Utsman bin Abdullah

Revisi sejak 29 Januari 2015 05.26 oleh Afandri (bicara | kontrib)

Utsman bin Abdullah (1850-1919) adalah pengusaha, ulama sekaligus kadi pertama Kuala Lumpur, Malaysia.

Kehidupan

Utsman merupakan seorang Minangkabau yang lahir di Batusangkar, Sumatera Barat.[1] Di kota kelahirannya itu dia memperoleh pendidikan dasar agama dari ulama-ulama Tarekat Naqsyabandiyah. Setelah itu ia pergi merantau ke Mekkah untuk mendalami ilmu agamanya. Pada tahun 1884, ia pulang ke Minangkabau. Di pengujung abad ke-19, ketika banyak orang Minangkabau merantau ke Kuala Lumpur, Utsman juga ikut diajak kesana sebagai guru agama. Di Kuala Lumpur, Utsman mengajar agama. Diantara murid-muridnya ialah Sultan Abdul Samad Selangor, Raja Mahmud, Sutan Puasa, dan Haji Abdullah Hukum.[2]

Utsman bin Abdullah merupakan ulama bijak yang senantiasa membantu perselisihan di tengah masyarakat. Sebagai contoh ialah perselisihan tentang shalat Jumat di dua buah mesjid yang berdekatan, yaitu Mesjid Malaka dan Mesjid Minangkabau. Utsman menyelesaikannya secara bijaksana yaitu menggilir penyelenggaraan shalat Jumat di kedua mesjid tersebut. Karena kebijakannya itu, maka Kesultanan Selangor mengangkatnya sebagai kadi Kuala Lumpur.

Selain sebagai ulama, Utsman juga tercatat sebagai seorang pengusaha yang sukses. Sebagai peniaga kekayaannya tergolong cukup besar. Di Kuala Lumpur ia memiliki tanah yang cukup luas, yang mencakup antara pertemuan Sungai Klang dan Sungai Gombak (belakang Mesjid Jamek) hingga Pusat Dagangan Dunia Putra (PWTC) saat ini.[3]

Utsman bin Abdullah wafat di Kuala Lumpur. Ia dimakamkan di pekuburan Islam Ampang, yang kemudian juga menjadi tempat makam Muhammad Saleh Al-Minankabawi, mufti Kerajaan Perak yang juga merupakan saudaranya.

Referensi

  1. ^ Mohd Nizam Sahad, Che Zarrina binti Sa’ari; Sejarah Sistem Pendidikan Islam di Kuala Lumpur, Jurnal Al-Tamaddun Bil. 6 (2011)
  2. ^ Wan Mohd Saghir Abdullah, Ulama Minangkabau Kadi Kuala Lumpur yang Pertama, Ruangan Bicara Agama : Utusan Malaysia, 28 Maret 2005
  3. ^ Haji Abdullah Hukum, Warta Ahad, 1935