Gambar bergerak

Revisi sejak 9 Oktober 2014 07.47 oleh Sihombing catherine (bicara | kontrib) (isi tulisan)

Gambar bergerak sebagaimana dilihat sekarang ini adalah awal mula dari kemajuan teknologi di bidang komunikasi. Setelah diawalli dengan teknologi cetak lalu berkembang radio hingga akhirnya ke arah visual. Era visual ini merupakan kemajuan teknologi komunikasi karena ketidakpuasan akan penerimaan informasi yang telah ada.

Awal Mula Gambar Bergerak

Gambar bergerak atau bisa disebut animasi, merupakan bagian dari proses komunikasi. Karena, ketika si pembuat gambar (komunikan) hendak menorehkan tintanya di kertas, ia mempunyai tujuan untuk menyampaikan suatu gagasan/ide. Gagasan/ide ini merupakan informasi yang dikelolanya dalam bentuk gambar agar penikmat (komunikan) mampu menangkap pesan yang ingin disampaikannya. Gambar ini menjadi alat (channel) untuk menyampaikan pesannya. dalam teori ilmu komunikasi klasik, dikatakan who says what to whom by channel with what effect (shannon-weaver).

Proses komunikasi ini ditujukan agar terjadi kesepahaman dan pemaknaan yang sama. Lewat gambar bergerak pada dasarnya sebagai upaya manusia untuk memuaskan panca inderanya. Panca indera yang paling cepat menangkap pesan adalah mata dan telinga. Mata mampu menangkap karena memberikan rangsangan pada otak untuk mengimajinasi melalui warna-warna dan bentuk yang dihasilkan. Sedangkan telinga, menangkap nada berupa frekuensi yang memberikan kenyamanan bagi telinga.

Gambar bergerak merupakan seni untuk menggerakan obyek dalam dimensi. Selanjutnya gambar bergerak ini berkembang menjadi lebih kompleks dan menarik. Fungsi kreatifitas menerlurkan karya seni yang memainkan imajinasi manusia. Gambar bergerak yang dituangkan dalam animasi berasal dari bahasa latin, anima, yang artinya jiwa, hidup, nyawa dan semangat.

Cikal bakal dari animasi cetak ini adalah dari ciptaan Walt. Walt seorang pria yang lahir di Chicago dan senang menggambar. Mickey Mouse adalah karya pertamanya hasil imajinasi dari melihat banyaknya tikus yang berkeliaran di ladang rumah pamanya. Imajinasinya menghasilkan karya seni pola tikus yang lucu dan tidak menjijikan.sejarah animasi stop motion

Awalnya gambar bergerak ini dibuat tanpa suara, dan hanya mengandalkan gerakan objeknya saja. Namun teknologi komunikasi yang semakin berkembang dan pada akhir era 60 an akhirnya film kartun dapat diisi dengan suara. Karena di cetak, maka pengejawatahanya adalah melalui kertas atau printing

Animasi adalah gambar dua dimensi yang seolah-olah bergerak. Animasi merupakan seni untuk memanipulasi gambar menjadi seolah-olah hidup dan bergerak. Lembaran-lembaran kertas yang digabungkan menceritakan gerakan seorang tokoh di setiap sekuensinya. Sebelum kelahiran komputer sebagai alat bantu, maka gambar dibuat sendiri oleh pelukisnya dengan membayangkan setiap gerakan secara detail. Tidak heran bahwa gambar yang dihasilkan menjadi berlembar-lembar dan memerlukan waktu produksi yang tidak sebentar. Untuk menghasilkan sebuah kisah selama 20 menit, diperlukan ratusan gambar dan penyelesaian yang hampir setahun.

Peran Otak

Karena mempunyai nilai seni, fungsi imajinasi memegang peranan penting dalam menggabungkan setiap kata agar menarik bagi penikmat. Adalah memainkan fungsi otak kiri dan kanan sebagai suatu energi menghasilkan gambar bergerak yang kreatif.

Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat matematika. Bagian otak ini merupakan pengendali intelligence quotient (IQ). Daya ingat otak bagian ini juga bersifat jangka pendek.

Otak kanan berfungsi dalam perkembangan emotional quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain, dan serta pengendalian emosi. Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, dan melukis. Imajinasi visual ini yang memainkan warna.

Nilai jurnalistik vs artistik

Pada gambar bergerak lebih memberikan nilai kepuasan (entertainment) dibandingkan informasi yang bersifat berita. Oleh karenanya nilai artistik memegang peranan lebih penting dibandingkan kaidah-kaidah jurnalistik. Karya artistik menggambarkan keadaan yang tidak terjadi sebenarnya dan mementingkan nilai keindahan. Makanya warna, goresan yang rapih dan komposisi menjadi unsur utama dalam gambar bergerak. Sedangkan karya jurnalistik harus menggambarkan apa adanya atau benar-benar terjadi (aktual), benar ada dan mengandung nilai kebenaran.[1]

Karena tidak memiliki nilai jurnalistik maka tidak heran kalau gambar bergerak ini bernilai fiksi. Kalau di dunia barat diawali dengan Walt Disney, maka di Indonesia diawali dengan kehadiran cerita si Doel memilih. Kisahnya membawa gebrakan baru tentang kehadiran gambar bergerak. Karya Dukut Hendronoto yang memang khusus belajar di Walt Disney atas perintah Soekarno (Presiden kala itu-1955), menceritakan tentang kampaye pemilu. Namun sayangnya, dari berbagai literatur perkembangan animasi di Indonesia terganjal dan ditutup untuk beredar. Dikalahkan oleh serangan walt disney yang merajai cerita anak-anak di Indonesia.

Nilai artistik berupa komposisi warna, gambar yang atraktif menjadi penentu utama dari gambar bergerak. Kemajuan teknologi komunikasi dengan hadirnya komputer menjadikan proses pembuatan menjadi lebih cepat. Kalau dahulu gambar harus dilukis diatas kertas satu persatu setiap kali perubahan bentuknya. Maka dengan kehadiran komputer dan sofware Adobe Premiere dan 3D Max, memudahkan proses pembuatan gambar bergerak (animasi) menjadi lebih mudah.

Usai diganjal untuk tidak boleh dikembangkan sejak era Soeharto, animasi lebih banyak digunakan untuk promosi iklan. Maka banyak production house yang muncul. Pengiklan banyak mengadalkan project animasi ini agar iklan yang disampaikan berbeda dan mendapat perhatian awal dari penonton. Tujuannya agar penonton iklan dapat merubah perilakunya sejalan dengan yang diinginkan oleh pengiklan.

Sebagai bagian dari proses penyampaian informasi. Animasi juga membutuhan media untuk menyampaikan informasi tersebut. Media televisi merupakan alat pengirim pesan awal. Karena kemampuan visual dari media televisi memungkinkan animasi dapat diterima. Ditambah lagi dengan suara (audio) hasil dubber membuat animasi semakin hidup.

Masa keemasan animasi di Indonesia ditandai dengan dibukanya peuang kreatifitas oleh Pemerintah.

  1. ^ Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak; JB Wahyudi; PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1992