Bagus warsono
Halo, Bagus warsono. Selamat datang di Wikipedia bahasa Indonesia! | |||
---|---|---|---|
|
SELAMAT & SUKSES ATAS PELUNCURAN PERDANA BUKU KUMPULAN PUISI (ANTOLOGI) MEMO UNTUK PRESIDEN. 1 NOFEMBER 2014
Sebuah tonggak kesusastraan Indonesia Terkini yang patut dibaca oleh seluruh masyarakat . Sajian syair bagi negeri yang penuh dinamika perjalanan. Penyair hanya menunjukan jalan 'lurus agar tak tersesat Penyair hanya memberi sedekah buah pena tanpa meminta sedekah materi apa pun. Penyair hanya berkiprah pada jalurnya tanpa meminta imbalan Adalah kewajiban para penyair untuk mengisi Indonesia Sebagaimana cita-cita pendahulu kita. Dan wajar bila bila penyair berkata dalam : MEMO UNTUK PRESIDEN. SELAMAT DAN SUKSES SLALU PENYAIR INDONESIA (Rg Bagus warsono)
Sisi Gaya Politik SBY “Disuwe-suwe” Ternyata Sukses Sampai Akhir Jabatan
Ada keistimewaan dari Presiden Susilo Bambang Yudoyono yakni gayanya yang di suwe suwe.
Gaya “disuwe -suwe” (diantep/ di lama-lama) dalam menangangi berbagai permasalahan yang di pakai SBY ini ternyata sangat ampuh dan dapat menyelamatkan diri dariberbagai persoalan.
Kita tidak dapat meniru teknik Presiden SBY untuk mengatasi berbagai permasalahan seperti menggunakan gaya” disuwe-suwe ” SBY , gaya yang satu ini hanya khusus bisadilakukan oleh SBY sendiri. Sebab jika dilakukan orang lain belum tentu sukses bahkan bisa didemo orang.
Gaya “disuwe-suwe ” (diantep/dilama-lama) yang dilakukan SBY sebetulnya adalah meniru gaya pendahulunya yakni ilmu dari Presiden Soeharto yakni ilmu Jawa dan falsafal Jawa seperti ‘ngati-ati” , “ojo maju yen durung mantep”, “ojo klalen nyekel pusaka yen maju perang”, “delengo maneh yen arep titah”, dan ” sangu yen arep lelungan”
Jika ditilik dari latarbelakangnya sebagai seorang serdadu, SBY sangat mustahil memiliki gaya “disuwe-suwe” ini. Tetapi Ia menyerap ilmu Soeharto dengan baik untuk diterapkan di masa reformasi. Karakter rakyat di masa reformasi yang cepat panas harus dilawan dengan air agar ‘adem”.
Tentu saja gaya “disuwe-suwe ” (diantep/dilama-lama) yang dilakukan SBY dari menyerap ilmu gaya Presiden Soeharto, walau memang sangat menguntungkan mereka, tidak bisa dipakai Presiden Terpilih Jokowi , Karakter sangat berbeda jauh. Jokowi terkenal sebagai orang yang “tidaksabaran” untuk segera menyelesaikan sesuatu. Namun ada baiknyaJokowi pun melihat gaya ini untuk permasalahan tertentu.
Untuk mendapat simpati, Jokowi juga sebetulnya bisa seperti SBY yang bisa 2 X masa presiden , SBY karena pandai mengambil hati rakyat. Senyum Jokowi lebih menawan , tinggal kekurangannya mudah bereaksi terhadap kritik yang seharusnya tidak perlu diladeni, dan mengurangi kata-kata emosi di media.
Golkar dan Demokrat Lebih Cerdas
Nyata sekarang pengalaman dan kemampuan sumber daya manusia akan mampu menjalin lobi/negoisasi atau komunikasi yang baik. P Golkar dan P Demokrat telah membuktikan hal itu di DPR dan MPR dengan mampu memenangkan sebagai pemimpin dua lembaga terhormat itu.
Gerindra (Prabowo Subianto) harus menyadari bahwa anggota KMP bukan anak buah tetapi mitra. Sekarang 2 point ketua DPR dan MPR bukan Gerindra yang pegang. Adalah kecerdikan P Golkar dan P Demokrat yang memdompleng kekuatan KMP sehingga Golkar dan Demokrat berhasil kuasai DPR dan MPR.
Lambat laun partai pemimpin koalisi merah putih sadar dibohongi partai anggotanya. Sekarang 2 point ketua DPR dan MPR bukan Gerindra yang pegang.
‘Jual mahal’ dan berpura-pura menjadi penyeimbang, P Demokrat berhasil mengantarkan Zulkifli Hasan sebagai ketua MPR. Dan Gerindra sebagai pemimpin KMP hanya gigit jari. PPP harus menyadari posisinya, di KMP ia “dianaktirikan” masuk ke KIH sudah kepalang tanggung di KMP. Kemantapan hati itu perlu agar tidak mencla mencle.
Sudah jelas DPD itu berasal dari berbagai elemen tak mungkin dapat disatukan suaranya, tetapi PDIP mengajaknya untuk bergabung dalam rangka suksesi pimpinan MPR. Mangharap harapan yang tak mungkin. Lebih baik mengambil simpati rakyat saja.
Produktifitas Penyair Dibedakan dengan Tujuannya
Seringkali Taufik Ismail (sastrawan) dalam acara-acara membedah Antologi puisi bersama yang aku hadiri, menyoroti hal hal kecil yang terlewat kacamata umum. Yaitu pada puisi-puisi kecil yang dicipta oleh personal dengan nama yang sama sekali masih tergolong asing. Hal demikian juga pemberatan karya bukan terletak pada sosok personal tetapi lebih melihat pada isi sebuah puisi dengan kandungan muatan-muatan nya .
Kita tidak bisa membeda-bedakan personal pencipta puisi, tetapi lebih penilaiannya pada karya puisi itu yang sesuai dengan maksud dan tujuan suatu kegiatan. Hal demikian seperti juga Sdr Sosiawan Leak (penyair Solo) dalam rekrutment puisi PMK lebih mempertimbangkan terhadap isi bukan personalnya. Bahkan sdr. Tegoeh Wage Tegoeh Wijono (penyair Purwokerto) mengatakan padaku di Indramayu , ia bahkan mau juga membaca puisi ciptaan anak-anak. Semuanya dikarenakan penilaian terhadap karya dan sama sekali bukan personal penciptanya.
Sebaliknya ada juga mereka yang menjaga nama besarnya, dengan menjaga kualitas terhadap karyanya, sehingga tidak terpengarauh dengan absen dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Ibarat ‘bintang’ jika sudah di atas tak terpengaruh dengan hiruk pikuknya suasana pasar malam
Itulah sebabnya produktifitas penyair dibedakan dengan tujuannya pula. Anda tentu maklum jika ditemukan karya-karya puisi/cerpen penyair kondang didapati isi yang sangat tidak pantas dengan nama besarnya. Hal demikian dikarenakan ia memiliki relasi redaksional dengan media tertentu dan target honorarium.
Menulis adalah bentuk kebebasan sebuah kemerdekaan sepuas-puasnya. Kartini menghabiskan beratus lembar dalam suasana kungkungan pingitan. Sebuah pertanyaan ketika di pagi hari kotak sampah dipenuhi dengan sobekan-sobekan kertas sehingga embannya menggeleng-geleng kepala.
Dengan sifat ke-semu-annya itu penyair ada di mana-mana. Ia menyusup di berbagai kalangan profesi , guru, dokter, polisi, pengacara, hakim, jaksa, akuntan, pedagang, petani, nelayan, mahasiswa, pelajar, bahkan tukang sol sepatu, seperti yang dibanggakan temanku itu, dan non profesi seperti ibu rumah tangga, pensiunan dan pengangguran! Dan ketika bertemu dengan mereka alangkah bahagianya bertemu dengan penyair besar padahal pekerjaan aslinya adalah mongmong cucu !
Dunia kepenyairan adalah dunia semu. Jangan coba-coba mendekatinya lalu terjun kedalamnya. Nanti akan menjadi semu. Ia tak memberi nafkah. Tak mengeluarkan beras atau gandum. Tidak juga mendatangkan uang! Apalagi mobil dan rumah untuk kita. Melarat di depan mata. Namun kenapa banyak juga yang nekat terjun ke dunia ini? Hal demikian dikarenakan penyair akan menjadi kaya puja-puji, Bahkan memiliki posisinya terhormat di kursi di samping penguasa.
Perkembangan Puisi Terkini (2010-Hingga Sekarang)
Menyoroti Puisi Indonesia sekarang ini . Puisi karya sastrawan Indonesia yang terbanyak dibaca orang hingga saat ini adalah ‘Aku’, ‘Kerawang Bekasi’, dan ‘Diponegoro’ semuanya karya Chairil Anwar. Hal ini ketika aku wartawan dulu, pernah ditanyakan pada teman2 yang juga wartawan dari berbagai daerah dalam sebuah kesempatan diundang redaksi di Bandung. Hal demikian karena karya sastrawan terkini belum masuk dalam buku-buku pelajaran di sekolah dan perguruan tinggi.
Walau pun puisi telah masuk dunia maya di berbagai situs seperti blog, web, facebook, atau pun toutube, dll, masih tetap dalam perkembangannya puisi yang paling banyak diapresiasi jutaan masyarakat setelah karya Chairi adalah puisi puisi karya Ebiet G Ade( Ebiet Ghoffar Aboe Dja’far) hal demikian dikarenakan puisi-puisinya juga sebagai syair lagu.
Karya puisi dalam bentuk antologi kian menjamur di Tanah air baik antologi tunggal maupun bersama. Dalam hal terbanyak dibaca buku antologio itu , antologi bersama memegang kunjungan baca tertinggi. Antologi puisi yang paling banyak dibaca, diapresiasi, dan didengar suara waktu dibaca saat ini di Indonesia , adalah antologi ,Puisi Menolak Korupsi (PMK) , hal demikian karena merupakan antologi bersama dengan jumlah peserta terbanyak dan dipromosikan dalam roadshownya ke berbagai kota di Indonesia.
Kemudian jumlah penyair laki-laki dan penyair perempuan belum imbang, masih banyak jumlah penyair laki-laki. Dalam setiap antologi bersama nasional selalu jumlah penyair laki-laki lebih banyak bahkan 4 banding 1. Hal demikian sesuai kodratnya perempuan lebih menyimpan maksud di hati ketimbang ditulis.
Dari itu semua kita berharap di masa mendatang akan banyak lagi masyarakat menyukai dunia sastra termasuk puisi , sebab kepuasan penyair itu bukan sanjungan atau pujian, tetapi hanyalah apabila karyanya dibaca orang lain.
Perkembangan aktifitas sastra mulai menjamur di berbagai kota . Kegiatan baca, lomba, pembuatan antologui bersama, bedah buku, peluncuran buku dll semakin ramai. Kegiatan ini ada yang berskala lokal maupun nasional. Aktifitas sastra meski kecil memperkaya pengalaman dari pada tidak. Pengalaman beraktifitas sastra (baca,tulis, nonton, pendengar, pembicara, diskusi, dll) menempa diri sebagai cermin mutu karya diri.
Perkembangan minat baca setelah menjamurnya dunia net semakin menunjukan perkembangamn yang menggembirakan.
Para penyair pemula muncul bak jamur di musim hujan setelah internet dijadikan publikasi perorangan dengan status akunnya tersendiri. Dan sku termasuk yang terasing sebagai penyair. mungkin karena bawaan, sungguh pun demikian kekurangan itu aku tutup dengan rajin membaca. Sekarang aku sadar kekurangan pergaulan den
Tahukah Anda Kenapa Harus Narsis
Adalah sastrawan Kelahiran Tegal , Widjati, ( Tjio Wie Tjiat ) seorang penyair yang tak pernah ada gambarnya (batang hidungnya) pada tulisan-tulisannya ketika hidupnya, sastrawan ini banyak menulis di Kedaulatan Rakyat Yogyakarta.Barulah ketika meninggal muncul gambar fothonya.Ia sama sekali tak narsis. Baginya karya lebih utama untuk dikenal masyarakat ketimbang wajahnya.
Apa yang dilakukan Gombloh persis dilakukan oleh Mbah Surip. Meski tampil nyentrik , khas, dan unik lain dari manusia lain sama sekali dirinya tidak narsis sedikitpun. Ratusan media mengabarkan tentang dua orang ini hingga iklan. Mereka tidak pernah meminta memasang gambar pada media apa pun, justru medialah yang ingin menampilkan gambar wajahnya.
1980-an , pemeran pembantu sebuah film dapat terkenal dan kemudian menjadi bintang. Bahkan FFI juga memilih peran pembantu terbaik, Hal demikian dikarenakan tv swasta dengan sinetronnya belum ada. Sehingga penampilan peran pembantu menjadi sorotan publik juga. Pada saat itu film menjadi alat publikasi seseorang menjadi terkenal meski mulai dari peran peran pembantu.
Garin Nugroho, adalah tokoh dibelakang layar sebuah film (sutradara) wajah Garin sebelumnya jarang ditemukan. Namun karena ia sering mendapat piala citra dan penghargaan atas film yang disutradarainya, maka akhirnya publik ingin juga lihat wajah Garin. Kini Garin Nugroho sulit dibedakan artis atau sutradara.
Tetap pada ciri khasnya. Inilah yang dilakukan Endah Laras , sinden , biduan campursari, dan juga penyanyi keroncong. Mempertahan kan dan mengasah talenta yang dimilikinya menjadikan terkenal saat ini hingga ke manca negara. Baginya postur tubuh yang gemuk tak menjadi soal, yang penting tetap pada ke-khas-annya itu ia komitmen. Jadilah endah Laras kini artis dengan bayaran mahal. Hal dem
Baca Puisi untuk Mendukung Minat Baca Buku
Yuk kita mulai dengan obrolan kita malam ini Rezeki Penyair.
Adalah seorang WS Rendra dengan bayaran terkecil 6 jt rupiah dalam sekali tampil membaca puisi , itu di tahun 80-an. Kira-kira di krus rupiahkan sekarang mungkin bernilai 60 jt-an. Sampai saat ini belum ada seorang penyair pun yang dapat menandingi harga sebuah penampilan.
Rendra sebetulnya tidak mematok harga untuk sebuah penampilannya, namun semua orang turut memberikan apresiasi tinggi terhadap penampilannya. Padahal penyair ini juga sering tampil tanpa honorarium biasanya apabila ia tampil sesuai kehendak hatinya.
Untuk menjadikan Anda seperti Rendra sebetulnya sudah dicontohkan secara tak sengaja oleh Rendra sendiri. Ia-lah yang memulai membaca puisi dijadikan sebuah intertaiment untuk dapat dinikmati khalayak. Ia juga-lah yang menjadikan bahwa seorang penyair dapat mensejajarkan diri dengan seorang artis terkenal. Namun belakangan justru diciderai oleh penyairnya sendiri.
Namun belakangan justru diciderai oleh penyairnya sendiri.
Yaitu ketika penyair mengundang kehadiran masyarakat untuk datang ketika dirinya membaca puisi, dan bukan masyarakat yang mengundang penyair untuk tampil membaca puisi.
Rendra sendiri. Ia-lah yang memulai membaca puisi dijadikan sebuah intertaiment sehingga memiliki nilai penghargaan finansial dari masyarakat, punya harga nilai profesi. Namun belakangan justru banyak penyair dengan murahnya tampil membaca puisi. Tanpa ditonton masyarakat umum, karena yang nonton juga penyairmnya sendiri.
Ada banyak hal terjadi belakangan di dunia kepenyairan. Rendra menyadari tingkat minat baca masyarakat Indonesia. Justru itu ia memberi pola penyampaian lewat penampilan baca puisi. Penampilan baca puisi ini untuk mendukung buku yang ditulisnya agar bukunya mengundang daya tarik untuk dibaca.
Jadi Penyair itu Mudah
Jadi Penyair itu mudah asal siap melarat dan siap terkenal
Demikian sebuah lagu keroncong berjudul Hasrat Menjadi Seniman yang dibawakan oleh Bram Titaly , suatu cita-cita yang mungkin dirasakan oleh seseorang. Penuh liku, dan pengorbanan, penuh intrik, penuh pengorbanan. Namun juga karena sudah keinginannya yang menggebu maka segala resiko itu harus dilaluinya. Kemudian menjadi kepuasan tersendiri.
Apa yang dikatakan Bram Titaly (ayah dari Harvey Malaiholo disebut juga Bram Aceh) adalah contoh agar menjadi pertimbangan jika ingin menjadi seniman.
Berikut langkah konyol untuk menjadi seorang penyair (seniman sastra)
Pertama mulailah dengan memposisikan diri dilingkungan terkecil ditempat Anda sebagai seorang penyair.
Berikut langkah konyol untuk menjadi seorang penyair (seniman sastra)
Pertama mulailah dengan memposisikan diri dilingkungan terkecil ditempat Anda sebagai seorang penyair, bisa dilingkungan RT, tempat kerja, kuliah, atau di kampung. Memposisikan diri seorang penyair itu tentu saja dengan merubah segala bentuk perlakuan diri. Bisa saja berperilaku nyentrik namun mulailah dengan bukti karya syairnya karya tulisan , terus dan terus menunjukan karya itu dari tingkat lingkungan terkecil sampai publik dunia. (bersambung)
Tentang Buku Antologi Tebal
Tema kali ini adalah buku puisi tebal .
Bukunya setebal KBBI, sebuah antologi tunggal pasti ratusan jumlah puisinya. Hebat dan luar biasa penyairnya.
Pastilah orang bilang keren antologinya.
Aku menduga itu dikarang dalam kurun waktu berpuluh tahun. Namun setelah dibaca semua ciptaan tahun 2013 terbitnya bulan Juni. Halaman belakangnya tertera angka 370 . Ada puisi pendek ada juga yang seperti genre puisi esai hingga 4 halaman. Pokoknya keren. So pasti penyairnya dalam tahun 2013 ini sangat produktif. Sebab dalam kurun setengah tahun atau 132 hari mampu membuat 370 puisi. Ini berarti rata-rata sehari dua puisi tercipta. Pendek kata produksinya kaya rempeyek atau mendoan, Begitu nyemplung di minyak langsung diangkat.
Buku tebal membuat mata cepat menemukan di rak perpustakaan, pasalnya judul di sampul badan buku terlihat jelas dan kadang makin besar badan sampul makin besar hurufnya. Itulah sebabnya banyak orang bangga dengan antologi tebal.
Buku puisi tebal tentu memiliki kelemahan misalnya untuk membuat antologi kedua . Masa iya tak sebanding dengan yang dulu. Sehingga membuat ‘keraguan pada buku tebal. Buku tebal juga membuat apresiasi pembaca kurang fokus karena banyak pilihan. Terlebih jika dijumpai beberapa puisi nyaris sama arti dan maksud.
Buku Antologi pribadi tebal adalah kebanggaan, terlebih jika berkualitas. Ciri kwalitas itu dapat diketahui pada halaman pertamanya yakni pengantar buku itu. Yakni pemberi pengantar (mungkin tokoh sastra yang merekomendasi) dan penekanan maksud yang tertuang didalamnya. Biasanya pengantar buku memulai dari mengunggulkan isi buku itu kemudian ‘menggarisbawahi beberapa catatan khusus. Itulah kwalitas buku.
Satu Lagi Geliat Sastra 2014, Meronte Jaring Luncurkan Antologi Bersama Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia
Nafas sastra Indonesia kembali menggeliat kalidari kota kecil Indramayu. Sanggar Sastra Meronte Jaring Indramayu dengan tokoh pengasuhnya Rg Bagus warsono meluncurkan Antologi Bersama Nasional bertema Kampung Halaman dalam Buku Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia yang kali ini merupakan penerbitan kedua (jilid I pada April 2014 lalu). Disaksikan beberapa sastrawan yang juga pengasuh Meronte Jaring Nurochman Soedibyo, YS dan Dyah Styawati menggelar peluncuran antologi ini dengan acara kecil namun bermakna.
Lewat acara ‘Bancakan’ yakni acara adat Indramayu untuk suatu keselamatan dan kesuksesan dengan ciri bancakan yakni ’sambal edan’ dan ‘iwak petek’ dibacakan beberapa naskah puisi isi Lumbung puisi sastrawan Indonesia itu oleh Ki Tapa Kelana sebutan untuk penyair Norochman Soedibyo, Ys.
Buku Antologi Lumbung Puisi sastrawan Indonesia Jilid II ini diterbitkan oleh Himpunan Masyarakat Gemar Membaca Indonesia dan menjadi arsip nasional di Perpustakaan sastra HMGM Indonesia.
Menurut Rg Bagus Warsono, tokoh penyair penjaga Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, mengatakan bahwa antologi ini mendapat dukungan dari 81 penyair dariseluruh Indonesia diantaranya adalah : Penyair Seberang Lautan Ali Syamsudin Arsi di Banjarbaru;Penyair Anung Ageng Prihantoko di Cilacap;
Penyair dan pegiat sastra Bambang Widiatmoko di Jakarta;Pimpinan Sanggar Penyair Budhi Setyawan di Bekasi;Perempuan penyair Diah Budiana di Serang
Dosen Penyair Djemi Tomuka di Manado; Guru Penyair Indonesia Gampang Prawoto di Bojonegoro;Penyair Hasan Bisri BFC di Bogor;Penyair dan seniman M. Ardi Kurniawan di Jogyakarta; Penyair dan seniman Muchlis darma Putra Banyuwangi;Perempuan penyair dan seniwati Bali , Nyi Mas Rd Ade Titin Saskia -Darmawan di Denpasar;Perempuan penyair Sokanindya Pratiwi Wening dari Medan; Penyair Sugi Hartono dari Batanghari; Dosen Penyair Suyitno Ethex di Mojokerto; Penyair dan koregrafer tari Thomas haryanto soekiran di Purworejo;Wartawan penyair Wadie Maharief Jogyakarta; Teatris seniman juga penyair Wayan Jengki Sunarta di Bali; Penyair Nusakambangan Wintala Achmad Cilacap;Dokter penyair Dewa Putu sahadewa di Kupang dan lain-lain.
Antologi ini direncanakan sampai Jilid V untuk menampung sebagai Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia di era awal abad 21.
Direncanakan Antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia ini untuk dibacakan sebagai bacaan wajib Lomba Baca Puisi di Hari Jadi Indramayu 7 Oktober 2014 ini.
Rindu Kampung Halaman di Negri Sendiri, Puisi-puisi Luimbung Puisi Jilid II
Rindu Kampung Halaman di Negri Sendiri
Oleh : Rg Bagus warsono
Bilakah rindu kampung halaman, namun hanya kerinduan yang hanya bayangan masa lalu desa tempat kelahiran kita. Ingin rasanya kembali di tengah suasana modern kini. Namun jauh untuk menuju tempat itu walau kini berada dalam desa yang telah berubah.
Kerinduan itudiungkapkan Ali Syamsudin Arsi, dalam sebuah puisinya yang berjudul ‘Ia Lekat di Pelupuk Mata’ katanya….//”ibuku menyatukan daun-daun pisang lantas dibawa ke tengah pasar untuk ditawarkan aku ikut di sampingnya dengan langkah kecil tatapan mata kecil dan harapan-harapan kecil – aku pernah kecil dan tak punya daya ketika berlari di jalan setapak yang berkelok-kelok menuju arus sungai berpasir dengan jamban-jamban pemandian – kecipaknya aku sangat merindukan- ia lekat di pelupuk mata”//….Sebuah kenangan masa lalu dengan pengalaman masa kecilnya.
Merindukan masa kecil di kampung kelahiran adalah menggali kenangan dan bahkan budaya yang kian berubah dan bergnti, Dewa Putu Sahadewa. Dalam puisinya ‘Dua kampung’ seperti …//”Kuterima sirih pinangmu-Sebagai natoni jiwa-Pesta padang kuda liar-
Senada-Kunyahan sekapur sirih-Tembang rare-Di pesta panen padi”//.Budaya desa juga menjadi cirri melekat kerinduan itu pada desa kita dimana pun kita berada.Namun kenyataan kini sudah banyak berubah banyak budaya desa yang sulit dipertahankan.
Kemudian Diah Natalia melantunkan kenangan masa kecilnya di ‘Banten Kulihat Kudengar’ seperti:“Aku pernah melihat,Tentang anak-anak nelayan. Yang terpaksa meninggalkanBangku-bangku sekolah. Karena terpaksa harus bekerja”//……
Di sisi lain En Kurliadi Nf masih menuliskan kerinduan itu pada puisinyaGubuk Kami : kapung ragangdemikian bunyinya:…//gubuk ini kami bangun dengan keringat kuningpagi yang merapat pada senja
ternak yang dilepas ke lading sedangkan bila terbangun dari tidursungai mengirim kecipak airnya kehilir
ke tanah seberang, tempat jagung dan padi tumbuh juga
batu yang kanvas diantara hutan belukar//….
SementraJack Efendidalam „Majapahit, aku berhasrat Pulang” …//Setelah lama berburu silau di gebyarnya ibukota. Aku cemburu pada kemolekan Jaladwara di candimu. Memancurkan tirta ke ladang-ladang serta sawah. Aku risau dengan cara para punggawamu mengadunkan dirimu,//…
Penyair lain dalam buku ini seperti Nur Lathifah Khoerun Nisa dalam puisi berjudul“Pesona Kroya”
//Aku menjadi dewasa dipusaran kota ini,berlatih dan meniti langkah demi langkah kehidupanAromanya selalu merindu diri//…Sedang Sugi Hartono dalam puisi Batanghari menuturkan : //aku adalah hati
menyatu dilubuk hulu ke hilirmenggelayut dari purba
dengan cinta penuh maknapenghulu satu
memadu rindu dari waktu ke waktu//…..Tak dapat dipungkiri ia menyimpan kerinduan dan rindu yang muncul tiba-tiba , ungkapan kerinduan dari hasrat kembali pulang.
Di lembar lainSindi Violindamenulis dalam
“Hilangnya Kampung Halaman”…//Engkaulah wanita rentan yang setia menungguKulepaskan segala rindu padamu, Mak!Namun samar-samar akhirnya kusadar jugaKulirik sudut demi sudut kampungku berbeda//…
Begitu juga Tuti Anggraeni dalam “Rindu”…//di antara ada dan tiada engkau bersimaharaja pecahkan segala akal semua logika telinga, hidung, mata dan pancaindra mati merasa ruang waktu jarak terkapar tergeletak tersisa wajahmu penghilang seribu hasrat//…
Penyair lain sepertiYusti Aprilina dalam puisinya
“Pantai Panjang”mengisahkan : …//bermacam aneka panganan dijajakan oleh ibu-ibu ada udang dan kepiting goreng tepung kriukdi sepanjang pantai warung-warung menjajakan kelapa muda dan jagung bakar
asyik disantap kala sore menjelang menyaksikan sunset di ufuk baratmenikmati angin datang sepoi-sepoi
dan angan melayang nun jauh di seberang lautan
kenangan masih terus membayang, di tepi pantai ini//.
