Kresna

Dewa utama dalam agama Hindu
Revisi sejak 20 Juli 2007 08.11 oleh M. Adiputra (bicara | kontrib) (+prolog +wikify)

Kresna atau Krishna (Dewanagari: कृष्ण; dilafalkan kṛṣṇa menurut IAST; dilafalkan 'kɹ̩ʂ.nə dalam Bahasa Sansekerta) adalah salah satu Dewa yang banyak dipuja oleh umat Hindu karena dianggap merupakan aspek dari Brahman.[1] Nama lengkapnya adalah Vāsudeva Krishna. Ia disebut pula Nārāyana, yaitu sebutan yang merujuk kepada perwujudan Dewa Wisnu yang berlengan empat di Waikuntha. Ia biasanya digambarkan sebagai sosok pengembala muda yang memainkan seruling (seperti misalnya dalam Bhagawatapurana) atau pangeran muda yang memberikan tuntunan filosofis (seperti dalam Bhagawad Gita).

Krishna
Dewa Hindu
Kresna sebagai Awatara memperlihatkan wujudnya yang sebenarnya kepada Arjuna
Awatara Bhatara Wisnu
GolonganWangsa Yadawa,
Awatara Wisnu
SenjataChakram
PasanganRadha, Rukmini,
Satyabama, Jambawati,
dan 16.104 istri lainnya

Dalam Agama Hindu pada umumnya, Kresna dipuja sebagai awatara Wisnu, yang dianggap sebagai Dewa yang paling hebat dalam perguruan Waisnawa. Dalam tradisi Gaudiya Waisnawa, Kresna dipuja sebagai sumber dari segala awatara (termasuk Wisnu).[2]

Menurut Mahabharata, Kresna berasal dari Kerajaan Surasena, namun kemudian ia mendirikan kerajaan sendiri yang diberi nama Dwaraka. Dalam cerita Mahabharata, ia dikenal sebagai tokoh raja yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Dalam ajaran agama Hindu, ia dikenal sebagai awatara Dewa Wisnu yang kedelapan. Dalam Bhagawad Gita, beliau adalah perantara kepribadian Brahman (Tuhan Yang Maha Esa) yang menjabarkan ajaran kebenaran mutlak (dharma) kepada Arjuna. Beliau mampu menampakkan secercah kemahakuasaan Tuhan yang hanya disaksikan oleh tiga orang pada waktu perang keluarga Bharata akan berlangsung. Ketiga orang tersebut adalah Arjuna, Sanjaya putra Widura, dan Vyasa. Namun Sanjaya dan Vyasa tidak melihat secara langsung, melainkan melalui mata batin mereka yang menyaksikan perang Bharatayuddha.

Asal usul nama "Krishna"

Dalam bahasa Sansekerta, kata Krishna berarti "hitam" atau "gelap", dan kata ini umum digunakan untuk menunjukkan pada orang yang berkulit gelap. Dalam Brahma Samhita dijabarkan bahwa Krishna memiliki warna kulit gelap bersemu biru langit.[3] Dan umumnya divisualkan berkulit gelap atau biru pekat. Sebagai Contoh, di Kuil Jaganatha, di Puri, Orissa, India (nama Jaganatha, adalah nama yang ditujukan bagi Krishna sebagai penguasa jagat raya) di gambarkan memiliki kulit gelap berdampingan dengan saudaranya Baladewa dan Subadra yang berkulit cerah.

Nama lain

Kresna sebagai Awatara sekaligus orang bijaksana memiliki banyak sekali nama panggilan sesuai dengan kepribadian atau keahliannya. Nama panggilan tersebut digunakan untuk memuji, mengungkapkan rasa hormat, dan menunjukkan rasa persahabatan atau kekeluargaan. Nama panggilan Kresna di bawah ini merupakan nama-nama dari kitab Mahabarata dan Bhagawad Gita versi aslinya (versi India). Nama panggilan Kresna adalah:

