Pengguna:Gus bahlul/3 Repertoar Cucuk Espe
Berkas:3 Repertoar Cucuk Espe.JPEG | |
Pengarang | Cucuk Espe |
---|---|
Judul asli | 3 Repertoar Cucuk Espe |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Genre | Naskah Drama |
Penerbit | DJM Publisher |
Tanggal terbit | 2014 |
Jenis media | Cetak (kulit keras & lunak) |
ISBN | ISBN 978-602-71144-9-4 (cetakan ke-1) Invalid ISBN |
13 Pagi - Hampir tiga belas tahun, kita bekerja. Tiga belas ribu orang, kau penggal nasibnya. Dan mungkin tiga belas juta umpatan kau sembunyikan di balik saku jaketmu. Sebenarnya, aku kasihan Barman. Tapi otakku masih waras, nafsuku masih sehat hingga lolos dari perangkapmu.
Kardus itu, hanya tanda mata. Bukti kalau aku simpati terhadap sikap tegasmu, meski terkesan arogan. Saat terakhir, kau melepaskan jabatanmu, mungkin hanya aku yang punya niat baik. Barman, seandainya sejak dulu kardus itu kau buka, semuanya tak akan terjadi. Hidupmu tenang dalam cerita yang sangat mengharukan.
Tapi istrimu, punya rencana lain. Tidurlah Barman. Rencana itu kini bersambung dengan rencanaku.
Inong: Dongeng Rumah Jalang - Tetapi pernah aku membenci tubuhku sendiri, ketika malam berselimut dendam. Saat perempuan seperti aku ditikam takdir. Tubuhku bergerak semakin liar. Liar tanpa arti yang bisa dimengerti. Suatu pagi, pernah aku merasa asing dengan tubuh sendiri. Aku pun menjalani hidup seolah tanpa jasad. Tak sedikitpun rasa sakit kurasakan meski sebenarnya tubuhku berubah menjadi boneka tanpa beban.
Ya! Beginilah seharusnya Inong. Menjadi kabut dalam hidup lelaki bukan hal mudah. Karena Inong harus mampu melipat kecewa di sini. Di tempat ini! Lihatlah aku...Inong, yang tak memiliki tubuhnya sendiri. Lunglai dirajam jaman. Sekali lagi, aku bangga, mampu membagi takdir hitamku pada dunia di luar tubuhku. Aku berikan takdirku dengan gembira dalam pesta kecil di puncak malam. Pesta kecil! Aku suka itu. Pesta tanpa dansa. Pesta tubuh tanpa makna.
Puisinolog Manivesto Orgil - Para orgil harus merapatkan barisan. Melawan semua kewarasan. Orgil harus memiliki ketegasan sikap. Kita butuh manifesto yang menyatukan langkah. Inilah; MANIFESTO ORGIL satu; Turunkan harga, perbaiki gizi dua; Bubarkan apapun yang menghalangi tegaknya nurani tiga; Tegakkan hak-hak sipil warga orgil. Sama rata, sama gilanya.
Tentang Penulis
Cucuk Espe (lahir di Jombang, Jawa Timur, 19 Maret 1974; umur 40 tahun) adalah seorang penyair, esais, cerpenis dan penulis naskah drama, juga aktor Indonesia yang dikenal sangat produktif menulis di berbagai media cetak nasional di Indonesia dan beberapa jurnal seni di luar negeri. Ia belajar Bahasa Indonesia di IKIP Malang. Setelah itu menjadi seniman adalah pilihan hidupnya dan mendirikan Teater Kopi Hitam Indonesia.
Cucuk Espe pernah menjadi aktor teater terbaik pada Peksiminas III di Taman Ismail Marzuki Jakarta (1995). Selanjutnya, ia mendirikan dan memimpin Teater Kopi Hitam Indonesia yang telah berpentas di hampir seluruh kota besar di Indonesia. Kini aktivitasnya hanya berteater dan menulis. Juga bersama sejumlah pegiat kebudayaan di Jawa Timur menggagas Lembaga Baca-Tulis Indonesia (LBTI) yakni sebuah komunitas nirlaba yang bergerak di bidang kebudayaan (menuju masyarakat makin berbudaya).
Dalam salah satu pementasan lakon dalam buku ini, Inong: Dongeng Rumah Jalang, satulingkar.com menyebut Inong sebutan bagi perempuan Aceh. Meski Inong bukan Aceh dalam pertunjukan teater ini. Cucuk Espe sengaja menulis naskah yang liris, bertema perempuan-- yang sarat dengan ketidakadilan sekaligus kritik atas tubuh perempuan itu sendiri.
Inong digambarkan sebagai perempuan muda yang kuat, namun menderita batin. Tersenyum manis, meski menangis. Berdiri tegak, sesungguhnya gontai. Inong adalah sosok perempuan yang tak punya daya, selain airmata yang tumpah.
Pranala luar =
- [http://http://satulingkar.com/detail/read/8/208/kritik-atas-tubuh-perempuan-
- Historiografi Teater Kopi Hitam di [http://www.suarapendidikan.com/?act=kilasbalik&id=1317711106/
- Naskah drama Cucuk Espe yang dipublikasikan [http://www.lokerseni.web.id/2011/04/naskah-drama-teater.html/