Penyair Bambang Widiatmokomenulis puisinya berjudul “Boulevard “//Setiap aku kembali ke tempat asal mulaDeretan pohon cemara masih setia menyapa
Yang hilang hanya tanah mengubah bulakDan menutup sumur hingga tak tersisa. / Aku selalu setia menjalani kehidupanSeperti boulevard tempat aku bermain layang-layangJuga tetap tegar seperti pilar-pilar balairung//. Demikian menyatu sampai sukma membeku.//
Kemudian penyairFasha Imani Febriyanti dalam puisi
“Sebuah Perjamuan”…//barangkali sudah kehendak illahihitam dan putih sebuah takdir.perwujudan cinta adalah harapanseperti halnya harapan purba
biarlah kutelan kenyataan ini//.
Lain itu semua , Djemi Tomuka dalam “Anak-anak Laut”(masa kecilku di kampung) berikut cuplikannya ….//ufuk baru saja tumbuh dengan cawat terikat dan dada telanjang anak-anak itu mulai menjelujur asin-asin laut dikedua tangannya berbaris di pasir dengan kaki setengah air memunguti satu persatu biji-biji terik yang menempel di soma bapak : hari-harinya, laut yang selama ini membusungkan dadanya siang masih sedikit miring ketika anak-anak itu harus kembali menggulung//…
Penyair BaliWayan Jengki Sunartajuga seakan mengahiri semua kerinduan itu berikut cuplikannya dalam “Di Somba Opu”: …//di somba opuapa yang piluselain langkah makin ragumenjauhdari istanamu//. Lalu penyairArdi Susantimengahiri kerinduan kampong halaman itu dengan “Kebun Teh Kotaku” : …//sejauh mata hamparan perdu the indah mengukir bebukitanmentari tersenyum malu kabut perlahan merangkak naik wanita-wanita perkasa ke luar peraduan berjalan kelilingi bukit kerangjang di bahu
jari-jamari lentik lincah menari di pucuk-pucuk daun teh
tanpa kenal lelah, tanpa hati patah//.
Dunia Penyair Itu
Oleh Rg Bagus Warsono
Seperti tumbuhan pohon dalam hutan
Ada yang bermanfaat ada yang semak tak beguna
Ada yang tinggi rimbun dan mengayomi sesama ada yang terpencil tumbuh di atas batu.
Ada yang homogen dengan komunitasnya tersendiri ada yang unik dan langka
Ada yang sudah tua berbuah lebat dan ada yang baru tunas dengan kelopak kembang
Ada menjulang ada yang merambat mencari sandaran
Ada dirambati tumbuhan lain ada yang menjadi benalu
Ada yang beraroma khas ada yang berbau busuk bangkai
Ada yang berbunga indah namun ada yang berduri
Aku hanya tumbuhan ada di hutan penyair
diantara heterogen hutan itu
Aku ingin menjadi pohon sono keling yang berguna sebagai kayu furniture
Aku ingin menjadi bunga kantil dalam hutan yang mekar semerbak
Aku ingin menjadi durian menoreh yang nikmat dimakan
Atau aku menjadi rotan yang menjala
Lomba Sastra Seperti Arisan Juara
Hati hati sahabatku dalam mengikuti lomba sastra skala nasional , sebab sering kali terjadi seperti ARISAN JUARA yang dilaksanakan komunitas tertentu
Meski dalam segi sosial mengangkat popularitas nama seorang teman juga laku yang baik, namun jika dilaksanakan mengajak masyarakat nasional ini adalah penipuan publik.
Tak heran bila banyak dijumpai penyandang juara tak sepadan dengan kualitas karya itu.
Laku sepertii ini memang tak harus menyalahkan penyelenggara iniadalah karena tingkat kepedulian pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang sangat jauh peduli perhatiannya pada karya dan pencipta sastra indonesia
Untuk dapat mengenali laku seperti ARISAN JUARA ini sangat mudah , pertama apabila hadiah itu cukup fantastik. Sebab di Indonesia harga buku masih relatif rendah sehingga royalti juga menyesuaikan harga. Apabila seponsor memberikan juga tak sampai jumlahnya fantastik karena mereka menyadari di sigment ini masih rendah di Indonesia baik peminat maupun pengapresiasi.
Hal mengenai ‘pesanan juara’ memang sudah tak asing lagi di dunia lomba sastra, namun terkadang sungguh mencederai pemula dan pegiat yang memang tengah dalam proses ‘lagi produk’ yang bagus.
Memang tidak semua , kita memiliki banyak lembaga kredibel yang peduli terhadap sastra. Namun demikian , sekali lagi lembaga-lembaga ini pun jarang disuport oleh pemerintah, kecuali donaturnya yang kecapaian memberi dana kegiatan.
Aku justru menghargai media-media cetak nasional yang menyediakan ruang bersastra meski kecil honorariumnya. Semakin berpengaruh media itu terhadap khalayak pembaca, semakin Anda sebagai pengisi sastra itu ada dimuat dalam media cetak independen dengan redaktur yang independen pula maka semakin kokoh ketokohan Anda sebagai penyair/sastrawan
Oleh karena itu jangan takut untuk tidak diakui dalam event tertentu, dalam komunitas tertentu, dalam undangan tertentu, bebas sajalah, independent dan merdeka. Tak perlu tidak dipanggil , tidak disebut, diakui sebagai penyair/sastrawan yang penting karya Anda ada yang membaca
Di 250 juta rakyat Indonesia ini kita harus memiliki rasa dan perasaan bahwa kita harus bangga dengan tumbuhnya penulis, penyair /sastrawan yang ribuan jumlahnya dan slalu bertambah.
Puisi Menolak Korupsi (PMK) Antologi Puisi Terdahsyat
Pemberantasan korupsi setengah hati
Adalah Indonesia di 2013 ini. Sebuah negeri yang mendambakan bebas dari korup tetapi cita-cita itu digarap dengan setengah hati. Sejak masalah korupsi dimasukan dalam ketetapan MPR di awal reformasi, garapan pemerintah yang berkuasa sepenjang era ini sampai sekarang dapat diambil kesimpulan hanyalah dagelan dan suguhan tontonan yang klasik bagi bangsa ini. Karena hasil dari kerja pemerintah yang berkuasa dari mulai pemerintahan BJ Habibie, Abdurrachman Wahid, Megawati, sampai SBY tak ada prestasi yang cukup dinilai baik dalam ukuran nasional tentang garapan pemberantasan korupsi.
Semua hanya omong kosong/ bualan , slogan verbalis, dan program ngambang yang bertujuan untuk membodohi rakyat. Berapa trilyun uang negara yang dikorupsi dan berapa uang yang kembali, serta berapa oknum yang menjadi tersangka dan berapa orang yang korup dijebloskan penjara masih belum mencapai prosentase yang dapat dinilai baik.
Harapan rakyat kepada penegak hukum akan pemberantasan korupsi sebetulnya sudah dipercayakan pada penyelenggara penegakan hukum itu seperti Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, sampai KPK, namun rakyat hanya menaruh harapan terus menerus tanpa melihat hasil yang berdampak pada perubahan karakter bangsa ini. Malah justru perilaku korup semakin menjadi-jadi. Akhirnya tumpuan harapan kepercayaan itu makin tak jelas dan akhirnya menjadi masa-bodoh dan akhirnya terserah saja pada yang menyelenggarakan pemerintah ini.
Bermula
Dunia sastra Indonesia 2013 dikejutkan dengan adanya karya puisi menolak korupsi yang ditulis oleh sastrawan se Nusantara. Seperti tersiram hujan semua rumput “nglilir” bergerak dan serentak dalam satu keinginan untuk negerinya menolak korupsi di Tanah Air ini. Lebih dari 200 sastrawan dari seluruh penjuru Tanah air terlibat menulis dalam antologi puisi yang bertema Puisi Menolak Korupsi (PMK). Adalah Leak Sosiawan (47) sastrawan asal Solo yang memiliki gagasan yang pada mulanya merupakan kegiatan seni sastra dengan menerbitkan antologi puisi menolak korupsi kini telah menjadi sebuah gerakan nasional dari kalangan sastrawan yang merasa terpanggil untuk menyelamatkan Indonesia dari bahaya korupsi.
Sumbangsih penyair untuk negeri
Dunia menyoroti kita sebagai salah satu negeri terkorup. Negara-negara donatur sudah geram melihat tingkah pejabat kita yang korup. Media bingung memberitakan kasus korupsi yang mana yang harus di beritakan pagi hari, karena saking banyaknya kasus korupsi yang masuk di meja redaksi. Alim ulama tak henti-henti menggemborkan utuk menyelamatkan negeri ini.
Sesekali tokoh muncul anti korupsi hanya untuk meraih suara, sudah itu ia juga termasuk dan melakukan korupsi. Lalu yang berteriak lantang membasmi korupsi kemuadian terikan itu menjadi lagu nostalgia yang membikin orang kantuk. Pendek kata hanya isapan jempol semata.