  1. Achyuta (Acyuta, yang tak pernah gagal)
  2. Arisudana (penghancur musuh)
  3. Bhagavān (Bhagawan, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa)
  4. Gopāla (Pengembala sapi)
  5. Govinda (Gowinda, yang memberi kebahagiaan pada indria-indria)
  6. Hrishikesa (Hri-sikesa, penguasa indria)
  7. Janardana (juru selamat umat manusia)
  8. Kesava (Kesawa, yang berambut indah)
  9. Kesinishūdana (Kesi-nisudana, pembunuh raksasa Kesi)
  10. Mādhava (Madawa, suami Laksmi Dewi)
  11. Madhusūdana (Madu-sudana, penakluk raksasa Madhu)
  12. Mahābāhu (Maha-bahu, yang berlengan perkasa)
  13. Mahāyogi (Maha-yogi, rohaniawan besar)
  14. Purushottama (Purusa-utama, manusia utama, yang berkepribadian paling baik)
  15. Varshneya (Warsneya, keturunan bangsa Wresni)
  16. Vāsudeva (Wasudewa, putera Basudewa)
  17. Vishnu (Wisnu, penitisan Batara Wisnu)
  18. Yādava (Yadawa, keturunan dinasti Yadu)
  19. Yogesvara (Yoga-iswara, penguasa segala kekuatan batin)

Kehidupan Sang Kresna

 
Kresna sebagai pengembala, sedang memainkan bansuri (seruling)

Ikthisar kehidupan Sri Kresna di bawah ini diambil dari Mahābhārata, Hariwamsa, Bhagawata Purana, dan Wisnu Purana. Lokasi dimana Kresna diceritakan adalah India Utara, yang mana sekarang merupakan wilayah negara bagian Uttar Pradesh, Bihar, Haryana, Delhi, dan Gujarat. Kutipan pada permulaan dan akhir cerita merupakan teologi yang tergantung pada sudut pandang cerita.

Penitisan

Kutipan di bawah ini menjelaskan alasan mengapa Wisnu menjelma. Dalam sebuah kalimat dalam Bhagawatapurana:

Dewa Brahma memberitahu para Dewa: Sebelum kami menyampaikan permohonan kepada Beliau, Beliau sudah sadar terhadap kesengsaraan di muka bumi. Maka dari itu, selama Beliau turun ke bumi demi menuntaskan kewajiban dengan memakai kekuatan-Nya sendiri sebagai sang waktu, wahai kalian para Dewa semuanya akan mendapat bagian untuk menjelma sebagai para putera dan cucu dari keluarga wangsa Yadu.[4]

Kitab Mahabharata (Adiparwa, bagian Adiwansawatarana) memberikan alasan yang serupa, meskipun dengan perbedaan yang kecil dalam bagian-bagiannya.

Kelahiran

Kepercayaan tradisional yang berdasarkan data-data dalam sastra dan perhitungan astronomi mengatakan bahwa Sri Kresna lahir pada tanggal 19 Juli tahun 3228 SM.[5]

Kresna berasal dari keluarga bangsawan di Mathura, dan merupakan putera kedelapan yang lahir dari puteri Dewaki, dan suaminya Basudewa. Mathura adalah ibukota dari wangsa yang memiliki hubungan dekat seperti Wrishni, Andhaka, dan Bhoja. Mereka biasanya dikenali sebagai Yadawa karena nenek moyang mereka adalah Yadu, dan kadang-kadang dikenal sebagai Surasena setelah adanya leluhur terkemuka yang lain. Basudewa dan Dewaki termasuk ke dalam wangsa tersebut. Raja Kamsa, kakak Dewaki, mewarisi tahta setelah menjebloskan ayahnya ke penjara, yaitu Raja Ugrasena. Karena takut terhadap ramalan yang mengatakan bahwa ia akan mati di tangan putera kedelapan Dewaki, ia menjebloskan pasangan tersebut ke penjara dan berencana akan membunuh semua putera Dewaki yang baru lahir. Setelah enam putera pertamanya terbunuh, dan Dewaki kehilangan putera ketujuhnya, Kresna lahir. Karena hidupnya terancam bahaya maka ia diselundupkan keluar dan dirawat oleh orangtua tiri bernama Yasoda dan Nanda di Gokul, Mahavana. Dua anaknya yang lain juga selamat yaitu, Balarama (putera ketujuh Dewaki, dipindahkan ke janin Rohini, istri pertama Basudewa) dan Subadra (putera dari Basudewa dan Rohini yang lahir setelah Balarama dan Krishna).

Tempat yang dipercaya oleh para pemujanya untuk memperingati hari kelahiran Kresna kini dikenal sebagai Krishnajanmabhoomi, dimana sebuah kuil didirikan untuk memberi penghormatan kepadanya.

