Wikipedia:Bak pasir

Revisi sejak 27 September 2014 18.03 oleh Gus bahlul (bicara | kontrib) (drama, sastra, repertoar, teater, playright, cucuk espe, mahasiswa, dosen, indonesia)

3 Repertoar Cucuk Espe

Karya Cucuk Espe

Penerbit DJMPublisher

Cetakan Pertama September 2014

ISBN 978-602-71144-9-4

Usaha untuk mencatat atau mendokumentasikan karya-karya seni, termasuk sastra, harus terus dilakukan. Terbitnya buku ini merupakan salah satu langkah mencatat geliat perkembangan karya sastra kekinian. Tidak banyak memang buku yang secara khusus berisi naskah-naskah drama. Selain karya-karya penulis besar, minim sekali karya-karya penulis drama di era 2000an yang dipublikasikan dalam bentuk buku yang bisa diakses siapapun. Penerbitan “3 Repertoar Cucuk Espe” hanya langkah kecil untuk memperkaya khasanah literatur sastra di Indonesia. Di era kekinian, dunia sastra kita membutuhkan sosok dan karya yang mampu memotret jamannya. Cucuk Espe, sengaja kami pilih karena memiliki ketangguhan untuk disebut sebagai penulis yang produktif. Diantara puluhan repertoar drama yang pernah ditulis, kami hanya mengambil tiga repertoar yang memiliki bentuk, tema, dan cara penyampaian gagasan berbeda. Selain itu, tiga repertoar ini telah beberapa kali dipentaskan oleh kelompok Teater Kopi Hitam Indonesia, sebuah group teater yang dipimpin oleh Cucuk Espe. Juga dalam catatan penerbit, tiga repertoar ini cukup banyak dipentaskan oleh kelompok teater lain di Tanah Air. Tak lupa, terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu mencatat dan mengumpulkan repertoar karya Cucuk Espe. Juga kepada rekan-rekan di Teater Kopi Hitam Indonesia (TKHI) yang rela meluangkan waktu untuk berdiskusi terkait repertoar yang kami pilih. Serta semua pihak yang tidak bisa kami sebut dan terlibat dalam proses penerbitan buku ini. Akhirnya, apa yang kami lakukan ini semoga mampu melengkapi khasanah sastra Indonesia.

Isi Buku

Repertoar 1 – 13 Pagi

Repertoar 2 – Inong; Dongeng Rumah Jalang

Repertoar 3 – Puisinolog Manivesto Orgil


13 Pagi - Hampir tiga belas tahun, kita bekerja. Tiga belas ribu orang, kau penggal nasibnya. Dan mungkin tiga belas juta umpatan kau sembunyikan di balik saku jaketmu. Sebenarnya, aku kasihan Barman. Tapi otakku masih waras, nafsuku masih sehat hingga lolos dari perangkapmu.

Kardus itu, hanya tanda mata. Bukti kalau aku simpati terhadap sikap tegasmu, meski terkesan arogan. Saat terakhir, kau melepaskan jabatanmu, mungkin hanya aku yang punya niat baik. Barman, seandainya sejak dulu kardus itu kau buka, semuanya tak akan terjadi. Hidupmu tenang dalam cerita yang sangat mengharukan.

Tapi istrimu, punya rencana lain. Tidurlah Barman. Rencana itu kini bersambung dengan rencanaku.

Inong: Dongeng Rumah Jalang - Tetapi pernah aku membenci tubuhku sendiri, ketika malam berselimut dendam. Saat perempuan seperti aku ditikam takdir. Tubuhku bergerak semakin liar. Liar tanpa arti yang bisa dimengerti. Suatu pagi, pernah aku merasa asing dengan tubuh sendiri. Aku pun menjalani hidup seolah tanpa jasad. Tak sedikitpun rasa sakit kurasakan meski sebenarnya tubuhku berubah menjadi boneka tanpa beban.

Ya! Beginilah seharusnya Inong. Menjadi kabut dalam hidup lelaki bukan hal mudah. Karena Inong harus mampu melipat kecewa di sini. Di tempat ini! Lihatlah aku...Inong, yang tak memiliki tubuhnya sendiri. Lunglai dirajam jaman. Sekali lagi, aku bangga, mampu membagi takdir hitamku pada dunia di luar tubuhku. Aku berikan takdirku dengan gembira dalam pesta kecil di puncak malam. Pesta kecil! Aku suka itu. Pesta tanpa dansa. Pesta tubuh tanpa makna.

Puisinolog Manivesto Orgil - Para orgil harus merapatkan barisan. Melawan semua kewarasan. Orgil harus memiliki ketegasan sikap. Kita butuh manifesto yang menyatukan langkah. Inilah; MANIFESTO ORGIL satu; Turunkan harga, perbaiki gizi dua; Bubarkan apapun yang menghalangi tegaknya nurani tiga; Tegakkan hak-hak sipil warga orgil. Sama rata, sama gilanya.