Husein Mutahar

Diplomat dan komposer musik Indonesia

M. Husein Mutahar (5 Agustus 1916 – 9 Juni 2004), atau lebih dikenal dengan nama H. Mutahar, adalah seorang komponis musik Indonesia, terutama untuk kategori lagu kebangsaan dan anak-anak.

H.
Mutahar
Duta Besar di Vatikan
Masa jabatan
1969–1973
PresidenSoeharto
Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri
Masa jabatan
1974–1974
Pendiri Paskibraka
Masa jabatan
1946–1973
PresidenSoekarno
Informasi pribadi
Lahir(1916-08-05)5 Agustus 1916
Semarang, Jawa Tengah, Hindia Belanda
Meninggal6 Juni 2004(2004-06-06) (umur 87)
Indonesia Jakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Lagu ciptaannya yang populer adalah hymne Syukur (diperkenalkan Januari 1945) dan mars Hari Merdeka (1946).[1] Karya terakhirnya, Dirgahayu Indonesiaku , menjadi lagu resmi ulang tahun ke-50 Kemerdekaan Indonesia.[1] Lagu anak-anak ciptaannya, antara lain: "Gembira", "Tepuk Tangan Silang-silang", "Mari Tepuk", "Slamatlah", "Jangan Putus Asa", "Saat Berpisah", dan "Hymne Pramuka".[2]

Karier

Ia mengecap pendidikan setahun di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada periode 1946-1947,[3] setelah tamat dari MULO B (1934) dan AMS A-I (1938).[3] Pada tahun 1945, Mutahar bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Jogjakarta, kemudian menjadi pegawai tinggi Sekretariat Negara di Jogjakarta (1947).[3] Selanjutnya, ia mendapat jabatan-jabatan yang meloncat-loncat antardepartemen. Puncak kariernya barangkali adalah sebagai Duta Besar RI di Tahta Suci (Vatikan) (1969-1973).[3] Ia diketahui menguasai paling tidak enam bahasa secara aktif. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Penjabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974).[3]

Kepanduan

Mutahar aktif dalam kegiatan kepanduan. Ia adalah salah seorang tokoh utama Pandu Rakyat Indonesia,[2] gerakan kepanduan independen yang berhaluan nasionalis. Ia juga dikenal anti-komunis. Ketika seluruh gerakan kepanduan dilebur menjadi Gerakan Pramuka, Mutahar juga menjadi tokoh di dalamnya. Namanya juga terkait dalam mendirikan dan membina Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), tim yang beranggotakan pelajar dari berbagai penjuru Indonesia yang bertugas mengibarkan Bendera Pusaka dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI.

Paskibraka

Sebagai salah seorang ajudan Presiden, Mutahar diberi tugas menyusun upacara pengibaran bendera ketika Republik Indonesia merayakan hari ulang tahun pertama kemerdekaan, 17 Agustus 1946.[4] Menurut pemikirannya, pengibaran bendera sebaiknya dilakukan para pemuda yang mewakili daerah-daerah Indonesia. Ia lalu memilih lima pemuda yang berdomisili di Yogyakarta (tiga laki-laki dan dua perempuan) sebagai wakil daerah mereka.[4]

Pada tahun 1967, sebagai direktur jenderal urusan pemuda dan Pramuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Mutahar diminta Presiden Soeharto untuk menyusun tata cara pengibaran Bendera Pusaka.[4] Tata cara pengibaran Bendera Pusaka disusunnya untuk dikibarkan oleh satu pasukan yang dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok 17 sebagai pengiring atau pemandu; kelompok 8 sebagai kelompok inti pembawa bendera; kelompok 45 sebagai pengawal. Pembagian menjadi tiga kelompok tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.[4]

Keluarga

H. Mutahar tidak menikah, namun mempunyai 8 anak semang (6 laki-laki dan 2 perempuan). Sebagian merupakan ”se­rahan” dari ibu mereka —yang janda— atau bapak me­reka —beberapa waktu sebelum meninggal dunia. Ada pula bapak/ibu yang sukarela menyerahkan anaknya untuk diakui sebagai anak sendiri. Semua sudah beru­mah tangga dan mempunyai 15 orang cucu (7 laki-laki dan 8 perempuan).

Lyrik lagu Syukur

Syukur adalah lagu nasional Indonesia yang diciptakan oleh Husein Mutahar, diperkenalkan pada bulan Januari 1945 dari Sabang sampai Merauke juga merupakan lagu penutup yang digunakan beberapa stasiun televisi pada akhir siarannya. stasiun televisi yang menggunakan lagu ini sebagai lagu penutup siaran antara lain Depok TV, JPTV Jakarta 22 UHF (sebelumnya CB Channel Depok, RTV Sukabumi, Banten TV, KCTV Karawang, IMTV Bandung, BCTV Bandung, DhohoTV, RTV Malang, Rajawali Televisi, Bekasi TV, Garuda Vision TV, Teman TV Bogor & Badar TV Cikarang), Warna TV 54 UHF (nama sebelumnya tvone, RTV Medan, Bukittinggi TV, RTV Mataram, Linggau TV, RTV Batam & Jak TV), Jaya Tv Jayapura, SINDOtv & AFB TV

Lagu pertama

Lagu

Dari yakinku teguh
Hati ikhlasku penuh
Akan karuniamu

Refrain

Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan
Kehadiratmu Tuhan

Lagu ke-2

Song

Dari yakinku teguh
Hati ikhlasku penuh
Akan karuniamu

Refrain

Refrain pertama
Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan
Kehadiratmu Tuhan
Refrain terakhir
Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan
Kehadiratmu Tuhan
Ending
Kehadiratmu Tuhan

Meninggal dunia

Mutahar meninggal dunia di Jakarta pada usia hampir 88 tahun, 9 Juni 2004 akibat sakit tua. Selama hidupnya ia tidak pernah menikah. Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Jeruk Purut, Jakarta Selatan.[1]

Referensi

  1. ^ a b c "H Mutahar Telah Pergi". Kompas. 2004-6-10. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-9-29. Diakses tanggal 2012-08-17. 
  2. ^ a b "H. Mutahar - Potret Seorang Musikus Ulung". Purna Paskibraka Indonesia. 2009-2-8. Diakses tanggal 2012-08-17. 
  3. ^ a b c d e Ismail, Gunawan (2007). Kumpulan Lagu Nasional: Persembahan untuk Indonesiaku. Niaga Swadaya. hlm. 173. ISBN 9791133719, 9789791133715 Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan). 
  4. ^ a b c d Pamuji, Kukuh (2010). "4". Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan Jakarta (Tesis Magister). p. 114. http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/131472-T%2027477-Komunikasi%20dan%20edukasi-Analisis.pdf. 

Pranala luar