Petung, Pasrepan, Pasuruan

desa di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
Revisi sejak 14 Februari 2015 09.28 oleh Wagino Bot (bicara | kontrib) (penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia (8))

PETUNG

Petung
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenPasuruan
KecamatanPasrepan
Kode pos
67175
Kode Kemendagri35.14.05.2003 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 7°48′15″S 112°55′33″E / 7.80417°S 112.92583°E / -7.80417; 112.92583


Oleh; Muslim

Petung, merupakan nama sebuah desa yang berada di Kecamatan Pasrepan Pasuruan. Derivasi Petung masih belum dapat dipastikan, akan tetapi istilah itu, digunakan untuk menyebut salah satu jenis bambu yang masih banyak ditemui di desa itu. ada pula yang mengatakan bahwa, Petung berasal dari kata “pikuate untung” yang dinisbatkan pada “JOKO UNTUNG”. pada awalnya petung hanya dihuni tiga orang bersaudara. Yaitu, Pak Prono, Joko Untung dan Pak Redi, yang konon katanya berasal dari perkampungan Puger (belum diketahui secara pasti dimana tempat itu). mereka pula yang membabat dan cikal bakal masyarakat desa, ketiganya mempunyai keahlian dan kelebihan masing-masing. Sayangnya Joko Untung tidak mempunyai keturunan satupun, sehingga kelebihannya tidak dapat diwarisi. Joko untung dikenal sebagai pendekar yang ampuh, dia merupakan salah satu pejuang dalam melawan belanda, salah satu Nara sumber menuturkan, ketika akan perang , Ia tak pernah memperisapkan apapun. Hanya sekedar membawa sebuah karung berisi daun bambu, yang Ia petik ditengah-tengah perjalanan. Dengan bekal sederhana inilah Joko Untung sering berangkat kepasuruan untuk melayani orang-orang yang membutuhkannya. Akan tetapi yang menakjubkan adalah sesamapai dilokasi tujuan, disaat karung di buka yang awalnya kumpulan daun bambu berubah menjadi senjata tajam.

Sedangkan Pak Prono, saudara tertua, lebih cendrung menjaga keamanan dan keyamanan desa. tidak heran bila kini garis keturunannya, banyak yang menjadi pejabat/ perangakat desa. Semisal pada saat ada orang yang dicurigai akan merampok/ mencuri, Ia tak hanya sekali menggagalkan rencana jahat tersebut, anehnya meskipun sering, dia tak pernah mengunakan kekerasan, hanya saja dia mempunyai kelebihan atau aji-ajian yang mampu menjadikan orang lupa diri yang dalam kontek bahasa kontemporer hipnotes/dengdam. Namun mirisnya ilmu tersebut, sekarang disalah gunakan untuk merampok,mencuri bukan untuk proteksi hal tersebut. Masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan “DUK DENG” dikatakan duk deng karena, dia sering melakukan atraksi kesaktiannya, memang itulah profesi yang ia tekuni, dengan mendatangi rumah dor to dor,, Ia menawarkan pertunjukan serta menantang tuan rumahnya “ kulo sampeyan pecok lek kulo mbten nopo-nopo, mboten catu, kulo panjenengan paring gabah rong unting mawon”. Melihat masyarakat petung yang kalah masih minim hiburan sangat senang mendapat tawaran tersebut. sehingga, meskipun mereka harus mengeluarkan gabah karena merasa terhibur tidak ada beban atasnya. Anehnya meskipun di pecok dengan keras dan berkali kali, tak ada setetespun darah yang mengalir dari tubuhnya, bahkan tak ada lecet sedikitpun yang membekas dikulit.

Nara sumber tidak banyak menceritakan tentang Pak Redi hanya menyebutkan keturunan yang sekarang hidup. Melihat keturunannya, dapat diprediksi dia merupakan petani sukses dan rajin dalam prilaku keagamaan. Hal ini senada dengan cerita Mbah Bastam, Bastam adalah tokoh yang memperjuangkan, siar agama islam. dalam dakwahnya banyak sekali rintangan yang harus ditempuh, termasuk hinaan, cemohan bahkan penoolakan akan kehadiran ajaran Rasululloh Muhammad SAW. Dengan masyarakat yang kental dengan ilmu kejawen, dia harus bersusa paya, namun dia mulai mendapat perhatian dan kepercayaan masyarakat setelah karomah, maunah yang diberikan Allah kepadanya. Pada saat petung mengalami paceklik banyak sekali tanaman padi, masyarakat yang gabuk tidak berisi padi), lalu munculah inisiatif dia untuk memanen padi dan megumpulkan pada suatu tempat. Atas izin Allah padi yang mulanya hanya berupa sekam , berubah menjadi padi yang dapat diolah menjadi nasi. Makam Mbah Bastam dapat ditemui dibelakang Masjid Al-Hidayah Petung, sedangkan makam ketiga bersaudara itu dapat diziarahi di pemakaman umun selatan (kidul). 29/30/2014.

Petung adalah desa yang berada di kecamatan Pasrepan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia.