Bi Nang Ti

Revisi sejak 13 Desember 2014 23.12 oleh Gilangsuryas (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'Bi Nang Ti merupakan seorang putri dari Campa (putri Cempo), putri dari Bi Nang Un dan Na Li Ni. Bi Nang Ti kemudian di peristri oleh Pangeran Badranala, seora...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Bi Nang Ti merupakan seorang putri dari Campa (putri Cempo), putri dari Bi Nang Un dan Na Li Ni. Bi Nang Ti kemudian di peristri oleh Pangeran Badranala, seorang putra mahkota dari Kerajaan Lasem, sebuah kerajaan otonom dari Kerajaan Majapahit. Mereka berputra Pangeran Wirabajra dan Pangeran Santibadra.

Menetap di Nusantara

Rombongan ekspedisi dari Laksamana Cheng Ho tiba di Nusantara dan singgah di Kerajaan Lasem dan diterima dengan hangat oleh Raja Lasem pada waktu itu, Pangeran Badranala. Salah seorang awak kapalnya bernama Bi Nang Un memilih untuk menetap di Kerajaan Lasem dan dipersilakan oleh Raja Lasem, asalkan mau mengenalkan budayanya serta membawa benda-benda dari Negeri Campa. Ia pun akhirnya pergi ke Campa dan ke Lasem dengan membawa istrinya serta kedua anaknya yang masih kecil ke Lasem, dengan membawa sepasang Merak Campa berbulu biru, ayam Campa, tanaman delima, mangga blungkow (pelem blungo), padi Campa klewer, ketan hitam, tebu Limpow, serta orang-orang Campa yang pandai berkesenian. Mereka diberi tanah di selatan Sungai Kemendhung dekat taman Banjarmlathi (sekarang merupakan daerah Sumbergirang, Jolotundo dan Karangturi).

Seni Budaya Berkembang Pesat

Setelah Putri Cempo Bi Nang Ti dewasa, ia sering mengajari warga-warganya menari, membatik, dan berkesenian lainnya. Dari beliau lah, terlahir BATIK LASEM yang merupakan Batik Pesisiran yang banyak mengandung mootif-motif berunsur Jawa Pesisiran Lasem, Campa, dan Tiongkok. Kesenian Lasem semakin berkembang pesat setelah ia dan kakak laki-lakinya menikah dengan orang Lasem. Beberapa kesenian yang berkembang pesat adalah seni karawitan, seni tari, seni batik, seni kriya, dll, yang merupakan perpaduan budaya Jawa dan Campa.

Wafat

Pada usia 53 tahun, beliau menjadi seorang Pamong Agung Agama Buddha Sakyamuni di Pasraman Banjarmlathi Lasem. Pada usia 57 tahun tepatnya pada tahun syaka 1389 beliau wafat dan abu jenazahnya disemayamkan di bukit Regol sekitar daerah Bonang, Lasem.