Ketapanrame, Trawas, Mojokerto

desa di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur
Revisi sejak 29 Desember 2014 13.27 oleh 114.79.28.5 (bicara) (desa ketapanrame)

\\II.1. Lokasi Geografis dan Lingkungan Alam

Ketapanrame
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenMojokerto
KecamatanTrawas
Kode pos
61375
Kode Kemendagri35.16.04.2001 Edit nilai pada Wikidata
Luas495 Hektar
Jumlah penduduk6235 Jiwa
KepadatanSedang
Desa Ketapanrame terletak di Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto, Desa Ketapanrame terdiri dari 3 Dusun yaitu Dusun Ketapanrame, Dusun Sukorame, Dusun Slepi yang jarak dari ketiganya tidaklah jauh, dan pusat pemerintahannya terdapat di Desa ketapanrame, keadaan tanah di desa ketapanrame sangat subur dan sangat cocok ditanami sayur-sayuran, buah-buahan dan segala jenis tumbuhan lainya  karena desa ketapanrame terletak di daerah pegunungan, luas wialayah desa ketapanrame 345.460 Ha, dengan batas desa  sebagai berikut: 

Utara : Desa Kesiman Selatan: Hutan/KPH Pasuruan Barat : Desa Trawas Timur : Kabupaten Pasuruan

Desa Ketapanrame secara geografis terletak di ketinggian 700 - 1200m dari permukaan air laut dan di bawah lereng gunung welirang, tingkat kemiringan desa ketapanrame 35 ° derajat. Curah hujan di desa ketapanrame 2.708 dan suhu udara rata-rata 18 - 21°C. Desa ketapanrame terletak diantara dua pegunungan yaitu gunung penanggungan dan welirang, di desa ketapanrame mempunyai kekayaan alam dan budaya yang orisinil dan terjaga.. Beberapa tempat wisata di desa ketapanrame adalah wana wisata air terjun Dlundung yang berada paling ujung desa ketapanrame dan memasuki areal lahan perhutani, di setiap hari libur akan sangat ramai sekali dengan pengunjung dari luar kota dan lokal. 

Desa ketapanrame adalah desa dengan segudang prestasi dalam pemerintahan denga beberapa kali memenangkan lomba desa baik tingkat kabupaten sampai tingkat nasional, desa ketapanrame mempunyai sebuah badan usaha yang buat oleh pemerintah desa Ketapanrame (BUMDES) BPAM yang dalam hal ini di bidang pengelolaan air minum untuk masyarakat lokal, pervillaan dan juga hotel, BPAM Desa Ketapanrame saat ini Berpenghasilan kotor 400juta perbulan yang di anggarkan untuk perbaikan dan penambahan infrastruktur perusahaan dan pengembangannya, selabihnya digunakan untuk kesejahteraan sosial masyarakat Desa Ketapanrame, banyak manfaat yang bisa di ambil dari Bumdes Desa Ketapanrame selain penunjang Desa secara finansial diantaranya menciptakan lapangan kerja baru dan pembinaan generasi muda. Tidak kalah dengan prestasi desanya Bumdes Ketapanrame juga sering mendapat penghargaan dan sebagai tolak ukur dalam sistem pengelolaan Bumdes yang notabene memanfaatkan sumber daya air sebagai bahan jual. Hampir dari seluruh desa yg berada di indonesia berkunjung untuk studi banding dalam hal ini. Sejarah singkat desa ketapanrame dikisahkan bahwa semenjak masih banyak kerajaan di Jawa Timur, di desa ketapanrame merupakan suatu wilayah tempat bertapa yang sangat ramai dikunjungi oleh para pertapa. Pertapa menyukai daerah ini karena terletak di lereng Gunung Welirang yang berhawa sejuk, dengan suasana gemercik air yang mengalir dari pegunungan. Dan pada saat itu, secara kepercayaan, gunung dianggap tempat yang baik untuk pemujaan. Bermula dari kondisi daerah seperti itu pada zaman dulu, maka dinamakanlah desa tersebut Desa Ketapanrame. Ketapanrame berasal dari kata pertapaan dan kata ramai.