Disinilah penyair dengan berbagai keberadaannya yang sama sekali tidak ada perhatian dari pemerintah, bahkan boleh jadi pada komunitasnya yang ‘terpinggirkan’ dan mungkin ‘terbuang’ ikut memberikan sumbangsih dalam menyelamatkan negeri ini dari acaman bahaya korupsi. Melalui karya Puisi Menolak Korupsi mereka suguhkan untuk khalayak masyarakat Indonesia untuk dapat memberikaa apresiasi terhadap karyanya. Diharapkan melalui karya ini dapat mengajak masyarakat untuk menolak korupsi di manapun tempat.
Kelihatannya seperti tak ada artinya puisi menolak korupsi atau penyair menolak korupsi. Penegak hokum yang memiliki tanggung jawab pemberantasan korupsi yang ada di Indonesia juga susah menghadapi masalah korupsi ini, apalagi penyair yang tak punya apa-apa. Ditilik dari tindakan mungkin belum ada arti, namun melalui puisi menolak korupsi yang dibaca jutaan manusia Indonesia akan dapat menyentuh hati. Ia tidak saja sebagai penyejuk atau siraman air untuk otak manusia, tatapi telah memberikan wacana mendasar bahwa penyair Indonesia telah berbuat untuk negerinya , sebagai sumbangsih karya untuk Tanah Air tercinta.
Jangan Sampai Korupsi Menjadi Budaya
Masalah korupsi bukankah sudah ada sejak negara ini berdiri? Namun sebelumnya hal korupsi belum marak seperti sekarang ini. Masalah korupsi hampir terjadi di setiap pelosok negeri. Pelakunya dari pangkat terendah sampai pucuk pimpinan, dari pegawai rendahan sampai mentri, dari pejabat tingkat RT sampai Presiden dan beraneka profesi yang melakukannya. Wabahnya bak penyakit menular yang juga menyerang mantri pembasmi penyakit itu. Berangkat dari merajalelanya masalah korupsi yang sudah menasional ini bagaikan sebuah budaya baru yang dilakukan masyarakat, para penyair merasa prihatin melihat kejadian wabah korupsi yang terjadi di mana-mana ini.
Mengapa gunakan puisi
Sebuah pertanyaan kenapa puisinya yang menolak korupsi tidak penyairnya? Jika ini sebuah gerakan para penyair kenapa bukan penyair yang harus di depan? Pertanyaan di atas tidaklah harus disamakan dengan profesi lain. Sebab menurut sejarah, lebih berani tulisannya ketimbang orangnya. Lebih tajam pena-nya ketimbang lidahnya, lebik kritis kalimatnya ketimbang pendapatnya. Oleh karena itu para penyair gunakan produknya sebagai senjata untuk melawan korupsi.
Lebih dari itu sebetulnya produk sastra sangat erat dengan penulisnya. Undang-undang hak cipta begitu memberi kekuatan yang tak terpisahkan antara penulis dan karyanya. Jadi sebetulnya produk sastra tersirat dibelakangnya sosok penulisnya. Jika demikian jelas pesan yang dituangkan dalam karya sastra sebetulnya adalah hasil pemikiran penulisnya.Puisi menolak korupsi ini otomatis penyair yang mencipta puisi itu juga menolak korupsi.
Dalam diri hati manusia ada sisi baik dan sisi buruk. Siap orang yang waras menginginkan kehidupan yang baik. Sisi buruk yang ada hanyalah pembatas utuk tidak melakukannya. Sisi baik dan buruk slalu seiring pada diri manusia yang memiliki nafsu. Ini tergantung neracanya. Karena itu sisi buruk manusia perlu diisi dengan agama, aturan, pendidikan dan norma hidup. Sehingga sisi buruk itu terbelenggu dan tidak akan keluar dari nafsu manusia. Puisi sebagai karya sastra memiliki nilai berbagai macam sentuhan hati. sebab puisi yang diciptakan oleh para penyair terkandung menitipkan pesan-pesan kebaikan yang beraneka. Ahlak, budi pekerti, budaya luhur, norma adat, peraturan, pantangan dan sebagainya terdapat dalam puisi. Hampir tiap puisi yang dibuat terkandung unsur intrinsik pesan-pesan tersebut dan intrinsik inklusif dalam Puisi Menolak Korupsi adalah masalah korupsi.
Antologi Puisi Terbesar
Penerbitan antologi bersama (PMK) merupakan sebuah karya buku bersama. Sejak Angkatan Pujangga Baru telah ada penyai-penyair yang menerbitakan antologi bersama. Isi bisa satu tema, namun juga bisa berbeda tema atau beraneka tema puisi. Ada berbagai tujuan untuk menbuat antologi bersama: 1. Memenuhi standar ketebalan buku, 2. mengetengahkan bahwa pemilik gagasan (tema) bukan oleh seorang penyair tetapi lebih dari seorang penyair dengan maksud pembaca untuk mengapresiasi lebih terhadap isi yang melekat dengan sosok penyairnya, 3. Memenuhi angkatan pujangga pada saat itu.4. Memberikan kekuatan pada buku bahwa buku itu kelak dapat dibaca oleh publik tidak saja fans seorang sastrawan tertentu, tetapi lebih dari satu sastrawan yang juga memiliki fans-nya.5. Semangat untuk sebuah gagasan dari isi sebuah pesan. Dan yang terakhir ini, pada buku PMK ini, saya melihat semangat para penyair untuk sebuah gagasan (menolak korupsi di Tanah Air) lewat sebuah pesan (isi puisi) lebih kuat tampaknya. Agaknya Leak Sosiawan tidak memandang siapa penyairnya, dari golongan apa penyairnya, atau dari mana asal penyairnya yang penting adalah sumbangsih karya puisi itu. Lebih dari itu Leak Sosiawan telah diterima oleh setiap pengirim puisi untuk memilah dan menentukan kelayakan sebuah puisi laik terbit. Namun ia senantiasa menghargai bobot karya dari siapa pun karena memang pertimbangan no. 2 dan 4 di atas dari tujuan membuat puisi bersama. Yang terakhir adalah, bahwa semua orang bisa melakukan seperti meniru, tetapi orang pertama yang mencetuskan/menciptakan/menggagas/menelorkan ide itu harus dihargai.
Multi Angkatan
Dalam kurun hapir setengah abad perjalanan negeri ini (sejak 1966) perjalanan sastrawan kita hanya membuat karya yang bagus serta kreatifitas karya kekinian (modern) namun sulit dibuat angkatan. Bolehlah pada kritikus sastra atau sastrawan membuat angkatan kesusastraan, dengan alasan yang berbeda-beda, Itu sah-sah saja. Angkatan Reformasi, Angkatan 2000 tak menjadi maslah sejauh referensinya dapat diterima. Di Antologi PMK terdapat beberapa nama penyair yang terkenal dan termasuk dalam angkatan-angkatan sastrawan sebelumnya. Seperti Ahmadun Yosi Herfanda, Tajuddin Noor Ganie , Isbedy Stiawan ZS, Gol A Gong, Acep Zamzam Noor, Jamal D Rahman dan lain lain yang termasuk dalam angkatan 80-an , angkatan 90-an, atau angkatan 2000 . Bahkan jika dilihat dari usia ada penyair PMK yang berusia 60 tahun dan juga yng masih dibawah usia 30. Meskipun gelombang reformasi mengganti orde baru, karya satra berikut sastrawannya tidak mengiringi perubahan bangsa ini. Hal demikian dikarenakan reformasi yang sampai sekarang masih berjalan tersendat-sendat.
Menembus 2,5 Juta Pembaca
Antologi Bersama dapat menjadi sebuah dokumen sastra yang bersifat nasional dan memenuhi banyak pembaca serta menjadi bahan rujukan. Sebagai contoh Antologi puisi yang ditulis oleh banyak penyair dari berbagai penjuru Tanah Air akan mampu menembus pembaca hingga jutaan manusia. Buku Antologi puisi Menolak Korupsi kurang lebih ditulis oleh 284 penyair Indonesia dan 291 karya peljar atu berjumlah 575 peserta pengisi antologi. Jika setiap penyair memiliki keluarga, teman, fans, dan anak asuh sastra di sanggar saja maka setiap penyair mambawa 200 pembaca buku tersebut. Maka buku antologi-bersama akan menembus ratusan ribu pembaca.
Sengaja penulis tidak menghitung buku yang dicetak. Menghitung pembaca dari buku yang dicetak akan sulit ditaksir. Kecuali buku tersebut telah terjual dan menjadi best seller. Ini juga dengan menggunakan prinsip buku yang terjual pasti dibaca pembelinya meskipun tidak semua pembeli buku membaca buku yang dibelinya sampai tamat.
Keunggulan buku antologi-bersama secara geografis terkadang memenuhi keterwakilan publik di suatu daerah. Hal demikian dikarenakan sastrawan biasanya merupakan tokoh masyarakat di daerahnya. Semakin banyak keterwakilan sastrawan dari berbagai daerah , bahkan daerah terpencil maka semakin banyak jumlah pembacanya.
Antologi bersama sangat menguntungkan nama penyairnya dikarenakan melalui buku itu masing-masing dikenalkan kepada penyair lainnya dalam buku itu. Yang sudah populair akan semakin dikenal masyarakat dan yang baru meniti tangga mulai dikenalkan lewat karya dalam buku itu.