 
Kresna mengangkat Bukit Govardhana. Dari: Smithsonian Institute collections.

Masa kanak-kanak dan remaja

Nanda merupakan pemimpin di komunitas para pengembala sapi, dan ia tinggal di Vrindavana. Kisah tentang Kresna saat masa kanak-kanak dan remaja ada di sana termasuk dengan siapa dia tinggal, dan perlindungannya kepada orang-orang sekitar. Kamsa yang mengetahui bahwa Kresna telah kabur terus mengirimkan rakshasa (seperti misalnya Aghasura) untuk membinasakannya. Sang raksasa akhirnya terkalahkan di tangan Kresna dan kakaknya, Balarama. Beberapa di antara kisah terkenal tentang keberanian Kresna terdapat dalam petualangan ini serta permainannya bersama para gopi di desa, termasuk Radha. Kisah yang menceritakan permainannya bersama para gopi kemudian dikenal sebagai Rasa lila.

Kresna Sang Pangeran

Kresna yang masih muda kembali ke Mathura, dan menggulingkan kekuasaan pamannya – Kamsa – sekaligus membunuhnya. Kresna menyerahkan tahta kembali kepada ayah Kamsa, Ugrasena, sebagai Raja para Yadawa. Ia sendiri menjadi pangeran di kerajaan tersebut. Dalam masa ini ia menjadi teman Arjuna serta para pangeran Pandawa lainnya dari Kerajaan Kuru, yang merupakan saudara sepupunya, yang tinggal di sisi lain Yamuna. Kemudian, ia memindahkan kediaman para Yadawa ke kota Dwaraka (di masa sekarang disebut Gujarat). Ia menikahi Rukmini, puteri dari Bhishmaka dari Kerajaan Widarbha.

Menurut beberapa sastra, Kresna memiliki 16.108 istri, delapan orang di antaranya merupakan istri terkemuka, termasuk Rukmini, Satyabama, dan Jambawati. Sebelumnya 16.000 istri Kresna yang lain ditawan oleh Narakasura, sampai akhirnya Kresna membunuh Narakasura dan membebaskan mereka semua. Menurut adat yang keras pada waktu itu, seluruh wanita tawanan tidak layak untuk menikah sebagaimana mereka masih di bawah kekuasaan Narakasura, namun Kresna dengan gembira menyambut mereka sebagai puteri bangsawan di kerajaannya. Dalam tradisi Waisnawa, para istri Kresna di Dwarka dipercaya sebagai penitisan dari berbagai wujud Dewi Lakshmi.

Bharatayuddha dan Bhagawad Gita

Berkas:Krishna-arjun.jpg
Kresna menunjukkan bentuk semestanya agar segala keraguan di hati Arjuna sirna
Artikel utama: Perang di Kurukshetra dan Bhagawad Gita

Kresna merupakan saudara sepupu dari kedua belah pihak dalam perang antara Pandawa dan Korawa. Ia menawarkan mereka untuk memilih pasukannya atau dirinya. Para Korawa mengambil pasukannya sedangkan dirinya bersama para Pandawa. Ia pun sudi untuk menjadi kusir kereta Arjuna dalam pertempuran akbar. Bhagavad Gītā merupakan wejangan yang diberikan kepada Arjuna oleh Kresna sebelum pertempuran dimulai.

Kehidupan di kemudian hari

Setelah perang, Kresna tinggal di Dwaraka selama 36 tahun. Kemudian pada suatu perayaan, pertempuran meletus di antara para Yadawa yang saling memusnahkan satu sama lain. Lalu kakak Kresna – Balarama – melepaskan raga dengan cara melakukan Yoga. Kresna berhenti menjadi raja kemudian pergi ke hutan dan duduk di bawah pohon melakukan meditasi. Seorang pemburu yang keliru melihat sebagian kaki Kresna seperti rusa kemudian menembakkan panahnya dan menyebabkan Kresna mencapai keabadian. Menurut Mahabharata, kematian Kresna disebabkan oleh kutukan Gandari. Kemarahannya setelah menyaksikan kematian putera-puteranya menyebabkannya mengucapkan kutukan, karena Kresna tidak mampu menghentikan peperangan. Setelah mendengar kutukan tersebut, Kresna tersenyum dan menerima itu semua, dan menjelaskan bahwa kewajibannya adalah bertempur di pihak yang benar, bukan mencegah peperangan.

