Jabodetabekjur

wilayah metropolitan di Indonesia
Revisi sejak 31 Oktober 2014 07.25 oleh Yukni (bicara | kontrib)

Jabodetabek atau Jabodetabekmuntjur[1] adalah sebuah akronim dari Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi, yaitu sebuah kawasan metropolitan Jakarta dan sekitarnya. Sebelum dibentuknya Kota Depok sebagai pemekaran dari Kabupaten Bogor, akronimnya adalah Jabodetabek.

Definisi

Kawasan Jabodetabek mencakup wilayah administrasi:


Demografi

Dari seluruh penghuninya diperkiran sebesar 8,8 juta orang tinggal di Jakarta, 3,7 juta orang di Bekasi, 3,4 juta orang di Tangerang, dan 2,6 juta orang di Bogor. Populasi ini meningkat setiap tahunnya dikarenakan besarnya urbanisasi dari seluruh wilayah Indonesia. Pemerintah Indonesia memproyeksikan bahwa populasi Jabotabek akan mencapai 32 juta orang pada tahun 2016. Menurut statistik tersebut, Jakarta akan memiliki 12 juta orang dan daerah-daerah penyangganya memiliki 20 juta orang.

Pembagian Administratif Wilayah (km²) Populasi (2007 Untuk Jawa Barat) Penduduk (/km²)
DKI Jakarta 664 8,699,600 (2005)[2] 13,100
Kota Bogor, Jawa Barat 118.50 866,034[3] 40,168
Kota Depok, Jawa Barat 200.29 1,412,772[3] 7,053
Kota Bekasi, Jawa Barat 210.49 62,084,831[3] 9,904.6
Kota Tangerang, Banten 164.5 1,537,244 (2005)[4] 9,342
Kota Tangerang selatan*, Banten 210* 966,037* 4,600*
Kabupaten Bogor, Jawa Barat 3,440.71 4,316,236[3] 1,254.4
Kabupaten Tangerang, Banten 1,110 3,435,205 (2006)[5] 3,094
Kabupaten Bekasi, Jawa Barat 1,484.37 2,032,008[3] 1,368.9
Wilayah Metropolitan Jabodetabek 7,392 24,383,930 3,341.6

* Jumlah tidak termasuk angka terpisah Tangerang Selatan yang baru-baru ini memisahkan diri

Padanan istilahnya dalam bahasa Inggris adalah Greater Jakarta yang berarti kawasan perkotaan yang terintegrasi dengan Jakarta. Populasinya pada tahun 2005 diperkirakan 18,5 juta orang, menempatkannya sebagai salah satu sepuluh besar wilayah metropolitan di dunia. Dan juga merupakan wilayah metropolitan terbesar di Asia Tenggara.

Transportasi

Pada tahun 2000, jumlah perjalanan di Jabotabek sebanyak 29,2 juta perjalanan/hari. Persentase moda angkutan yang digunakan: bus 52,7%; mobil pribadi 30,8%; sepeda motor 14,2%; dan kereta api 2%. Gejala komuter dari Botabek ke Jakarta sangat bergantung pada fasilitas kereta rel listrik dan jaringan jalan tol. Saat ini antara Jakarta dengan wilayah Botabek telah dihubungkan oleh beberapa jaringan jalan tol, antara lain :

Peruntukan Wilayah

Sejak tahun 1977, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan bahwa wilayah Botabek sebagai wilayah penyangga kota Jakarta. Hal ini disebabkan karena terlalu padatnya kota Jakarta untuk menampung semua aktivitas pemerintahan, perdagangan, dan industri. Berdasarkan hal tersebut pemerintah mulai mengatur pembangunan dan peruntukan wilayah di Jabotabek. Untuk aktivitas pemerintahan, tetap dikonsentrasikan di wilayah Jakarta Pusat. Pada tahun 1995, Presiden Soeharto pernah berencana untuk memindahkan pusat pemerintahan negara ke daerah Jonggol[butuh rujukan] di kabupaten Bogor. Tetapi ide tersebut tidak dapat terlaksana dikarenakan krisis keuangan yang melanda Indonesia pada tahun 1997.

Untuk industri, pengembangan dikonsentrasikan di kawasan Cibitung dan Cikarang (Kab. Bekasi) serta Cikupa (Kab. Tangerang). Untuk pemukiman, pengembang-pengembang besar banyak membangun kota-kota satelit yang dilengkapi dengan sarana pendukung kota seperti sekolah, pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan tempat hiburan. Kota-kota satelit ini banyak berkembang di Kota Bekasi, Kota Tangerang, Serpong (Kota Tangerang Selatan),Kota Depok dan Kawasan Cibubur meliputi: Cibubur (Kota Depok), Cibubur (Kota Bekasi), Cibubur Kecamatan Cileungsi (Kab. Bogor).

Referensi

Lihat pula

Pranala luar

Catatan kaki