II.2. Demografi

Jumlah dan Komposisi Penduduk Berikut jumlah dan komposisi penduduk Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawsa, Kabupaten Mojokerto Jumlah Penduduk 5.001 Orang (pada tahun 2013/2014) Jumlah Penduduk dalam bentuk tabel a. Jumlah penduduk menurut Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 2.511 Orang 2.490 Orang

b. Jumlah penduduk menurut Umur Umur Jumlah 00 - 06 Tahun 512 Orang 07 - 18 Tahun 885 Orang 19 -50 Tahun keatas 4.024 Orang

c. Jumlah penduduk menurut Agama Agama Jumlah Islam 4.908 Kristen 4 Katholik 34 Hindu 6 Budha -

d. Jumlah penduduk menurut tingkat Pendidikan Lulusan pendidikan Umum Jumlah TK 176 SD/MI 1398 SMP/MTs 1094 SMA/MA 990 D I -D3 28 SARJANA S1-S3 105


e. Jumlah penduduk menurut Pekerjaan a. Karyawan Pegawai Negeri Sipil 32 ABRI 2 Swasta 947 b. Wiraswasta/Pedagang 415 c. Tani 785 d. Pertukangan 188 e. Pensiunan 24 f. Jasa 2

     F .Jumlah penduduk menurut Mobilitas/Mutasi penduduk

Lahir Laki-laki 31 Perempuan 21 Jumlah 52 Mati Laki-laki 5 Perempuan 5 Jumlah 10 Datang Laki-laki 17 Perempuan 12 Jumlah 29 Pindah Laki-laki 4 Perempuan 12 Jumlah 29

Jumlah Kepala Keluarga 1.516 KK


II.3. Sosial-Ekonomi Pemanfaatan tanah Sawah Sawah atau ladang pertanian dimanfaatkan untuk mananam bahan pangan misalnya padi dan palawijaya seperti padi,jagung,ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kedelai. Sayur-sayuran seperti kubis, kentang,sawi,tomat dll. Buah-buahan yang sering ditanami adalah pisang,pepaya,mangga,rambutan,alpukat, salak dll.

Tegalan Tanah tegalan berbeda dengan sawah tanah tegalan adalah lahan kering yang ditanami dengan tanaman musiman atau tahunan Tegalan sangat tergantung pada turunnya air hujan dan tidak menggunakan sistem irigasi. Tagalan dimanfaatkan untuk menanam tanaman musiman atau tahunan Singkong, ketela pohon, dan jenis kacang-kacangan untuk sayur. Pekarangan Pekarangan dimanfaatkan sebagai usaha penanaman sawi, bayam, buah-buahan dan hasilnya nanti dijual dan mendapatkan keuntungan. Selain itu juga Sebagai tempat tanaman hias; dapat dipakai untuk keperluan adat atau upacara seperti penganten, kematian, sesajen, dan lain-lain. Biasanya diutamakan tanaman hias dengan bunga yang wangi seperti kuntil, melati, mawar, kenanga, kamboja, dan sejenisnya yang merupakan bunga-bungaan tradisional.

Makam Manfaat Makam selain untuk tempat pemakaman juga diman faatkan untuk ditanami bunga-bunga di sekitar area makam tuajuanya agar para peziarah mudah menemukan bunga-bunga untuk menyekar dan tidah harus membeli jika dalam keadaan mendadak, selain tempat pemekaman islam juga ada tempat pemakaman orang beragama kristen yang letaknya tidak jauh dari makam islam.