Antologi yang demikian menjadi Antologi puisi yang berstandar nasional pada ukuran pembaca. Demikian karena ukuran kelayakan sebuah buku adalah layak dibaca dan pernah dibaca. Contoh saja misalnya dalam lomba perpustakaan, ukuran keberhasilan adalah pembaca. Terbiasa sekali juri lomba perpustakaan mengukur jumlah pengunjung sebagai faktor utama, bukan gedung dan bukan bukunya yang tebal-tebal dan mahal.
Antologi bersama memerlukan standar isi agar bermutu. Karenanya perlu menampilkan team penyeleksi puisi peserta antologi. Bukan penyair peserta pengisi antologi tetapi karya peserta itu yang diseleksi. Jadi dua hal penting antologi bersama yakni pembaca dan puisi peserta antologi.
Hal pembaca sastra Indonesia kebanyakan didominasi pelajar dan mahasiswa pada status sosial lain masih demikain rendah. Menempati uriutan kedua adalah pendidik. Pembaca sastra Indonesia banyak dimotori/digelorakan oleh para pendidik itu kepada siswa dan mahasiswanya. Andai saja mereka turut membatu karya sastrawan, maka pembaca sastra Indonesia akan meningkat, sebab sepertiga jumlah penduduk Indonesia adalah anak-anak dan remaja! Diantara para pengisi antologi ini terdapat banyak penyair yang juga berprofesi sebagai pendidik. Seringkali buku PMK dijadikan bahan ajar pelajaran sastra di sekolah-sekolah maka bukan mustahil buku yang dicetak terbatas diperuntukan untuk penulisnya ini banya dibaca siswa. Kemudian kegiatan-kegiatan peluncuran antologi PMK, bedah buku PMK, Lomb abaca PMK, serta road Show PMK menambah jumlah pembaca. Kini kegiatan road Show PMK telah lebih dari 20 tempat dilaksanakan di Tanah Air.
‘Road Show’ puisi denyut nadi PMK sepanjang tahun
Belum pernah sebelumnya ada buku antologi puisi di-‘roadswhow’-kan ke sejumlah kota untuk apa? Apakah belum cukup populair dengan sekali peluncuran? Apakah belum menyentuh sasaran? Atau ini merupakan roadshow-nya penyair PMK? Jawabnya adalah seperti dikatakan Sosiawan Leak yakni kemandirian yang menjadi dasar digulirkannya program Road Show Puisi Menolak Korupsi isi road show bisa dalam wujud pembacaan puisi, pentas seni, seminar, diskusi, orasi, lomba baca puisi, lomba cipta puisi dan lain-lain yang dilakukan secara otonom di berbagai kota, dikoordinir oleh penyair PMK yang mukim di kota tersebut. Ini artinya bahwa untuk melaksanakan gerakan PMK itu dilaksanakan tanpa paksaan dari siapa pun yang turut tergerak hatinya untuk berpartisipasi melawan korpsi dengan cara kegiatan sastra seperti disebutkan Sosiawan Leak sebagai gerakan sikap para penyair untuk melwan korupsi dengan caranya.
Bermula di wujudkan dengan road shownya di Makam Proklamator terus merambah ke kota-kota di seluruh Tanah Air dan pada 27 September 2013 road shownya VI di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi di Jakarta.
Peserta Pengisi Antologi Terbanyak dalam sejarah
Siapa-siapa saja mereka (penyair itu yang terlibat) adalah para penulis puisi dalam antologi Puisi Menolak Korupsi, mereka adalah :Penyair Indonesia yang ikut menulis di buku Antologi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Jilid I
- 1. Abdurrahman El Husaini (Martapura)2. Acep Syahril (Indramayu)3. Agus R Sardjono (Jakarta)4. Agus Sri Danardana (Pekanbaru)5. Ahmad Daladi (Magelang)6. Ahmadun Y Herfanda (Jakarta)7. Akaha Taufan Aminudin (Batu, Malang)8. Ali Syamsudin Arsi (Banjarbaru)9. Aloysius Slamet Widodo (Jakarta)10. Aming Aminudin (Surabaya)11. Andreas Kristoko (Yogja)12. Andrias Edison (Blitar)13. Andrik Purwasito (Solo)14. Anggoro Suprapto (Semarang)15. Ardi Susanti (Tulungagung)16. Arsyad Indradi (Banjarbaru)17. Asyari Muhammad (Jepara)18. Ayu Cipta (Tangerang)19. Bagus Putu Parto (Blitar)20. Bambang Eka Prasetya (Magelang)21. Bambang Supranoto (Cepu)22. Bambang Widiatmoko (Bekasi)23. Beni Setia (Caruban)24. Bontot Sukandar (Tegal)25. Brigita Neny Anggraeni (Semarang)26. Budhi Setyawan (Bekasi)27. Dedet Setiadi (Magelang)28. Denni Meilizon (Padang)29. Dharmadi (Purwokerto)30. Didid Endro S (Jepara)31. Dimas Arika Mihardja (Jambi)32. Dona Anovita (Surabaya)33. Dwi Ery Santosa (Tegal)34. Dyah Setyawati (Tegal)35. Eka Pradhaning (Magelang)36. Eko Widianto (Jepara)37. Ekohm Abiyasa (Solo)38. Endang Setiyaningsih (Bogor)39. Endang Supriyadi (Depok)40. Gunawan Tri Admojo (Solo)41. Handry Tm (Semarang)42. Hardho Sayoko Spb (Ngawi)43. Heru Mugiarso (Semarang)44. Hilda Rumambi (Palu)45. Irma Yuliana (Kudusan, Jawa Tengah)46. Isbedy Stiawan ZS (Lampung)47. Jamal D Rahman (Jakarta)48. Jhon F.S. Pane (Kotabaru)49. Jumari HS (Kudus)50. Kidung Purnama (Ciamis, Jawa Barat)51. Kun Cahyono Ps (Wonosobo)52. Kuspriyanto Namma (Ngawi)53. Lailatul Kiptiyah (Blitar)54. Lennon Machali (Gresik)55. Lukni Maulana (Semarang)56. M. Enthieh Mudakir (Tegal)57. Mubaqi Abdullah (Semarang)58. Najibul Mahbub (Pekalongan)59. Nurngudiono (Tegal)60. Oscar Amran (Bogor)61. Puji Pistols (Pati)62. Puput Amiranti (Blitar)63. Puspita Ann (Solo)64. Radar Panca Dahana (Jakarta)65. Ribut Achwandi (Pekalongan)66. Ribut Basuki (Surabaya)67. Rohmat Djoko Prakosa (Surabaya)68. Saiful Bahri (Aceh)69. Sosiawan Leak (Solo)70. Sudarmono (Bekasi)71. Sulis Bambang (Semarang)72. Sumasno Hadi (Banjarmasin)73. Surya Hardi (Pekanbaru)74. Sus S Hardjono (Sragen)75. Suyitna Ethex (Mojokerto)76. Syam Chandra (Yogyakarta)77. Syarifuddin Arifin (Padang)78. Thomas Budi Santoso (Kudus)79. Thomas Haryanto Soekiran (Purworejo)80. Tri Lara Prasetya Rina (Bali)81. Udik Agus Dw (Jepara)82. W. Haryanto (Blitar)83. Wardjito Soeharso (Semarang)84. Yudhie Yarco (Jepara)85. Zainul Walid (Situbondo)
Penyair Indonesia yang ikut menulis di buku antologi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Jilid II (IIa dan IIb)
