Prananda Prabowo
Muhammad Prananda Prabowo (lahir 23 April 1971) atau yang biasa dipanggil Prana adalah Politikus Indonesia dari PDI-Perjuangan. Ia juga Cucu dari Presiden Pertama RI, Soekarno dan putra kedua Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarno Putri dari suami pertamanya, Letnan Satu Penerbang Surindro Supjarso.
Muhammad Prananda Prabowo | |
---|---|
Berkas:13285025411081178598.jpg | |
Lahir | Muhammad Prananda Prabowo |
Nama lain | Prana |
Suami/istri | Nancy Prananda (istri) |
Anak | Muhammad Prabhaswara Pranakarno Diah Safira Octaliakasih |
Orang tua | Surindro Supjarso dan Megawati Soekarno Putri |
Oleh sejumlah kaum Marhaen, ia dianggap sebagai salah satu pewaris trah Soekarno. Bahkan, ia pernah didaulat sebagai keturunan ideologis Bung Karno yang paling tepat menggantikan Megawati Soekarnoputri[1]. Sebagai Politikus PDI-P, ayah dari dua anak ini jarang muncul di ruang publik. Ia pertama kali muncul saat Megawati mengajaknya dalam konferensi pers bersama sang adik, Puan Maharani, menjelang pembukaan Kongres III PDIP 2010 di Bali[2][3][4]. Di PDI-Perjuangan, ia ditempatkan sebagai Kepala Ruang Pengendali dan Analisis Situasi (Situation Room) DPP PDI-Perjuangan. Beberapa pidato politik Megawati dibuat oleh anak keduanya tersebut. Salah satu sentuhan pidatonya yang dianggap cukup bisa menggambarkan cara pandangnya terhadap dunia politik adalah ketika ia menyisipkan penggalan nasihat dari Kitab Baghawad Gita, "karmanye vadhikaraste ma phaleshu kada chana" (kerjakan seluruh kewajibanmu dengan sungguh-sungguh tanpa menghitung untung-rugi). Pidato yang dibacakan pada Pembukaan Kongres III PDI Perjuangan tahun 2010 tersebut memang kemudian menjadi salah satu pidato Megawati yang paling banyak mendapatkan pujian dari berbagai pihak.
Selain aktif dalam dunia politik, Prananda Prabowo juga memiliki ketertarikan tinggi di bidang musik. Penyuka aliran musik cadas ini dikenal piawai dalam bermain bass. Karakter permainan bassnya tersebut banyak dipengaruhi oleh gaya bermain Steve Harris, bassis Iron Maiden, band cadas asal Inggris yang menjadi idolanya. Keprihatinannya yang mendalam atas semakin pudarnya rasa nasionalisme di kalangan anak muda mendorongnya untuk membentuk sebuah grup band bernama Rodinda (Romantika, Dinamika, Dialektika adalah prinsip-prinsip Revolusi yang sering diucapkan Bung Karno) sebagai medium penyampai pesan nasionalisme kepada kaum muda.
Referensi