Organisasi sosial Organisasi yang ada di Desa Ketapanrame ini banyak sekali macamnya. Dalam menjaga rasa kebersamaan dan kekeluargaan, dibentuk organisasi-organisasi seperti Karang Taruna untuk para pemuda sebagai generasi penerus dan Remas bagi para remaja yang aktif dalam kegiatan kerohanian Islam. Selain ada organisasi untuk para remaja, juga ada organisasi untuk para penduduk bahkan ada pula organisasi untuk para ibu. a. Organisasi untuk remaja diantaranya : • Karang taruna • Remas ( Remaja Masjid) • IPNU-IPPNU b. Organisasi untuk penduduk Desa diantaranya : • LPM ( Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) • LKM ( Lembaga Keswadayaan Masyarakat) • PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) Sistem ekonomi atau kegiatan ekonomi yang akan dibahas pada penelitian Etnografi ini lebih mengacu pada sistem mata pencaharian hidup. Sistem mata pencaharian hidup merupakan segala usaha yang dilakukan oleh setiap warga demi memenuhi kebutuhan hidup seperti untuk mendapatkan barang dan jasa. Tidak satupun warga desa ini bahkan masyarakat di Negara ini , baik prasejarah maupun modern, yang tidak memiliki sistem mata pencaharian hidup. Namun demikian, masing-masing generasi memiliki cara atau metode sendiri-sendiri saat melakukan kegiatan ekonomi tersebut. Masyarakat disini pada umumnya bekerja sebagai wiraswasta, PNS, petani, swasta, dan kuli bangunan.Hampir semua warga desa berwiraswasta/pedagang kurang lebih 415 orang sedangkan petani 785 orang pertukangan 188 orang.

					STRUKTUR 

ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA KETAPANRAME KECAMATAN TRAWAS KABUPATEN MOJOKERTO








II.4. Transportasi

Sarana dan prasarana fisik

Prasarana desa ketapanrame sudah mencukupi dan memiliki fasilitas yang baik, prasarana komunikasi dan informasi didesa ketapan rame terdapat wartel sejumlah 8 unit dan warnet 2 unit dan jumlah pelanggan GSM 800 Orang. Prasarana air bersih dan sanitasi di desa ketapanrame terdapat sumber mata air yang berasal dari gunung welirang jumlah mata air ada 6 unit dan jumlah pengelolahan air bersih/minum ada 6 unit . Prasarana peribadatan di desa ketapanrame ada 3 buah masjid yang pertama terletak di dusun ketapanrame yang kedua terletak di dusun selpi dan yang ke tiga terletak di dusun sukorame, dan jumlah mushollah 29 buah Prasarana dan sarana kesehatan jumlah puskesmas pembantu 1 unit apotik 1 unit dan pos yandu 3 unit toko obat 2 unit Prasarana dan sarana pendidikan jumlah gedung SMA 1 buah gedung SMP 2 buah dan SD 3 buah gedung TK 3 buah Prasarana dan sarana kebersihan tempat pembuangan akhir 1 lokasi jumlah gerobak sampah 3 unit jumlah tong sampah 565 unit jumlah truk pengangkut sampah 1 unit Jumlah dan jenis kendaraan Truck Umum 14unit Angkutan Per-Desa/kelurahan 23 unit Jumlah Ojek 300

TV dan Radio hampir di setiap rumah terdapat 1 buah TV masyarakat sekarang TV adalah suatu benda yang penting untuk mendapatkan informasi dari berbagai daerah dan sebagai bahan edukasi, radio sekarang mulai jarang digunakan kebanyakan menggunakan hp yang ada aplikasi radionya, jadi tidak perlu membeli radio hanya cukup dari hp saja


II.5. Sistem Religi Mayoritas penduduk desa ketapanrame beragama Islam berikut jumlah penduduk dan komposisi agama : Agama Jumlah Islam 4.908 Kristen 4 Katholik 34 Hindu 6 Budha -

Hari-hari besar agama: 1. Nuzulul Qur’an

yang diperingati pada setiap tanggal 17 Ramadhan, merupakan hari peringatan diturunkannya dan disampaikannya firman-firman Allah kepada Nabi Muhammad saw dengan perantaraan malaikat Zibril. Firman-firman Allah ini  kemudian dihimpun menjadi kitab suci Al-Qur’an yang berisikan kalam ilahi. Peristiwa di sampaikannya firman-firman Allah ini disebut pula “malam lailatul qadar”.

