Bokoi

primata endemik di Indonesia
Revisi sejak 14 Oktober 2014 08.21 oleh Carriearchdale (bicara | kontrib) (WPCleaner v1.33 - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Spasi dalam kategori))
Bokoi
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Primata
Famili:
Genus:
Macaca
Spesies:
M. Pagensis[1]

Bokoi adalah nama hewan endemik Kepulauan Mentawai, Sumatera, Indonesia.[2] Hewan ini termasuk dalam ordo Primata.[1] Bokoi juga disebut dengan nama beruk mentawai.[2] Nama bokoi adalah nama yang sering digunakan oleh penduduk Kepulauan Mentawai untuk menyebut hewan tersebut.[2] Nama ilmiah bokoi adalah Macaca pagensis sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut dengan Pagai Island Macaque.[2] Pagai merupakan daerah habitat asal bokoi yang ada di Kepulauan Mentawai.[2]

Gambaran

Secara umum bokoi mirip dengan beruk pada umumnya. [3] Perbedaannya boki dengan beruk jenis lain adalah pada rambut bagian pipi dan mahkota.[3] Bagian pipi bokoi berwarna lebih gelap daripada beruk lainnya, sedangkan mahkota bokoi berwarna coklat serta rambut pada dahi kepala lebih panjang.[3] Bokoi memiliki kantong pipi yang terlihat jelas.[3] Punggung dan tangannya sering digunakan untuk membawa barang dan makanan.[3] Bulu bokoi berwarna coklat gelap pada bagian belakang sedangkan pada bagian leher, bahu dan bagian bawah berwarna coklat pucat.[3] Kaki bokoi juga berwarna coklat.[3]

Bokoi memiliki tubuh dengan panjang hewan jantan antara 45 hingga 55cm sedangkan untuk bokoi betina memiliki panjang antara 40 hingga 45 cm.[3] Bokoi memiliki ekor yang cukup panjang, baik bokoi betina maupun jantang memiliki ukuran panjang antara 10 sampai 16 cm.[3] Beruk jenis ini memiliki ukuran cukup besar, beruk jantan rata-rata memiliki berat badan sebesar antara 6 sampai 9 kg.[3] Beruk betina memiliki berat badan yang sedikit ringan yaitu antara 4,5 hingga 6 kg.[3]

Perilaku

Bokoi merupakan binatang yang aktif pada siang hari atau biasa disebut dengan istilah diurnal.[4] Bokoi hidup dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari lima hingga dua puluh lima ekor bokoi.[4] Satu kelompok bokoi biasanya terdiri dari satu bokoi jantan sebagai pemimpin.[4] Antara pemimpin bokoi kadang saling melakukan perlawanan untuk dapat merebut bokoi betina dari kelompok lain.[4]

Bokoi berjalan dengan cara merangkak untuk mencari makanan.[4] Makanan bokoi adalah dedaunan, bunga, biji-bijian, serta bua-buahan.[4] Hewan ini lebih banyak hidup di atas pohon dengan ketinggian antara 24 hingga 36 meter.[4] Saat akan mencari makan, kelompok bokoi akan bergerak bersama dengan dipimpin oleh seekor beruk jantan.[4] Beruk jantan ini akan memberikan tanda untuk berkomunikasi dengan suara atau teriakan yang khas.[4]

Bokoi berkembangbiak dengan cara beranak.[4] Betina yang sudah siap kawin akan menampakkan alat kelamin yang bengkak.[4] Masa kehamilan bokoi adalah lima sampai enam bulan dan sebagian besar benita bokoi melahirkan satu bayi bokoi.[4] Ada perilaku unik yang terjadi setelah bokoi melahirkan anaknya yaitu induk bokoi akan memakan plasenta anaknya serta menjilati tubuh anaknya sampai bersih.[4]

Habitat dan persebaran

Bokoi adalah hewan endemik Kepulauan Mentawai.[5] Hewan ini sering ditemui di beberapa habitat seperti hutan bakau, pesisir, hutan sekunder, hutan primer, dan hutan di dekat pemukiman warga.[5] Persebaran bokoi hanya terbatas di Pulau Pagai Selatan, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Sipora di Kepulauan Mentawai, Sumatera.[6]

Status konservasi

Bokoi kini keberadaannya terancam punah. [1] Perburuan bokoi yang berlebihan membuat jumlah populasi beruk ini semakin berkurang.[1] Pertambahan penduduk di Kepulauan Mentawai menyebabkan kebutuhan akan tempat tinggal dan lahan perkebunan meningkat.[1] Hal tersebut berdampak pada hutan yang ada di kepulauan tersebut, yaitu banyak hutan yang menjadi dibuka untuk daerah pemukiman dan perkebunan.[1] Populasinya bokoi hanya tersisa sekitar 2.100-3.700 ekor. [1] Padahal pada tahun 1980-an populasinya masih tercatat sebanyak 15.000 ekor.[1] Predaor dari bokoi adalah elang ular jambul, piton, dan manusia.[6] Manusia adalah predator terganas yang dapat menyebabkan populasi bokai semakin terus berkurang drastis.[6]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h "Macaca pagensis". IUCN Red List. Diakses tanggal 9 Mei 2014. 
  2. ^ a b c d e "Melestarikan Alam Indonesia". Yayasan Obor Indonesia. Diakses tanggal 9 Mei 2014. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k "Mentawai macaque". Arkive. Diakses tanggal 9 Mei 2014. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m "Macaca pagensis". Encyclopedia of Life. Diakses tanggal 9 Mei 2014. 
  5. ^ a b "Population genetics of the two Mentawai macaques" (PDF). Siberut Island.org. Diakses tanggal 10 Mei 2014. 
  6. ^ a b c "Mentawai macaque". The Primata. Diakses tanggal 9 Mei 2014.