Antologi PMK Jilid 2: 1. A. Ganjar Sudibyo (Semarang)2. A’yat Khalili (Sumenep)3. Aan Setiawan (Banjarbaru)4. Abah Yoyok (Tangerang)5. Abdul Aziz H. M. El Basyroh (Indramayu)6. Abdurrahman El Husaini (Martapura)7. Acep Zamzam Noor (Tasikmalaya)8. Ade Ubaidil (Cilegon)9. Adi Rosadi (Cianjur)10. Agus R. Subagyo (Nganjuk)11. Agus Sighro Budiono (Bojonegoro)12. Agus Sri Danardana (Pekanbaru)13. Agus Warsono (Indramayu)14. Agustav Triono (Purwokerto)15. Agustinus (Purbalingga)16. Ahlul Hukmi (Dumai)17. Ahmad Ardian (Pangkep)18. Ahmad Daladi (Magelang)19. Ahmad Samuel Jogawi (Pekalongan)20. Ahmadun Yosi Herfanda (Jakarta)21. Akaha Taufan Aminudin (Batu)22. Akhmad Nurhadi Moekri (Sumenep)23. Alex R. Nainggolan (Tangerang)24. Ali Syamsudin Arsi (Banjarbaru)25. Allief Zam Billah (Rembang)26. Aloeth Pathi (Pati)27. Alya Salaisha-Sinta (Cikarang)28. Aming Aminudin (Mojokerto)29. Andreas Kristoko (Yogjakarta)30. Andrias Edison (Blitar)31. Anggoro Suprapto (Semarang)32. Anna Mariyana (Banjarmasin)33. Ansar Basuki Balasikh (Cilacap)34. Arba’ Karomaini (Pati)35. Ardi Susanti (Tulungagung)36. Ardian Je (Serang)37. Arsyad Indradi (Banjarbaru)38. Asdar Muis R. M. S.(Makassar)39. Asmoro Al Fahrabi (Pasuruan)40. Asril Koto (Padang)41. Asyari Muhammad (Jepara)42. Autar Abdillah (Sidoarjo)43. Ayu Cipta (Tangerang)44. Badaruddin Amir (Barru)45. Bambang Eka Prasetya (Magelang)46. Bambang Karno (Wonogiri)47. Barlean Bagus S. A. (Jember)48. Bontot Sukandar (Tegal)49. Budhi Setyawan (Bekasi)50. Chafidh Nugroho (Kudus)51. D. G. Kumarsana (Lombok Barat)52. Darman D. Hoeri (Malang)53. Daryat Arya (Cilacap)54. Denni Melizon (Padang)55. Denny Mizhar (Malang)56. Diah Rofika (Berlin)57. Diah Setyawati (Tegal)58. Diana Roosetindaro (Solo)59. Didid Endro S. (Jepara)60. Dimas Arika Mihardja (Jambi)61. Dimas Indiana Senja (Brebes)62. Dini S. Setyowati (Amsterdam)63. Dinullah Rayes (Sumbawa Besar)64. Dulrohim (Purworejo)65. Dwi Ery Santoso (Tegal)66. Dwi Haryanta (Jakarta)67. Dyah Kencono Puspito Dewi (Bekasi)68. Dyah Narang Huth (Hamburg)69. Eddie MNS-Soemanto (Padang)70. Edy Saputra (Blitar)71. Efendi Saleh (Blitar)72. Eka Pradhaning (Magelang)73. Emha Jayabrata (Pekalongan)74. Endang Setiyaningsih (Bogor)75. Endang Supriyadi (Depok)76. Euis Herni Ismail (Subang)77. Fahrurraji Asmuni (Amuntai)78. Faizy Mahmoed Haly (Semarang)79. Fakrunnas M. A. Jabbar (Pekanbaru)80. Fatah Rastafara (Pekalongan)81. Felix Nesi (Nusa Tenggara Timur)82. Fendy A. Bura Raja (Sumenep)83. Ferdi Afrar (Sidoarjo)84. Fikar W. Eda (Aceh)85. Fransiska Ambar Kristyani (Semarang)86. Gia Setiawati Mokobela (Kotamobagu)87. Gol A Gong (Serang)88. Habibullah Hamim (Pasuruan)89. Hadikawa (Banjarbaru)90. Haidar Hafeez (Pasuruan)91. Hardho Sayoko Spb. (Ngawi)92. Haryono Soekiran (Purbalingga)93. Hasan B. Saidi (Batam)94. Hasan Bisri B. F. C. (Jakarta)95. Hasta Indriyana (Bandung)96. Heny Gunanto (Pemalang)97. Herman Syahara (Jakarta)98. Heru Mugiarso (Semarang)99. Hidayat Raharja (Sumenep)100. Husnu Abadi (Pekanbaru)101. Iberamsayah Barbary (Banjarbaru)102. Ibramsyah Amandit (Barito Kuala)103. Isbedy Stiawan Z.S. (Lampung)104. Jefri Widodo (Ngawi)105. Jhon F. Pane (Kotabaru)106. Johan Bhimo (Sragen)107. Joko Wahono (Sragen)108. Jose Rizal Manua (Jakarta)109. Joshua Igho (Tegal)110. Jumari H. S. (Kudus)111. Juperta Panji Utama (Lampung)112. Kalsum Belgis (Martapura)113. Ken Hanggara (Pasuruan)114. Kidung Purnama (Ciamis)115. Kusdaryoko (Banjarnegara)116. Lara Prasetya Rina (Denpasar)117. Linda Ramsita Nasir (Bekasi)118. Lukman Mahbubi (Sumenep)119. M. Amin Mustika Muda (Barito Kuala)120. M. Andi Virman (Purwokerto)121. M. Enthieh Mudakir (Tegal)122. M. Faizi (Sumenep, Madura)123. M. Syarifuddin (Jember)124. M. L. Budi Agung (Temanggung)125. Maria Roeslie (Samarinda)126. Marlin Dinamikanto (Jakarta)127. Melur Seruni (Singapura)128. Memed Gunawan (Jakarta)129. Micha Adiatma (Solo)130. Mubaqi Abdullah (Semarang)131. Muhammad Rain (Langsa)132. Muhammad Rois Rinaldi (Cilegon)133. Muhammad Zaini Ratuloli (Bekasi)134. Muhary Wahyu Nurba (Makassar)135. Muhtar S. Hidayat (Blora)136. Mustofa W. Hasyim (Yogjakarta)137. Nabilla Nailur Rohmah (Malang)138. Najibul Mahbub (Pekalongan)139. Nike Aditya Putri (Cilacap)140. Novy Noorhayati Syahfida (Tangerang)141. Nurochman Sudibyo Y. S. (Indramayu)142. Pekik Sat Siswonirmolo (Kebumen)143. Priyo Pambudi Utomo (Trenggalek)144. R. B. Edi Pramono (Yogyakarta)145. R. Giryadi (Sidoarjo)146. R. Valentina Sagala (Bandung)147. Rezqie Muhammad Al Fajar (Banjarmasin)148. Ribut Achwandi (Pekalongan)149. Ribut Basuki (Surabaya)150. Rini Ganefa (Semarang)151. Rivai Adi (Jakarta)152. Riyanto (Purwokerto)153. Rohseno Aji Affandi (Solo)154. Rosiana Putri (Banjarbaru)155. Rudi Yesus (Yogjakarta)156. S. A. Susilowati (Semarang)157. Sabahuddin Senin (Kinabalu)158. Saiful Bahri (Aceh)159. Saiful Hadjar (Surabaya)160. Samsuni Sarman (Banjarmasin)161. Sayyid Fahmi Alathas (Lampung)162. Serunie (Solo)163. Soekoso D. M. (Purworejo)164. Soetan Radjo Pamoentjak (Batusangkar)165. Sri Wahyuni (Gresik)166. Sulis Bambang (Semarang)167. Sumanang Tirtasujana (Purworejo)168. Sumasno Hadi (Banjarbaru)169. Sunaryo Broto (Kaltim)170. Suroto S. Toto (Purworejo)171. Surya Hardi (Riau)172. Sus S. Hardjono (Sragen)173. Sutardji Calzoum Bahcri (Jakarta)174. Suyitno Ethexs (Mojokerto)175. Syafrizal Sahrun (Medan)176. Tajuddin Noor Ganie (Banjarmasin)177. Tan Tjin Siong (Surabaya)178. Tarmizi Rumahitam (Batam)179. Tarni Kasanpawiro (Bekasi)180. Tengsoe Tjahjono (Surabaya)181. Thomas Haryanto Soekiran (Purworejo)182. Titik Kartitiani (Tangerang)183. Toto St. Radik (Serang)184. Turiyo Ragilputra (Kebumen)185. Udik Agus Dhewe (Jepara)186. Udo Z. Karzi (Lampung)187. Wahyu Prihantoro (Ngawi)188. Wahyu Subakdiono (Bojonegoro)189. Wanto Tirta (Ajibarang)190. Wardjito Soeharso (Semarang)191. Wawan Hamzah Arfan (Cirebon)192. Wawan Kurn (Makassar)193. Wijaya Heru Santosa (Kutoarjo)194. Wyaz Ibn Sinentang (Ketapang)195. Yanusa Nugroho (Tangerang)196. Yatim Ahmad (Kinabalu)197. Yogira Yogaswara (Bandung)198. Yudhie Yarcho (Jepara)199. Zubaidah Djohar (Aceh). Disamping para penyair tersebut diatas juga memunculkan Penerbitan Buku Puisi Menolak Korupsi Jilid 3 karya pelajar Indonesia , mereka adalah :1. A. Habiburrahman (Sumenep)2. A. Kafi Febrian (Sumenep)3. Abdul Azis Pane (Deli Serdang)4. Abi Ortega (Pangkalan Kerinci, Riau)5. Aeni Krismonika (Purbalingga)6. Afifatus Sa’diah (Jember)7. Agil Vina Febriana (Salatiga)8. Agri Satrio Adi Nugroho (Sukoharjo)9. Ahmad Alfi (Surakarta)10. Ahmad Khoirur Roziq (Kediri)11. Ahmad Latief Ansory (Palembang)12. Ahmad Saugi Andrian P. (Tangerang)13. Ahnafudin Toha (Semarang)14. Ahshalia Ayu Aghnia (Pekalongan)15. Aida Kurniasih (Banyumas)16. Aisyah Rachma (Surabaya)17. Aji