2. Hari Raya Idul Fitri disebut pula hari raya lebaran yang diperingati pada tanggal 1 syawal. Hari raya lebaran adalah hari bersyukur dan hari kegembiraan setelah kaum muslim menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh pada bulan ramadhan, berpuasa adalah latihan agar manusia jadi mulia hatinya dan tinggi budinya. Selesai berpuasa pada tanggal 1 syawal orang kembali menjadi fitrah, kembali suci dan bersih, saling bermaafan. Pada pagi hari tanggal 1 syawal kaum muslimin melakukan sholat ied secara berjamaah bersama di masjid atau tanah lapang.

3. Hari Raya Idul Adha

yang disebut pula Idul Qurban diperingati pada tanggal 10 zulhijjah (bulan 12 hijriyah) bahkan sering disebut lebaran haji. Pada hari ini orang islam mulai mengerjakan ibadah haji di Mekkah, disamping itu dimana-mana di seluruh dunia  orang Islam mengerjakan sholat hari Raya Iedul Fitri. Zakat fitrah dig anti dengan ibadah qurban dengan menyembelih hewan ternak untuk dibagikan kepada orang-orang fakir miskin. Ibadah haji menggambarkan bahwa hanya dengan menempuh penderitaan dan pengorbanan, orang akan sampai kepada cita-cita yang luhur dan mulia.

4. Hari peringatan 1 Muharram atau 1 Asyura adalah merupakan hari pergantian tahun atau tahun baru tarikh hijriyah. 5. Hari peringatan Maulid Nabi yang diperingati pada tanggal 12 Rabi’ul awal, yaitu merupakan hari peringatan kelahiran Nabi Muhammad sekaligus tanggal tersebut adalah hari peringatan peristiwa Hijrah Nabi dari Mekkah ke Madinah serta peringatan wafatnya Nabi Muhammad saw.

6. Hari peringatan Isra dan Mi’raj diperingati setiap tanggal 27 Rajab (bulan ke 7), peristiwa Isra adalah peristiwa perjalanan Nabi Muhammad dan Masjidil Haram (Masjid suci) di Mekkah ke Masjidil Aqso di Yerussalem. Peristiwa Mi’raj adalah kenaikan Nabi Muhammad dari Masjidil Aqso menuju ke sidratul muntaha untuk menerima tugas. Kedua peristiwa ini berlangsung dalam satu malam, perjalanan arti dan hikmah dari peringatan Isra dan Mi’raj adalah : ‘diterimanya perintah sholat lima waktu dalam sehari semalam, yaitu Isya, Subuh, zuhur/lohor, Ashar dan Maghrib, kesemuanya ini adalah tauhid karena kekuasaan Allah swt semata.

Jenis-jenis Upacara Tradisional:

Megengan Tradisi religi yang dilakukan setelah kupatan adalah megengan. Megengan masih dilakukan pada bulan Syaban tepatnya sepuluh hari sebelum bulan Ramadan (dalam kalender Islam). Tujuan dari pelaksanaan Megengan adalah sebagai peringatan akan datangnya bulan Ramadan dan menambah tali persatuan atau (ukhwah islamiyah) dalam lingkungan desa. Prosesi tradisi megengan diawali dengan setiap lingkungan membuat kelompok yang terdiri atas empat sampai lima rumah tergantung kesepakatan, tiap kelompok yang telah disepakati memilih hari untuk pelaksanaan megengan dan tiap kelompok tidak boleh memilih hari yang sama, kemudian setiap rumah yang memiliki tugas untuk melaksanakan tradisi megengan membuat berkat (makanan yang diletakkan pada wadah kemudian dibungkus plastik) sejumlah warga yang akan diundang. Berkat berisi nasi, lauk pauk, sayuran, buah, dan jajanan tradisional ataupun modern. Kebiasakan warga disini adalah memberikan satu rokok pada bungkus berkat yang ditali pada ujung plastik kresek. Setelah persiapan selesai, dimulailah acara megengan yang dilakukan setelah sholat maghrib dirumah salah satu warga yang menyelenggarakan acara dan dihadiri oleh laki-laki perwakilan tiap rumah dalam satu lingkungan. Megengan dipimpin oleh kyai yang membacakan doa dan beberapa patah kata kemudian setiap warga yang telah hadir mendapatkan satu berkat untuk dibawa pulang sebagai penutup dari tradisi megengan.

