Muhammad bin Shalih al-Utsaimin

Ulama Arab Saudi
Revisi sejak 1 Februari 2015 05.36 oleh Wahabiun (bicara | kontrib)

Syaikh Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin Utsaimin al-Wuhaiby at-Tamimi (bahasa Arab: الشيخ محمد بن صالح العثيمين) adalah seorang ulama era kontemporer yang ahli dalam sains fiqh. Lebih dikenal dengan nama Syaikh Ibn Utsaimin atau Syaikh Utsaimin. Dilahirkan di kota Unaizah pada tahun 1928. Pernah menjabat sebagai ketua di Hai'ah Kibarul Ulama (semacam MUI di Kerajaan Arab Saudi). Beliau wafat pada tahun 2001 di Jeddah, disholatkan di Masjidil Haram, dan dimakamkan di pemakaman Al-Adl Mekkah, Arab Saudi.[1][2]

Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
Lahir1928
Unaizah
Meninggal2001
Jeddah
EraEra modern
KawasanUlama Islam
AliranSalafi (Wahhabisme)

Riwayat Ilmiyah

Syaikh Utsaimin kecil mulai belajar membaca Al-Qur'an kepada kakeknya (ayah dari ibunya) yaitu Syaikh Abdurrahman bin Sulaiman Ali ad-Damigh, hingga beliau hafal. Sesudah itu beliau mulai mencari ilmu dan belajar khat (ilmu tulis menulis), ilmu hitung, dan beberapa bidang ilmu sastra kepada kakeknya tersebut. Kemudian Syaikh Utsaimin melanjutkan belajarnya di Maktab (sekolah kecil) Syaikh Abdurrahman as-Sa'di, Syaikh Abdurrahman as-Sa’di menugaskan kepada dua orang orang muridnya untuk mengajar para junior (murid-muridnya yang masih kecil). Dua murid tersebut adalah Syaikh Ali ash-Shalihin dan Syaikh Muhammad bin Abdil Aziz al-Muthawwi'. Kepada yang terakhir ini (Syaikh Muhammad bin Abdil Aziz al-Muthawwi') beliau Syaikh Utsaimin mempelajari kitab "Mukhtasar Al-Aqidah Al-Wasithiyah" dan "Minhaju Salikhin fil Fiqh" karya Syaikh Abdurrahman as-Sa’di. Disamping itu, Syaikh Utsaimin juga belajar ilmu faraidh (waris) dan fiqh kepada Syaikh Abdurrahman bin Ali bin 'Audan. Sedangkan kepada guru utama beliau yaitu Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, beliau mengkaji masalah tauhid, tafsir, hadits, fiqh, ushul fiqh, faraidh, musthalahul hadits (ilmu-ilmu hadits), nahwu, dan sharaf.[3]

Syaikh Utsaimin termasuk murid yang memiliki kedudukan penting di sisi Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di. Ketika ayah Syaikh Utsaimin pindah ke Riyadh di usia pertumbuhan beliau, beliau pun ingin ikut bersama ayahnya. Oleh karena itu Syaikh Abdurrahman as-Sa’di mengirim surat kepada beliau: "Hal ini tidak mungkin, kami menginginkan Muhammad (Syaikh Utsaimin) tetap tinggal di sini agar ia bisa mengambil faidah (ilmu)." Syaikh Utsaimin berkata tentang gurunya ini: "Sesungguhnya aku merasa terkesan dengan beliau (Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di) dalam banyak cara beliau mengajar, menjelaskan ilmu, dan pendekatan kepada para pelajar dengan contoh-contoh serta makna-makna (yang baik). Demikian pula aku terkesan dengan akhlak beliau yang agung dan utama sesuai dengan kadar ilmu dan ibadahnya. Beliau senang bercanda dengan anak-anak kecil dan bersikap ramah kepada orang-orang besar. Beliau adalah orang yang paling baik akhlaknya yang pernah aku lihat (selama ini)."

Ketika beranjak remaja, Syaikh Utsaimin belajar kepada Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, disini Syaikh Utsaimin mempelajari kitab Shahih Bukhari, sebagian risalah-risalah (karya tulis) Ibnu Taimiyyah serta beberapa kitab-kitab fiqh. Beliau berkata: "Aku terkesan terhadap Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz karena perhatian beliau terhadap hadits, dan saya juga terkesan dengan akhlak beliau serta sikap terbuka beliau dengan manusia." Kemudian pada tahun 1951, beliau duduk untuk mengajar di masjid Jami'. Ketika dibukanya institut-institut ilmu di Riyadh, beliau pun mendaftarkan diri disana pada tahun 1952. Berkata Syaikh Utsaimin: "Saya masuk di lembaga pendidikan tersebut untuk tahun kedua setelah berkonsultasi dengan Syaikh Ali ash-Shalihin dan sesudah meminta ijin kepada Syaikh Abdurrahman as-Sa’di. Ketika itu Ma’had al ilmiyyah (Riyadh) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu umum dan khusus. Saya berada pada bidang yang khusus. Pada waktu itu bagi mereka yang ingin "meloncat" ia dapat mempelajari tingkat berikutnya pada masa libur dan kemudian diujikan pada awal tahun ajaran kedua. Maka jika ia lulus, ia dapat naik ke pelajaran tingkat lebih tinggi setelah itu. Dengan cara ini saya dapat meringkas waktu."

Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh (mufti pertama Kerajaan Arab Saudi) pernah menawarkan bahkan meminta berulang kali kepada syaikh Utsaimin untuk menduduki jabatan Qadhi (hakim) tinggi, bahkan telah mengeluarkan surat pengangkatan sebagai ketua pengadilan agama di Al-Ihsa (Ahsa), namun beliau (Syaikh Utsaimin) menolaknya secara halus. Setelah dilakukan pendekatan pribadi, Syaikh Muhammad bin Ibrahim pun mengabulkannya untuk menarik dirinya (Syaikh Utsaimin) dari jabatan tersebut.

Sesudah dua tahun belajar, Syaikh Utsaimin lulus dan diangkat menjadi guru di ma’had Unaizah al-‘Ilmi sambil meneruskan studi beliau secara intishab (Semacam Universitas Terbuka) pada fakultas syari’ah serta terus menuntut ilmu dengan bimbingan Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di. Ketika Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di wafat, beliau menggantikan sebagai imam masjid jami’ di Unaizah dan mengajar di perpustakaan nasional Unaizah disamping tetap mengajar di ma’had al-'Ilmi. Kemudian beliau pindah mengajar di fakultas syari’ah dan ushuludin di cabang universitas Imam Muhammad bin Su’ud Al-Islamiyah di Qasim. Beliau juga termasuk anggota Hai'ah Kibarul Ulama (semacam MUI di Kerajaan Arab Saudi). Syaikh Utsaimin mempunyai banyak kegiatan dakwah serta menjadi mentor pada setiap da'i diberbagai tempat. Oleh para ulama, jasa beliau dinilai sangat besar dalam masalah ini.[4]

Karya-karya

  • Talkhis Al Hamawiyah
  • Tafsir Ayat Al-Ahkam
  • Syarh Umdatul Ahkam
  • Musthalah Hadits.
  • Al Ushul min Ilmil Ushul.
  • Risalah fil Wudhu wal Ghusl wash Shalah.
  • Risalah fil Kufri Tarikis Shalah.
  • Majalisu Ar Ramadhan.
  • Al-Udhiyah wa Az Zakah.
  • Al-Manhaj li Muridil Hajj wal Umrah.
  • Tashil Al-Faraidh.
  • Syarh Lum’atul I’tiqad.
  • Syarh Al-Aqidah Al Wasithiyah.
  • Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
  • Al Qowaidul Mustla fi Siftillah wa Asma’ihil Husna.
  • Risalah fi Annath Thalaq Ats-Tsalats Wahidah Walau Bikalimatin (belum dicetak).
  • Takhrij Ahadits Ar Raudh Al-Murbi’ (belum dicetak).
  • Risalah Al Hijab.
  • Risalah fi Ash Shalah wa Ath Thaharah li Ahlil A’dzar.
  • Risalah fi Mawaqit Ash Shalah.
  • Risalah fi Sujud As Sahwi
  • Risalah fi Aqsamil Mudayanah.
  • Risalah fi Wujubi Zakatil Huliyyi.
  • Risalah fi Ahkamil Mayyit wa Ghuslihi (belum dicetak).
  • Tafsir Ayatil Kursi.
  • Nailul Arab min Qawaid Ibnu Rajab (belum dicetak).
  • Ushul wa Qowa’id Nudhima ‘Alal Bahr Ar-Rajaz (belum dicetak).
  • Ad Diya’ Allami’ Minal Hithab Al-Jawami’.
  • Al Fatawaa An Nisaa’iyyah
  • Zad Ad Da’iyah ilallah Azza wa Jalla.
  • Fatawa Al-Hajj.
  • Al-Majmu Al-Kabir Min Al-Fatawa.
  • Huquq Da’at Ilaihal Fithrah wa Qarraratha Asy Syar’iyah.
  • Al Khilaf Bainal Ulama, Asbabuhu wa Muaqifuna Minhu.
  • Min Musykilat Asy-Syabab.
  • Risalah fil Al Mash ‘alal Khuffain.
  • Risalah fi Qashri Ash Shalah lil Mubtaisin.
  • Ushul At Tafsir.
  • Risalah Fi Ad Dima’ Ath Tabiiyah.
  • As’illah Muhimmah.
  • Al Ibtida’ fi Kamali Asy Syar’i wa Khtharil Ibtida’.
  • Izalat As-Sitar ‘Anil Jawab Al-Mukhtar li Hidayatil Muhtar.
  • Syarh Riyadhis Shalihin
  • Dan lain-lain.

Referensi

<references>

  1. ^ Arab News, Friday 12 January 2001
  2. ^ Saudi Gazette, Friday 12 January 2001
  3. ^ SCHOLARS BIOGRAPHIES: Shaykh Muhammad Ibn Saalih Ibn 'Uthaymeen (fatwa-online.com)
  4. ^ Syarah Tsalasatil Ushul edisi Indonesia “Penjelasan 3 Landasan Pokok yang Wajib Diketahui Setiap Muslim” Penerbit Maktabah Al Ghuroba.

Pranala Luar