Keresek, Cibatu, Garut
Keresek adalah desa di kecamatan Cibatu, Garut, Jawa Barat, Indonesia.
Disini terdapat sebuah pondok pesantren yang sudah berumur ratusan tahun, yaitu pondok pesantren keresek. Pesantren Keresek didirikan pada 1887 oleh K.H.- Muhammad Tobri. Dia adalah keturunan Mbah Ma’lum dari pesantren Pasir Kondang (Sumur). Sedangkan nama Keresek diambil dari nama kampung tempat pesantren ini berdiri. Setelah didirikan, pengelolaan pesantren diserahkan kepada putranya yang bernama K.H. Ahmad Nahrowi.
Keresek | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Garut | ||||
Kecamatan | Cibatu | ||||
Kode Kemendagri | 32.05.12.2010 | ||||
Luas | - | ||||
Jumlah penduduk | - | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
K.H. Ahmad Nahrowi dikenal dengan sebutan Mama Bintang, karena pernah diberi bintang tanda jasa oleh pemerintah kolonial Belanda. Pemerintah kolonial menganggap pesantren Keresek telah berjasa memajukan pendidikan masyarakat pribumi dan tidak melakukan pem¬bangkangan kepada pemerintah.
Setelah Mama Bintang wafat, pesantren diserahkan kepada putra nya, K.H. Busrol Karim. Pada saat pesantren dipimpin oleh dia inilah, terjadi beberapa peristiwa yang bukan saja menggemparkan warga pesantren, tetapi juga warga Keresek pada umumnya. Seperti dikisahkan dalam buku kecil Jin Keresek, keluarga Busrol Karim sempat diganggu oleh jin perempuan yang bernama Siti QoIbuniyah, yang konon jatuh cinta pada sang ajengan. Karena kejahilan jin banyak peristiwa di luar akal yang bersifat gaib muncul dan terkadang mengganggu penghuni pesantren. Namun, pada akhirnya jin itu bisa “dijinakkan” oleh Ajengan Busrol Karim.
Sepeninggal K.H. Busrol Karim, pengelolaan pesantren dilanjutkan oleh putranya yang bernama K.H. Hasan Basri hingga sekarang. Selain mendalami ilmu agama, Hasan Basri yang sering dipanggil Buya, juga seorang penulis. Buku kecil Jin Keresek, adalah hasil tulisannya yang sebelumnya dimuat secara bersambung di majalah Mangle. Yang menarik, kisah itu ditulis Buya ketika ia aktif di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) semasa kuliah di IAIN Sunan Gunung Jati Bandung. Menurutnya, ia menuliskan kisah itu untuk melawan paham PKI (Partai Komunis Indonesia) dan CGMI (Comite Gerakan Mahasiswa Indonesia) yang berafiliasi pada PKI, karena keduanya sama-sama tidak mempercayai hal-hal gaib. Buya meyakinkan jika hal-hal gaib bukanlah isapan jempol, seperti yang pernah terjadi di Keresek. Terbukti, tulisannya banyak diminati dan disukai masyarakat.
Kini Pesantren Keresek masih menjadi tujuan banyak santri yang ingin mondok. Terutama santri-santri yang ingin memperdalam nahwu sorof dan bilagoh (sastra Arab), karena kedua ilmu itu telah menjadi ciri khas pesantren yang berusia sudah lebih seabad ini.