Maleman Rangkaian tradisi setelah megengan adalah maleman. Maleman merupakan tradisi religi yang dilakukan pada malam lailatul qadar, tepatnya pada sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadan. Tradisi maleman hanya boleh dilakukan pada malam ganjil di sepuluh terakhir bulan Ramadan yang bertujuan agar mendapatkan lailatul qadar. Lailatul qadar dalam Islam dikenal sebagai malam dimana kemuliaannya bagaikan malam seribu bulan yang hanya sehari dalam bulan Ramadan tetapi hanya Allah yang mengetahui kapan malam lailatul qadar itu. Prosesi maleman hampir sama dengan megengan bedanya adalah maleman dilaksanakan pada sore hari tepatnya pukul 17.00 WIB karena pelaksanaan maleman bertepatan dengan bulan puasa (Ramadan). Ziarah Kubur (Nyekar) Nyekar dilakukan masyarakat Desa Ketapanrame satu bulan sekali setiap jumat legi, hal ini merupakan kebiasaan turun-temurun yang selalu dijalankan oleh warga. Nyekar juga dilakukan pada hari hari sebelum puasa dan menjelang lebaran, biasanya dilakukan bertepatan dengan hari pelaksanaan megengan atau maleman. Tradisi ini khusus dilakukan oleh kaum laki-laki karena perempuan dianggap tabuh melakukan tradisi ini. Prosesi nyekar adalah dengan membawa peralatan yang digunakan untuk membersikan kuburan seperti cangkul, sabit, dan yang lainnya, kemudian membersihkan makam (kuburan) sanak keluarga dan yang terakhir adalah mendoakan si ahli kubur. Tradisi nyekar dilakukan dengan tujuan untuk mendoakan orang yang sudah meninggal agar senantiasa mendapatkan ampunan dari Yang Maha Kuasa. Lebaran Kupatan Lebaran kupatan merupakan tradisi kupatan yang dilakukan enam hari setelah hari raya Idul Fitri (hari raya umat Islam) tepatnya pada tanggal delapan Syawal (bulan dalam Islam). Tradisi lebaran kupatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Ketapanrame dilaksanakan setelah sholat Maghrib (pukul 18:00) di Mushola setempat dan dihadiri oleh warga sekitar mulai anak-anak sampai orang lanjut usia. Prosesi lebaran kupatan sama dengan prosesi kupatan pada bulan Syaban yang membedakan keduanya adalah waktu pelaksanaannya. Tujuan dari tradisi lebaran kupatan adalah untuk merayakan hari raya setelah berpuasa sunah selama enam hari setelah merayakan Idul Fitri 1 Syawal.


