Perang Ketel
Perang Ketel (bahasa Belanda: Keteloorlog atau Marmietenoorlog) adalah konfrontasi militer antara pasukan Republik Tujuh Belanda dan Kekaisaran Romawi Suci pada tanggal 8 Oktober 1784. Perang ini diberi nama Perang Ketel karena satu-satunya tembakan yang dilepaskan di sini melubangi ketel sup.[1]
Perang Ketel | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||||
Pihak terlibat | |||||||||
Monarki Habsburg | Republik Belanda | ||||||||
Kekuatan | |||||||||
Tiga kapal (termasuk Le Louis) | Kapal perang De Dolfijn | ||||||||
Korban | |||||||||
Satu ketel sup (bersama isinya sekalian)[1] | Tidak ada |
Latar belakang
Pasca Pemberontakan Belanda, Belanda bagian utara membentuk republiknya sendiri, sedangkan Belanda bagian selatan tetap menjadi bagian dari Spanyol. Sejak 1585, Belanda utara memblokir Scheldt agar kapal dagang tidak bisa berlayar ke kota pelabuhan Antwerpen dan Ghent. Pemblokiran ini terjadi setelah Pemberontakan Belanda usai. Ekonomi Belanda utara (terutama Amsterdam) pun semakin maju, dan kota-kota di selatan kehilangan posisi pentingnya. Pemblokiran Scheldt diamini oleh Perdamaian Westfalen tahun 1648 yang turut ditandatangani Spanyol. Setelah Perang Suksesi Spanyol, Belanda Spanyol diserahkan kepada Austria melalui Perjanjian Rastatt tahun 1714.
Sejak "Revolusi Diplomatik" Eropa tahun 1756, Austria bersama Belanda Austria menjalin persekutuan dengan Perancis. Prusia, mantan sekutu Perancis, memilih untuk berpihak pada Britania Raya. Perubahan sensasional ini mematahkan seluruh asumsi dan rencana strategis yang dibuat sejak 1713. Sebelumnya Belanda selatan diharapkan menjadi pembatas antara Republik Belanda dan Perancis, dan keamanan Republik Belanda bergantung pada hubungan erat dengan Austria dan Britania. Perubahan mendadak ini memungkinkan Belanda tetap netral dalam konflik mendatang antara Britania dan Perancis, dan Austria dan Prusia.[2]
Alur
Pada tahun 1781, Joseph II, Kaisar Romawi Suci, memanfaatkan Perang Inggris-Belanda Keempat dan menuntut sistem perlindungan dihapuskan. Tahun 1784, ia meminta agar wilayah Overmaas dan States Flanders dikembalikan, serta menuntut Belanda keluar dari Maastricht dan Sungai Scheldt dibuka kembali. Ini terjadi tidak lama setelah Perjanjian Paris. Kekaisaran Romawi Suci didukung oleh Britania, musuh Republik Belanda dalam perang terakhirnya. Perancis mendukung Belanda. Meski pasukan Belgia tidak dipersenjatai dengan baik dan kekurangan artileri dan persediaan, kaisar memutuskan untuk mengeluarkan ancaman perang.[3] Yakin bahwa Belanda tidak akan berani menanggapi ancaman tersebut, Joseph II mengirimkan tiga kapal (termasuk kapal dagang Le Louis berbendera kekaisaran) dari Antwerpen ke Sungai Scheldt.
Tanggal 9 Oktober 1784, sesuai isi surat Benjamin Franklin, perang tak dapat dihindarkan lagi. Pada hari itu, kapal Dolfijn milik Belanda dikirim untuk mencegat kapal Kekaisaran Romawi Suci. Hanya dengan satu tembakan yang kebetulan melubangi ketel sup, Le Louis menyerah.[4] Tanggal 30 Oktober, kaisar menyatakan perang. Tanggal 18 November, Negara Holandia mengambil tindakan; Count Salm diperintahkan untuk membentuk pasukan kecil. Kaum patriot memanfaatkan insiden ini untuk propaganda politik dan membentuk milisi Exercitiegenootschappen di seluruh Belanda. Kelaksamanaan Friesland menawarkan dua kapal baru, tetapi kapal-kapal tersebut tidak bisa keluar pelabuhan Harlingen dan akhirnya dimusnahkan.[5]
Menurut Annual Register tahun 1784–85, Dolfijn hanya perlu mengerahkan tujun meriamnya untuk menghentikan Le Louis. Pasukan Austria merangsek ke wilayah Belanda, menyerang sebuah pos perbatasan, dan menduduki benteng tua di Lillo yang waktu itu dijadikan tempat berkebun sayuran.
Pasukan di Lillo menjebol tanggul sehingga merendam beberapa wilayah dan menenggelamkan banyak orang.
Pada tanggal 13 Februari 1785, duta besar Belanda Van Berckel menyurati John Jay yang isinya menjelaskan situasi konflik ini.[6]
Hasil
Akibat bentrokan singkat dan berkat mediasi Perancis, perundingan kembali dilakukan oleh kedua negara dan menghasilkan Perjanjian Fontainebleau yang disepakati tahun 1785. Kapal dagang tetap dilarang berlayar di Sungai Scheldt, dan Belanda selatan mendapatkan kompensasi dari Republik Belanda. Republik Belanda diperkirakan membayar 2 juta guilder (10 juta guilder menurut sumber lain).[7] Perjanjian yang lebih mengikat soal akses ke Sungai Scheldt kembali disepakati oleh Belgia dan Belanda. Perang ini turut mendorong jatuhnya Adipati Louis Ernest dari Brunswick-Lüneburg, penasihat stadtholder Belanda, yang dituduh membantu musuh karena memiliki hubungan kekeluargaan dengan Joseph.
Referensi
- ^ a b Multiple Authors (17 September 2013). Imperial Wars 1815–1914. Amber Books Ltd. hlm. 313. ISBN 978-1-78274-125-1.
- ^ Israel, Jonathan (1995). The Dutch Republic: Its Rise, Greatness, and Fall 1477–1806. Oxford University Press. hlm. 1094. ISBN 978-0198207344.
- ^ Allmayer-Beck, J. C. (1980) Das Heerwesen under Joseph II., p. 43. In: Ōsterreich zur Zeit Kaiser Josephs II. Mitregent Kaiserin Maria Theresias, Kaiser und Landesfūrst. Niederōsterreicheische Landesausstellung. Stift Melk.
- ^ Habermehl, N. (2000) Joan Cornelis van der Hoop (1742–1825) Marinebestuurder voor stadhouder Willem V en koning Willem I, p. 91.
- ^ Habermehl, N. (2000) Joan Cornelis van der Hoop (1742–1825) Marinebestuurder voor stadhouder Willem V en koning Willem I, p. 92.
- ^ The diplomatic correspondence of the United States of America ..., Volume 6, p. 438-461. [1]
- ^ Gutka, K. (1980) Die Aussenpolitiek Ōsterreich zwischen 1740 und 1790, p. 74. In: Ōsterreich zur Zeit Kaiser Josephs II. Mitregent Kaiserin Maria Theresias, Kaiser und Landesfūrst. Niederōsterreicheische Landesausstellung. Stift Melk.