Ady Setiawan adalah putra pertama dari pasangan Surono dan Sry Suliyaningsih.
Ayahnya berprofesi sebagai petani dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Masa kecilnya dilewati di beberapa daerah yang berbeda-beda, mulai di Tuban, Semarang, Sidoarjo, hingga di Padang Sidempuan, Sumatera Utara pada usia 4,5 tahun. Keluarganya berpindah ke Sulawesi pada 10 Oktober 1997, dan saat memasuki usia lima tahun ia mulai bersekolah di SD Inpres Lelejae, Sulawesi Selatan. Setamatnya di bangku SD, ia meneruskan ke salah satu sekolah swasta yang baru berdiri, MTs. Al-Hikmah, di Kab. Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Di sekolah tersebut, Ady mulai mengenal organisasi berawal ketika diangkat sebagai wakil ketua OSIS.
Ia memilih berhijrah ke tanah Jawa untuk melanjutkan studi tingkat SMA. Tepat hari Sabtu, 7 Juli 2007 ia resmi tercatat sebagai siswa di MA. Wali Songo Putra, Ngabar Ponorogo Jawa Timur. Selang setahun berada di kampus yang mewajibkan siswanya berbahasa Arab dan Inggris itu, ia diangkat sebagai pengurus di organisasi Penggerak Bahasa. Dari sinilah ia lebih banyak belajar organisasi, sehingga pada 30 Oktober 2009 ia diamanahi untuk memimpin Organisasi Santri Wali Songo (OSWAS) sebagai Ketua Umum. Sabtu, 18 Juni 2011, ia menyelesaikan studi dengan predikat sangat baik di sekolah multikultural tersebut.
Pasca studi tingkat SMA, atas restu kedua orang tua ia memutuskan untuk melanjutkan bangku perkuliahan di Prodi Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Belum genap setahun di perkuliahan, ia terpilih sebagai wakil ketua BEM Prodi. Cukup banyak belajar dari organisasi internal, tepat tanggal 16 Desember 2012 ia terpilih sebagai Ketua IMMAPSI (Ikatan Mahasiswa Manajemen Pendidikan/Administrasi Pendidikan Seluruh Indonesia) untuk Wilayah II (Jawa, Madura, Bali, dan Nusa Tenggara). Melalui organisasi nasional ini, ia dapat mengenal dan belajar lebih banyak dari rekan-rekannya di seluruh penjuru Nusantara.
Salah satu mimpi besar pria kelahiran Tuban, 29 November 1992 ini adalah ingin merasakan atmosfer pembelajaran di negeri orang. Melalui Program “Academic and Culture Student Exchange” yang diselenggarakan FIP, mimpinya dapat terwujud setelah terpilih sebagai salah satu dari enam mahasiswa yang belajar di kampus Collage of Local Administration (COLA), Khon Kaen University, Thailand. Bersama rekan-rekannya, ia mengumpulkan dan mengemas catatan perjalanan spektakuler itu ke dalam sebuah buku yang berjudul “The Short Story from Khon Kaen”. Pada tahun 2014 ini, dia kembali berkesempatan mengunjungi negeri Gajah Putih itu bersama tim Pusat Studi dan Layanan Penyandang Disabilitas (PSLPD) Unesa untuk mengikuti International Conference on Educational Research (ICER) yang diikuti perwakilan berbagai negara yang dihelat di kampus yang sama.
Besar harapannya, bisa berkesempatan menjelajahi belahan dunia yang lain untuk memperluas pengalaman sekaligus membanggakan kedua orang tuanya yang kini berdomisili di dusun Merarai, desa Pandan Satu, kec. Sei Tebelian, kab. Sintang, Kalimantan Barat