Slametan Tradisi religi yang tidak pernah ditinggalkan dan masih dianut oleh seluruh masyarakat Desa Ketapanrame adalah slametan. Dalam pengertian masyarakat setempat slametan terdiri atas berbagai macam jenis yang meliputi tironan (memperingati hari kelahiran), sunatan anak (khitanan), nikahan (merayakan pernikahan), tasyakuran (mendapatkan rezeki), dan boyongan (menempati rumah baru). Prosesi slametan diawali dengan pembuatan berkat oleh pemilik hajat (orang yang memiliki kepentingan). Berkat yang disajikan berbeda-beda kadarnya tergantung dari jenis slametan yang dilakukan. Biasanya nasi di dalam berkat tidak hanya nasi putih tetapi juga ada yang menyajikan dengan nasi uduk (sebutan untuk nasi kuning) tergantung dari yang memiliki hajat. Pelaksanaan slametan biasa dilakukan setelah sholat maghrib atau setelah sholat isya (pukul 07.00) di rumah pemilik hajat. Prosesi pelaksanaan slametan hampir sama dengan megengan dan maleman hanya saja setelah selesai pembacaan doa pemilik hajat menyediakan makanan untuk undangan yang telah hadir. Sebelum pelaksanaan slametan terlebih dulu pemilik hajat mengutus seseorang yang diberi tugas untuk menghampiri rumah tiap warga untuk mengundang perwakilan pihak laki-laki dari setiap rumah untuk menghandiri slametan. Apabila kapasitas undangan banyak maka undangan yang digunakan dalam bentuk kertas undangan yang telah dicetak sehingga lebih mudah dalam pemberiannya kepada masyarakat. Tahlilan Adat turun temurun yang masih dijalankan oleh sebagian masyarakat di desa ini adalah tahlilan. Tahlilan merupakan peringatan terhadap orang yang sudah meninggal dengan bentuk doa bersama. Tahlilan meliputi beberapa jenis yaitu tiga sampai tujuh hari wafatnya, 40 hari wafatnya, nyatus (tahlilan 100 hari wafatnya), dan nyewu (tahlilan 1000 hari wafatnya). Tradisi turun temurun ini dilaksanakan setelah isya di rumah warga yang melaksanakan tahlilan dengan tujuan untuk mendoakan orang yang meninggal agar mendapatkan ampunan dan mendoakan orang yang ditinggalkan agar mendapatkan ketabahan dan keselamatan. Prosesi tahlilan diawali dengan membaca mauidah khasanah (ceramah) yang dipimpin oleh kyai atau pemuka masyarakat, pembacaan yasin bersama, pembacaan tahlil bersama, pembacaan doa, kemudian diakhiri dengan saling bersalaman sebelum pulang ke rumah masing-masing. Mithoni (tingkepan) Dalam kehidupan masyarakat, saat memasuki masa kehamilan diadakan mithoni (perayaan tujuh bulanan) yang diadakan dirumah ibu hamil yang bersangkutan. Tujuan mereka menjalankan tingkepan adalah agar si jabang bayi (calon anak) diberi keselamatan, kesehatan tanpa kekurangan apapun serta agar di ibu diberi kelancaran dalam prosesi kelahiran bayi nantinya. Mithoni merupakan prosesi satu-satunya selama kehamilan karena dilaksanakan untuk anak pertama. Adapun upacaranya berupa pengajian dan slametan. Ciri khas dari mithoni ini adalah pada rujak yang dimasak untuk perayaan. Masyarakat percaya apabila rasa rujak yang telah dimasak pedas maka si anak adalah laki-laki dan apabila rujak terasa gurih (manis) maka si anak nantinya adalah perempuan. Selain rujak ada juga pasung yang merupakan jajanan yang terbuat dari tepung beras kemudian dibungkus dengan daun nangka. Kedua ciri khas ini tidak terdapat pada tradisi lainnya karena hanya dapat ditemukan pada tradisi tingkepan. Pengajian Rutin Pengajian rutin merupakan serangkaian tradisi religi agama Islam yang menjadi budaya bagi masyarakat Desa Ketapanrame. Pengajian rutin diadakan oleh remaja masjid (biasa dikenal masyarakat dengan sebutan Remaja Masjid Baitul muttaqin) yang dipimpin oleh ustad atau penanggung jawab dari remaja masjid. Pengajian ini dilaksanakan setiap ada peringatan Hari Besar Agama Seperti Maulid Nabi pelaksanaannya berada di Masjid. Tujuan diadakannya pengajian rutin di wilayah ini adalah untuk meningkatkan ketaqwaan masyarakat desa kepada Tuhan Yang Maha Esa. II.6.Kesenian dan Hiburan