Menurut referensi dari Bhagawatapurana dan Bhagawad Gita, ditafsirkan bahwa Kresna wafat sekitar tahun 3100 SM.[6] Ini berdasarkan deskripsi bahwa Kresna meninggalkan Dwarka 36 tahun setelah peperangan dalam Mahabharata terjadi. Matsyapurana mengatakan bahwa Kresna berusia 89 tahun saat perang berkecamuk. Setelah itu Pandawa memerintah selama 36 tahun, dan pemerintahan mereka terjadi saat permulaan Kali Yuga. Selanjutnya dikatakan bahwa Kali Yuga dimulai saat Duryodana dijatuhkan ke tanah oleh Bima berarti tahun 2007 sama dengan tahun 5108 (atau semacam itu) semenjak Kali Yuga.[7]

Hubungan keluarga

Ayah Kresna adalah Prabu Basudewa, yang merupakan saudara lelaki (kakak) dari Kunti atau Partha, istri Pandu yang merupakan ibu para Pandawa, sehingga Kresna bersaudara sepupu dengan para Pandawa. Saudara misan Kresna yang lain bernama Sisupala, putera dari Srutadewa atau Srutasrawas, adik Basudewa. Sisupala merupakan musuh bebuyutan Kresna yang kemudian dibunuh pada saat upacara akbar yang diselenggarakan Yudistira.




Silsilah keturunan Yadu (bangsa Yadawa) dalam Mahabharata dan Purana
Bangsa
Yadawa
Klan
Andaka
Klan
Wresni
PunarbasuNandiniSwapalkaSiniHerdika
AhukaAkruraSatyakaMandisaDewamidaWesyawarnaSatadanwaKertawarma
UgrasenaDewaka2 putraSatyakiSurasenaMarisaRaja ChediParjanya
KangsaDewakiBasudewaRohiniKuntiPanduSrutakertiDamagosaNandaYasoda
KresnaBaladewaSubadraYudistiraBimaArjunaSisupalaYogamaya



Berkas:Kresna-kl.jpg
Kresna dalam pewayangan Jawa


Untuk silsilah yang lebih lengkap, lihat Silsilah Dinasti Kuru dan Yadu

Kresna dalam pewayangan Jawa

Dalam pewayangan Jawa, Prabu Kresna merupakan Raja Dwarawati, kerajaan para Yadu dan merupakan titisan Dewa Wisnu. Kresna adalah anak Wasudewa, Raja Mandura. Ia (dengan nama kecil Narayana) dilahirkan sebagai 3 bersaudara dengan kakaknya dikenal sebagai Baladewa (Kakrasana) dan adiknya dikenal sebagai Subadra, yang tak lain adalah isteri dari Arjuna. Ia memiliki 3 orang isteri dan 3 orang anak. Isteri isterinya adalah Dewi Jembawati, Dewi Rukmini, dan Dewi Setyaboma. Anak anaknya adalah Raden Boma Narakasura, Raden Samba, dan Siti Sundari.

Pada perang Bharatayuddha, beliau adalah sais atau kusir Arjuna. Ia juga merupakan salah satu penasihat utama Pandawa. Sebelum perang melawan Karna, atau dalam babak yang dinamakan Karna Tanding sebagai sais Arjuna beliau memberikan wejangan panjang lebar kepada Arjuna. Wejangan beliau dikenal sebagai Bhagawad Gita.

Kresna dikenal sebagai seorang yang sangat sakti. Ia memiliki kemampuan untuk meramal, mengubah bentuk menjadi raksasa, dan memiliki bunga wijaya kusuma yang dapat menghidupkan kembali orang yang mati. Ia juga memiliki senjata yang dinamakan cakrabaswara yang mampu digunakan untuk menghancurkan dunia, pusaka-pusaka sakti, antara lain; Senjata Cakra, Kembang Wijayakusuma, Terompet kerang (Sangkala) Pancajahnya, Kaca paesan, Aji Pameling dan Aji Kawrastawan.

