Kota Raja, Sikur, Lombok Timur

desa di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat
  1. ALIH Templat:Kotak info desa

Kotaraja adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Pada zaman sebelum Kerajaan Bali, kotaraja adalah salah satu kampung, bagian dari Desa Loyok yang pada saat itu di pimpin oleh Raden Lung Negare. Raden Lung Negare mempunyai saudara yang bernama Raden Sute Negare. Namun kedua bersaudara ini tidak akur dan sering berkelahi, sampai akhirnya Raden Lung Negare memilih untuk pergi dari kerajaan karena sudah tak tahan dengan pertengkaran yang terus menerus dengan saudaranya, Raden Sute Negare.

Raden Lung Negare kemudian mengembara mengikuti arah angin sampai akhirnya ia memilih untuk beristirahat di suatu tempat dan menetap di sana. Tempat ini kemudian diberi nama kotaraja.

Dalam perjalanan hijrah ke Kotaraja, Raden Lung membawa sapu jagat dan sebuah beduk yang sampai sekarang beduk tersebut masih tersimpan dengan rapi bahkan masih di gunakan di Masjid Jami’ Raudatul Mutttaqin. Kini masjid ini menjadi salah satu warisan budaya yang berada di bawah pengawasan kementrian kebudayaan dan pariwisata RI. Bagian utama dari masjid, tidak boleh mengalami perubahan sama sekali. Jika ada renovasi, maka harus dengan seijin Kemenbudpar RI.

Pada zaman penjajahan Belanda, Kotaraja di pecah menjadi 2 bagian yaitu Kotaraja Utara dan Kotaraja Selatan. Kotaraja Utara di pimpin oleh Mamiq Rumilang sedangkan Kotaraja Selatan dipimpin oleh Jero Jalaludin. Pada zaman Jepang (1942-1945). Kotaraja mengalami pergantian pimpinan dari Mamiq Rumilang ke H. Lalu Sirajudin sedangkan Jero Jalaludin digantikan oleh H Lalu Abdul Muit.

Pembagian wilayah kedusunan Kotaraja Utara meliputi daerah kedusunan dayan peken, pedaleman utara sampai dengan tetebatu. Kotaraja selatan meliputi daerah kedusunan sebelah utara dalem lauq sampai ke selatan ke desa montong baan/dayan kawat.

Pada zaman dahulu masyarakat bangsawan dan masarakat jajar karang di desa kotaraja bertempat tinggal di tempat yang berbeda dan juga memiliki pimpinan masing-masing.

   Kotaraja Utara memiliki 2 kekeliangan
       keliang jero/bangsawan di pimpin oleh H. Lalu Ismail
       keliang jajar karang di pimpin oleh Papuk Jahre
   Kotaraja Selatan juga memiliki 2 kekeliangan
       keliang jero/bangsawan di pimpin oleh H.L Abdul jabar
       keliang jajar karang di pimpin oleh Jeroayah Tawap

Pada tahun 1962-1982 sistem pemerintahan Kotaraja mengelami perubahan. Perubahan ini ditandai dengan penggabungan Kotaraja Selatan dengan Kotaraja Utara, yang kemudian dipimpin oleh Raden H.Lalu Ilyas . Adapun batas batas desa yang baru adalah :

   Utara = desa tetebatu
   Selatan =desa loyok
   Timur desa lendang nangka
   Barat =desa pringga jurang

Pada masa kepemimpinan Kepala Desa H.Marzuki Ali, Kotaraja terdiri dari 5 kekeliangan:

   Kekeliangan DayanPeken dan Otak Desa dipimpin oleh Keliang HL. Zainudin
   Kekeliangan Dalem Lauq dan  Tibu Karang dipimpin oleh Keliang Japsari
   Kekeliangan Jabon dan Dasan Petung dipimpin oleh Keliang L. Sukarmi
   Kekeliangan Marang Utara dan Marang Selatan dipimpin oleh Keliaang H.L.SABRI
   Kekeliangan Lingkok Marang dan Tanggluk dipimpin olehKeliang  Amaq Marzuki

Mulai tahun1983 sampai sekarang Kotaraja dibagi menjadi 10 kekeliangan atau sekarang di kenal dengan istilah kedusunan yang di pimpin oleh Kepala Desa H.L M Yunus (1983-1999)

   Kadus Dalem Lauq = Bapak Japsari
   Kadus Tibu Karang =Amaq Sumaidi
   Kadus Dasan Petung =L. Abdurrahman
   Kadus Jabon =H.L Jayadi
   Kadus Dayan Peken = H.L Puadi
   Kadus Otak Desa =Mahrup
   Kadus Marang Utara =H.L Mas’hud
   Kadus Marang Selatan = Amak Munawarah/amak juna
   Kadus Lingkok Marang = Amak Rahil
   Kadus Tanggluk = Amak Marzuki

Tulisan ini merupakan hasil wawancara penulis dengan Nara Sumber Lalu SURAJA.

PENULIS = Lalu Hendry Bagus Setiawan Nugaba

EDITOR : Lalu Muhamad Jaelani

  • ) Sejarah ini masih bersifat sementara, jika anda memiliki versi berbeda, mohon untuk dikirimkan ke komunitas@sasak.org