Kesenian yang masih ada di desa ketapanrame adalah kesenian Al banjari dan Kesenian bantengan, dan pencak silat kesenian Al banjari kesenian Al banjari ini biasanya ditampilkan setiap satu minggu sekali setiap hari sabtu di serambi masjid kesenian Albanjari ini di adakan untuk memper erat tali silaturrahim antar remaja masjid dan untuk mengisi waktu malam minggu yang lebih bermakna dan bermanfaat Albanjari juga menunjukkan rasa cinta kepada Allah dan Rasullullah, selain tampil satu minggu sekali juga diadakan lomba Al banjari antar remaja masjid tujuanya adalah untuk memperkembangkan kesenian Albanjari agar tetap ada dan selalu di sukai dan digemari Kesenian Bantengan Seni Tradisional Bantengan, adalah sebuah seni pertunjukan budaya tradisi yang menggabungkan unsur sendra tari, olah kanuragan, musik, dan syair/mantra yang sangat kental dengan nuansa magis. Pelaku Bantengan yakin bahwa permainannya akan semakin menarik apabila telah masuk tahap “trans” yaitu tahapan pemain pemegang kepala Bantengan menjadi kesurupan arwah leluhur Banteng (Dhanyangan). Seni Bantengan yang telah lahir sejak jaman kerajaan jaman Mpu Sindok (situs candi Jago – Tumpang) sangat erat kaitannya dengan Pencak Silat. Karena gerakan tari yang dimainkan mengadopsi dari gerakan Kembangan Pencak Silat. Tidak aneh memang, sebab pada awalnya Seni Bantengan adalah unsur hiburan bagi setiap pemain Pencak Silat setiap kali selesai melakukan latihan rutin.Setiap grup Bantengan minimal mempunyai 2 Bantengan seperti halnya satu pasangan yaitu Bantengan jantan dan betina. Permainan kesenian bantengan dimainkan oleh 2 orang yang berperan sebagai kaki depan sekaligus pemegang kepala bantengan dan pengontrol tari bantengan serta kaki belakang yang juga berperan sebagai ekor bantengan. Ornamen yang ada pada Bantengan yaitu  : 1. Tanduk (banteng, kerbau, sapi, dll) 2. Kepala banteng yang terbuat dari kayu ( waru, dadap, miri, nangka, loh, kembang, dll) 3. Mahkota Bantengan, berupa sulur wayangan dari bahan kulit atau kertas 4. Klontong (alat bunyi di leher) 5. Keranjang penjalin, sebagai badan (pada daerah tertentu hanya menggunakan kain hitam sebagai badan penyambung kepala dan kaki belakang) 6. Gongseng kaki 7. Keluhan (tali kendali) Dalam setiap pertunjukannya (disebut “gebyak”), Bantengan didukung beberapa perangkat. Yaitu : 1. 2 orang Pendekar pengendali kepala bantengan (menggunakan tali tampar) 2. Pemain Jidor, gamelan, pengerawit, dan sinden. Minimal 1 (satu) orang pada setiap posisi 3. Sesepuh, orang yang dituakan. Mempunyai kelebihan dalam hal memanggil leluhur Banteng (Dhanyangan) dan mengembalikannya ke tempat asal 4. Pamong dan pendekar pemimpin yang memegang kendali kelompok dengan membawa kendali yaitu Pecut (Cemeti/Cambuk) 5. Minimal ada 2 Macanan dan 1 Monyetan sebagai peran pengganggu bantengan. 6. Berbagai macam alat dan kelengkapan yang diperlukan (Umbul-umbul, bendera,dll) Jadi, dalam setiap grup yang mempunyai minimal 2 Bantengan, jumlah personil yang terlibat adalah 20 orang.

Jumlah sanggar/tempat latihan Kesenian Albanjari satu tempat yaitu di masjid dan Kesenian bantengan dan pencaksilat juga ada satu tempat untuk latihan yaitu di rumah pemilik kesenian, pengurus kesenian Albanjari adalah Mustofa Spdi ketua remaja masjid, dan pemilik kesenisn bantengan dan pencak silat adalah Naryo seorang seniman yang mendirikan kesenian bantengan dan pencak silat di desa ketapanrame. Pemanfaatan kesenian bagi warga sekitar adalah ketika ada suatu acara pernikahan atau khitanan kesenian banjari sering di undang untuk menghibur para undangan yang datang dengan bacaan lagu sholawat Albanjari, bantengan juga sama ketika ada acara pernikahan dan khitanan juga sering di pakai untuk menghibur para undangan dan pengantin juga yang ber khitan,bantengan juga diadaka ketika ada acara festival se kecamatan dan di adakan lomba antar kelompok seni bantengan.

