepala Desa Karanglangu. Karanglangu dan Ngombak, keduanya terletak di daerah yang sama yaitu Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan. Bentangan sungai besar Kedungmiri yang membuat jarak antara keduanya. Setiap dua tahun sekali sang kakak selalu mengunjungi adiknya. Peristiwa ini yang dinamakan Upacara Asrah Batin. Dalam bahasa Indonesia berarti menyerahkan atau memasrahkan perasaan. A. Tamsir A., Ma. Pd yang dipercaya sebagai pemimpin Upacara Asrah Batin menceritakan bahwa hubungan kedua desa ini sudah ada sejak adanya desa tersebut. “Ceritanya bermula dari janda yang sering dikenal dengan nama Mbok Randha Dhadhapan. Dipanggil begitu karena dia tinggal di Desa Dhadhapan. Anak laki-lakinya bernama Kedhana dan anak perempuannya bernama Kedhini”, ungkap guru Sekolah Dasar ini layaknya mendongeng. Suatu hari Kedhana dan Kedhini pergi dari rumah karena dimarahi oleh ibunya. Ketika dalam perjalanan mereka terpisah satu sama lain. Kedhana menetap di Desa Karanglangu dengan nama Raden Bagus Sutejo dan Kedhini menetap di Desa Ngombak dengan nama Raden Ayu Mursiyah. Bertahun-tahun kemudian, Sutejo bertemu kembali dengan Mursiyah dan tidak saling mengenal satu sama lain. Tak diduga mereka saling jatuh cinta, bahkan serius ingin melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. “Nah, sebelum menikah, baru tahulah mereka satu sama lain kalau mereka kakak beradik. Ada bekas luka di pelipis sebelah kiri Raden Bagus Sutejo. Luka yang mengingatkan keduanya tentang kejadian sebelum mereka pergi dari rumah yaitu luka bekas dipukul ibunya,” sambil menunjukan makam Raden Ayu Mursiyah, Sugiarto, sang juru kunci menceritakan. Pertemuan ini yang memupuskan cinta kasih dan rencana pernikahan mereka. “Setelah diceritakan semua kejadian yang dialami masing-masing, merekapun terharu dan menangis. Tangisan ini merupakan tangis kebahagiaan karena dapat bertemu lagi antara kakan dan adik,” jelas Tamsir dalam makalahnya “Cerita Asrah Batin”. Dalam makalahnya, Tamsir mengungkapkan bahwa untuk menjaga hubungan persaudaraannya, Kedhana alias Raden Bagus Sutejo dan dan Kedini alias Raden Ayu Mursiyah membuat suatu perjanjian. Setiap dua panenan sekali sang kakak akan mengunjungi adiknya Ngombak bersama sanak kadang, tetangga serta masyarakat Desa Karanglangu. Dan si adik beserta seluruh masyarakat Ngombak akan menjemputnya di tepi Sungai Kedungmiri, tempat mereka bertemu kembali. Setelah Sutejo dan Mursiyah meninggal, upacara ini tetap dilaksanakan dengan pemerannya adalah Kepala Desa Karanglangu dan Kepala Desa Ngombak. Kepala Desa Karanglangu datang dengan naik kuda diiringi oleh warga masyarakatnya menempuh perjalanan kurang lebih tujuh kilometer dan menyeberangi sungai. Dengan membawa makanan kesukaan adiknya yaitu minuman dari air tape yang disebut Badhek. Sedangkan sang adik menyiapkan sambutan dengan mengadakan “Beksan Langen Tayub” dengan diiringi “Gendhing Eling-eling Boyong” serta makanan kesukaan kakaknya Bothok Ikan Mangut. Selama bertahun-tahun masyarakat Karanglangu dan Ngombak melaksanakan tradisi Asrah Batin ini. Kepercayaan warga setempat, jika melaksanakan upacara ini akan mendapat keberuntungan dan jika tidak dilaksanakan akan terjadi bencana. “Ada kejadian seorang pendatang tenggelam di sungai yang dalamnya hanya sebatas perut, apa ini wajar? Setelah di selidiki tertanya sesajen yang gunakan dalam upacara Asrah Batin kurang lengkap,” terang kakek juru kunci berambut putih itu. Upacara tersebut dilaksanakan 2tahun sekali yaitu pada tahun genap di bulan Ruwah hari Minggu Kliwon