Yayasan Pangeran Sumedang
Berdirinya Museum Prabu Geusan Ulun berawal dari terbentuknya Yayasan Pangeran Aria Suria Atmadja / YPASA yang dirikan oleh keluarga R. Kadir Sumawilaga merupakan adik Pangeran Aria Suria Atmadja putra Pangeran Sugih yang penerima ahli waris wakaf PASA, kemudian YPASA pada th. 55 berganti menjadi “Yayasan Pangeran Sumedang“ (YPS) sebagai lembaga bertujuan yang mengurus, memelihara dan mengelola barang Wakaf Kangdjeng “ Pangeran Aria Soeria Atmadja “ (PASA) Bupati Sumedang 1882 – 1919 . Untuk melestarikan benda – benda wakaf tersebut Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) merencanakan untuk mendirikan sebuah Museum.
Dalam ikrarWakafnya Pangeran Aria Suria Atmadja (PASA) beramanat agar barang yang diwakafkannya :
itu tidak boleh diwariskan, tidak boleh digugat oleh siapa pun juga, tidak bolehdijual, tidak boleh dirobah-robah, tidak boleh ditukar-tukar dan diganti-ganti.
Dengan demikian keutuhan, kebulatan dankelengkapan barang pusaka terjamin. Wakaf mulai berlaku jika Pangeran AriaSuria Atmadja berhenti / pesiun sebagai bupati Sumedang atau wafat.
Setelah PASA menyelesaikan urusan wakafnyadan pesiun 17 April 1919 dan pada tanggal 21 April 1921 PASA berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah Haji. Di Arab Saudi PASA disambut sebagai seorang rajadari Jawa dengan penuh kehormatan. Setelah selesai melaksanakan ibadah Hajipada tanggal 1 Juni 1921 Pangeran Aria Suria Atmadja wafat di Mekkah sehinggabeliau dikenal sebagai Pangeran Mekkah. Untuk mengenang jasa-jasa Pangeran AriaSuria Atmadja oleh pemerintahan Kolonial dibangunlah monumen Lingga.
Karena banyak sekali benda-benda peninggalan tersebut yang dapat dijadikan untuk tujuan kegiatan museum sebagai upaya pengembangan kegiatan Yayasan yang dapat bermanfaat bagi para wargi Sumedang khususnya dan masyarakat Sumedang pada umumnya. Maka pada tahun 1973 Museum Wargi-YPS didirikan, yang pada mulanya dibuka hanya untuk di lingkungan para wargi keturunan dan seketurunan Leluhur Pangeran Sumedang saja. Seiring berjalannya waktu Museum Wargi –YPS ternyata mendapat respon yang baik dari para wargi Sumedang demikian juga respon yang baik ini datang dari masyarakat Sumedang, antara lain karena lokasi Museum Wargi –YPS ini sangat strategis sekali, karena letak museum tepat dipusat Kota Sumedang, berada dalam satu kompleks dengan kantor Pemerintah Daerah (PEMDA) Sumedang dan Kantor Bupati Sumedang yang bersebelahan dengan “Gedung Negara” adalah Kantor dan tempat tinggal Bupati Sumedang.
Pada tanggal 7 – 13 Maret 1974 di Sumedang diadakan Seminar Sejarah Jawa Barat yang dihadiri oleh para ahli-ahli sejarah Jawa Barat. Pada kesempatan yang baik itu Sesepuh YPS dan Wargi Sumedang mengusulkan untuk mengganti nama Museum YPS yang disampaikan pada forum Seminar Sejarah Jawa Barat. Dan salah satu hasil dari Seminar Sejarah Jawa Barat tersebut dapat diputuskan dan ditetapkan untuk memberi nama Museum YPS, diambil dari nama seorang tokoh yang karismatik yaitu Raja terakhir Kerajaan Sumedang larang yang bernama “Prabu Geusan Ulun”. Maka pada tanggal 13 Maret 1974 Museum YPS diberi nama menjadi Museum “Prabu Geusan Ulun - Yayasan Pangeran Sumedang”.
Ketua Yayasan Pangeran Sumedang dari masa ke masa
Sejak terbentuknya Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) sejak tahun 1950, telah dipimpin beberapa Ketua YPS :
- R. Rangga Kosasih Soemadinigrat (1950 – 1955)
- R. Rangga Sadeli. (1955 – 1960)
- R. Danoe Soemawilaga. (1960 – 1968)
- R. Ating Natadikoesoema. (1968 – 1980)
- R. Tumenggung Mohammad Singer. (1980 – 1988)
- H.R. Lukman Hamid Soemawilaga. (1988 – 1992)
- H.R. Djamhir Soemawilaga. (1992 – 1997)
- H.R. Otje Salman Soemadiningrat (1997 – 1998)
- H.R. Hadian Soemaadiningrat. (1998 – 2006)
- R. I. Lukman Soemadisoeria (2006 – 2009)
- Ir. H. Rd Koenraad Soeriapoetra (2009 - Sekarang)
Pranata Luar