Sistem Mata Pencaharian Sistem mata pencaharian hidup merupakan segala usaha yang dilakukan oleh setiap warga demi memenuhi kebutuhan hidup seperti untuk mendaparkan barang dan jasa. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka bekerja sebagai petani, berwiraswasta, buruh pabrik dan ada juga yang bekerja sebagai kuli bangunan. Meskipun berbeda, kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat tersebut berkisar pada aktivitas menghasilkan barang dan jasa (produksi), serta pemakaian atau pemanfaatan atas barang dan jasa tersebut (konsumsi). Pada sektor-sektor jasa, juga banyak sekali, seperti penjual bakso, penjual makanan-makanan , hingga tukang tambal ban. Semua pekejaan itu sangat membantu sekali bagi masyarakat, selain juga mereka terpenuhi atas jasa yang telah di terima. Ini seperti halnya simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.


Bahasa dan dialek Di Desa ketapanrame ini penduduknya menggunakan bahasa Jawa pada kehidupan sehari–hari. Bahasa Jawa yang digunakan dibedakan menurut lawan bicara yang dihadapi, misalnya untuk berbicara dengan orang atau teman sebaya menggunakan bahasa Jawa ngoko, sedangkan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua dipergunakan bahasa Jawa kromo atau bahasa Jawa yang lebih halus tingkatannya daripada bahasa Jawa ngoko. Selain bahasa Jawa, terkadang penduduknya juga menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia biasanya digunakan dalam acara yang bersifat resmi atau berada dalam suatu lembaga yang resmi, seperti ketika berbicara dengan guru dalam kelas.

Ilmu Pengetahuan Penduduk di Desa Ketapanrame ini memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja keras. Tapi di tengah kesibukannya, mereka tidak melupakan lingkungan tempat tinggalnya. Mereka berusaha menjaga kebersihan dengan kerja bakti dan menjaga keamanan dengan ronda malam. Masyarakat di desa ketapanrame hampir setiap rumah menggunakan kompor Gas LPG untuk memasak dan setiap orang sudah memegang hp sendiri bahkan sampai anak-anak kecil sudah bisa mengoperasikan handphone, Untuk mengetahui keadaan dan ramalan cuaca mereka cukup melihatnya dari media elektronik seperti Televisi. Apabila sedang sakit, mereka menggunakan obat- obatan yang banyak dijual di toko atau di apotek. Tapi masih ada juga warga yang mengenal obat dari tumbuh–tumbuhan seperti daun jarak untuk perut kembung, daun jambu biji untuk diare, jahe untuk menghangatkan badan dan banyak lagi yang lainnya. Namun ada beberapa kelompok masyarakat yang masi mempercayai dukun sebagai orang yang dapat menyembuhkan penyakit mereka. Dalam masyarakat perkotaan seperti ini sebenarnya sudah tabu jika masih percaya akan pengobatan pada dukun seperti itu. Akan tetapi itu lah yang masih terjadi di lingkup kecil masyarkat simolawang ini. Mereka tidak menyadari jika berobat pada dukun atau yang mereka sebut dengan”orang pintar” itu tidak dapat di terima oleh akal sehat. Itu tentu saja karena pada saat mereka sakit dan berobat pada dukun tersebut, maka akan selalu di kait-kaitkan dan di hubung-hubungkan dengan hal-hal yang berbau mistis. Padahal dalam agama pun dilarang untuk peri ke orang-orang pintar atau dukun seperti itu. Tapi ini seakan sudah menjadi budaya yang tidak bisa mereka hilangkan.