Setelah meninggalnya Prabu Baladewa (Resi Balarama), kakaknya, dan musnahnya seluruh Wangsa Wresni, Prabu Kresna menginginkan moksa. Ia wafat dalam keadaan bertapa dengan perantaraan panah seorang pemburu bernama Ki Jara yang mengenai kakinya.

Kresna dalam Bhagawad Gita

Kresna dianggap sebagai penjelmaan Sang Hyang Triwikrama, atau gelar Bhatara Wisnu yang dapat melangkah di tiga alam sekaligus. Ia juga dipandang sebagai perantara suara Tuhan dalam menjalankan misi sebagai juru selamat umat manusia, dan disetarakan dengan segala sesuatu yang agung. Kutipan di bawah ini diambil dari kitab Bhagavad Gītā (percakapan antara Kresna dengan Arjuna) yang menyatakan Sri Kresna sebagai Awatara.

Kutipan Terjemahan
yadā yadā hi dharmasya, glānir bhavati bhārata, abhyutthānam adharmasya tadātmanaṁ sṛjāmy aham Kapan pun kebenaran merosot dan kejahatan merajalela, pada saat itu Aku turun menjelma, wahai keturunan Bharata (Arjuna)
paritrāṇāya sādhūnāṁ, vināśāyā ca duṣkṛtām, dharma-saṁsthāpanārthāẏa, sambhavāmi yuge yuge Untuk menyelamatkan orang saleh dan membinasakan orang jahat, dan menegakkan kembali kebenaran, Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman
aham ātmā guḍākeśa sarva-bhūtāśaya-sthitaḥ, aham ādiś ca madhyaṁ ca bhūtānām anta eva ca O Arjuna, Aku adalah Roh Yang Utama yang bersemayam di dalam hati semua makhluk hidup. Aku adalah awal, pertengahan dan akhir semua makhluk
purodhasāṁ ca mukhyaṁ māṁ viddhi pārtha bṛhaspatim, senāninām ahaṁ skandaḥ, sarasām asmi sāgaraḥ Wahai Arjuna, di antara semua pendeta, ketahuilah bahwa Aku adalah Brihaspati, pemimpinnya. Di antara para panglima, Aku adalah Kartikeya, dan di antara segala sumber air, Aku adalah lautan
prahlādaś cāsmi daityānāṁ, kālaḥ kalayatām aham mṛgāṇāṁ ca mṛgendro ‘haṁ vainateyaś ca pakṣiṇām Di antara para Detya (Rakshasa), Aku adalah Prahlada, yang berbakti dengan setia. Di antara segala penakluk, Aku adalah waktu. Di antara segala hewan, Aku adalah singa, dan di antara para burung, Aku adalah Garuda.
dyūtaṁ chalayatām asmi tejas tejasvinām aham jayo ‘smi vyavasāyo ‘smi sattvaṁ sattvavatām aham Di antara segala penipu, Aku adalah penjudi. Aku adalah kemulian dari segala sesuatu yang mulia. Aku adalah kejayaan, Aku adalah petualangan, dan Aku adalah kekuatan orang yang kuat
vṛṣṇīnāṁ vāsudevo ‘smi pāṇḍavānām dhanañjayaḥ, munīnām apy ahaṁ vyāsaḥ kavīnām uśanā kaviḥ Di antara keturunan Wresni, Aku ini Kresna. Di antara Panca Pandawa, Aku adalah Arjuna. Di antara para Resi, Aku adalah Byasa. Di antara para ahli pikir yang mulia, aku adalah Usana.

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ Who is Krishna?
  2. ^ Bhag-P 1.3.28 "All of the above-mentioned incarnations are either plenary portions or portions of the plenary portions of the Lord, but Lord Sri Krishna is the original Personality of Godhead."
  3. ^ Brahma Samhita 5.30
  4. ^ Bhagavata Purana 10.1.22
  5. ^ Astrology Notes; Sri Krishna: His Birth and Activities. N.S. Rajaram takes these dates at face value when he opines that "We have therefore overwhelming evidence showing that Krishna was a historical figure who must have lived within a century on either side of that date, i.e., in the 3200-3000 BC period". ('Search for the Historical Krishna' 1999)
  6. ^ A collection of essays Dates are given as 3104 and 3102 BC or similar
  7. ^ hindunet.org

Referensi

Pranala luar

Artikel (dalam bahasa asing)
Rupa-rupa (dalam bahasa asing)