Rahmat Imanudin (Bojonegoro)18. Aji Tanda19. Alanwari (Bogor)20. Alfianingsih (Purbalingga)21. Alimatus Saadiyah (Ngawi)22. Amalia Nurus Syifa (Banyumas)23. Amazona Mega Ramadhanty (Cilacap)24. Amir F. A. (Sumenep)25. Anastasia Sita Wulandari (Gunung Kidul)26. Andi Wijaksono (Purbalingga)27. Andika (Banyumas)28. Andrian Eka Saputra (Boyolali)29. Andy Putra Ramadhan (Semarang)30. Angga Anggriawan (Ciamis)31. Angga Tri Andriyono (Banyumas)32. Anis Ilahy Nafsi (Ngawi)33. Anisa Wulansari (Balikpapan)34. Annas Tunggal (Ngawi)35. Anurul Islami (Banyumas)36. Ardiyah (Banjarnegara)37. Arif Budiman (Lamongan)38. Arifah Hasin Haluqi (Banyumas)39. Arina Sabila Najah (Pasuruan)40. Asmoro Al-fahrabi (Pasuruan)41. Assa Levina (Banyumas)42. Astiwi Safitri (Pinrang, Sulsel)43. Audi Ariaji Harahap (Medan)44. Aulia Nur Fadilah (Banyumas)45. Aulia Qurrotu Aini (Karanganyar)46. Aulia Widyanagara (Bojonegoro)47. Avivatus Sa’diyah (Jember)48. Ayu Ana Widiastutik (Sumenep)49. Ayunda Bilqish Alfiatussyifa (Bojonegoro)50. Badruz Zaman (Sumenep). Bella Fitriana Handayani (Bekasi)52. Bima Sarutobi53. Catur Hari Mukti (Sragen)54. Chaoril Imam (Surakarta)55. Chandra Adhi Susanto (Ngawi)56. Charis (Banyumas)57. Chatarina Dewi Anggraeni (Purworejo)58. Daniswari Anggadewi (Surakarta). Daviatul Umam el-S (Sumenep)60. David Rizaldi (Sragen)61. Dedy Yusuf Evendi (Pasuruan). Della Oktaviani Sorongan (Bekasi)63. Desiya Nailil Muna (Kudus)64. Deva Lili Fiana (Banyumas)65. Devi Anggereni (Purbalingga)66. Dewi Lestari (Kudus)67. Dewi Munfachiroh (Pasuruan)68. Dewi Nafiah (Banyumas)69. Dewi R. (Banyumas)70. Dewi Retno Putri Pradana (Jember)71. Dewi Sulistyowati (Salatiga)72. Dewinta P. (Banyumas)73. Dhia Asa Imtinan (Pekalongan)74. Diah Pratiwi (Banyumas)75. Dian Ilmi (Pekalongan)76. Dian Novita Arum Sari (Nganjuk)77. Diana Khasna Nisrina (Batang)78. Diantini79. Dika Bhakti (Bojonegoro)80. Dina (Banyumas)81. Dwi Ari Sulistiyani (Banyumas)82. Dwi Ayu Wandirah (Purbalingga)83. Dwi Roro Asih (Banyumas)84. Dwiana Nur Rizki Hanifah (Banyumas)85. Eka Ervina Ari Ardana (Nganjuk)86. Ela Fuji Lestari (Semarang)87. Elis Alvirawati (Sragen)88. Elisabeth Sabrina P.S. (Banyumas)89. Ervina Ruth Priya Sambada (Boyolali)90. Estri Tirta Titis Pinasthi (Ngawi)91. Evadatul Khusnah92. Evi Oktaviani (Banyumas)93. Fahri (Banyumas)94. Faiqotul Himmah (Pasuruan)95. Faiza Ainia (Banyumas)96. Fajar Aji Pamungkas (Banyumas)97. Fathan Dikha Muttaqin (Tulungagung)98. Fatimatul Chabibah (Pasuruan)99. Febri Yani Rustanti100. Filujeng Nur Rochma (Ngawi)101. Firdha Avivia P. K. (Sragen)102. Fitri Kurniawati (Ngawi)103. Fitri Riyanti (Banyumas)104. Fridolfna Nahong (Manggarai, NTT)105. Galuh Prima Sabarina (Banyumas)106. Galuh Rahma (Ngawi)107. Garita Esa M. (Banyumas)108. Gilbertus Luki Targau (Manggarai, NTT)109. Hafid Rois Al Ahsan (Sragen)
110. Hanida Salsabila (Banyumas)111. Hanifah Annuru Masruroh (Nganjuk)112. Hansen Sunaryangga (Brebes)113. Hanu Neda Septian (Banyumas)114. Harrits Rizqi Budiman (Malang)115. Hasna Rosikhatun Nasika (Kediri)116. Helda Kristi Seimahuira (Ambon)117. Hendi Aryo Bastian (Banyumas)118. Heni Puspitasari (Gunung Kidul)119. Hestina PH (Banyumas)120. Hidayah Sumiyani (Tuban)121. Hilmun Al Ghumaydha (Ngawi)122. Husein (Banyumas)123. Ibnu Akthailan (Banyumas)124. Ifa Nur Cahyani (Banyumas)125. Iffah Mahiratun Nisa (Sragen)126. Iin Yulita Sari (Ngawi)127. Ike Silviaranchi (Banyumas)128. Irma Oktiyar Diani (Banyumas)129. Irma Yusianti (Banyumas)130. Ismailia (Pasuruan)131. Ismiyatul Faizah (Ngawi)132. Istiqlal Fauzan Hidayat (Tegal)133. Itsna Agustin Nur R. (Banyumas)134. Izra (Banyumas)135. Jauharie Maulidie (Sumenep)136. Kartika Rahmarani (Banjarnegara). Kartika Rochmawati (Ngawi)138. Khansa Salsabilla A. (Banyuwangi)139. Khollatul Jalilah (Sumenep)
140. Khusnul Ihda Muslikah (Trenggalek)141. Kiki Novitasari (Pasuruan)142. Kuni Zakiyah Rahmadhani (Banyuwangi) 143. Laila Nailu Rahmatika (Ngawi)144. Laila Nur Ainiyah (Nganjuk)145. Laila Nur Azizah (Banyumas)
146. Legita (Banyumas)147. Lina Alfiani (Ciamis)148. Linda Purwanti (Purbalingga)149. Linda Puspita Dewi (Sragen)
150. Lisa Aryati (Banjarnegara)151. Livia Arizka (Banjarnegara)152. Lucky Windya Mawarni (Ngawi)153. Lukiyati Ningsih (Mojokerto)154. Lum’atun Nikmah (Pati)155. Lusi Sukmawati (Pekalongan)156. Luthfiyah Amani (Banyumas)157. M. Ridho Ilahi (Palembang)158. M. Rofil Zainuri (Sumenep)159. M. Sirojuddin (Pasuruan)160. Ma’ruf Wahyudin (Blora)161. Malik Susanto (Pekalongan)162. Marisa Nurhayati (Magelang)163. Martinus Tundu (Manggarai, NTT)164. Matahari Adi. S. B. (Jombang)165. Maulida Solekhah (Nganjuk)166. Maulina Fikriyah (Pasuruan)167. Mega Fitria Trisnasari (Ngawi)168. Mentari Cesari Pangestika (Purbalingga)169. Mey Nur Hikmah (Banyumas)170. Miftahul Khoiriyah (Nganjuk)171. Minati Dwi Vinasih (Sragen)172. Mirna Nuraisyah (Ciamis)173. Mirnawati (Banyumas)174. Moh. Syarif Muzammil (Sumenep)175. Moh. Yasid (Sumenep)176. Mohammad Ahlisil Haq (Gresik)177. Mohammad Kholili (Sumenep)178. Mufti Aji Panuntun (Banyumas)179. Muhamad Fathan Mubin (Serang)180. Muhammad As’ad (Pasuruan)181. Muhammad Baghiz Arom-rom (Banyumas). Muhammad Habibullah (Pasuruan). Muhammad Hafeedz Amar Rishka (Indramayu)184. Muhammad Irfan Aziz (Pasuruan)
185. Muhammad Juroimi (Pasuruan)186. Muhammad Rifqi Saifudin (Barito Kuala, Kalsel)187. Muhammad Zha’farudin Pudya Wardana (Malang)188. Muliyana Nurjanah (Purbalingga)189. Nabila (Martapura)190. Nabila Bunga Ratu Piara Dicinta (Banyumas)191. Nabila Ramadhani Zain (Banyumas)192. Nahdliyah Furri Utami (Tegal)193. Naila Salsabila (Sragen)194. Nailil (Banyumas)195. Nara Latif (Banjarnegara)196. Nely Rosyalina Agustin (Banyumas)197. Nida Nurunnisa (Ciamis)198. Nisrina Yusha S. (Banyumas)199. Niswatul Badiah (Pasuruan)200. Nita Kamila (Jepara)201. Nofika Rahmayani (Nganjuk)202. Novalia Meta F (Purbalingga)203. Novi Justika Harini (Ngawi)204. Novi Setyowati (Wonosobo)205. Nur Lailatul Rahni (Deli Serdang)206. Nur Laili Indah Sari (Banyumas)207. Nur Silvi Nafsila (Banyumas)208. Nur Widowati (Cirebon)209. Nurfita Dwi Lestari (Jepara)210. Nursandrawali Gosul (Bantaeng, Sulsel)211. Nurul Fajariyana (Banyumas)212. Nurul Fajri Khoirunnisa (Magelang)213. Nurul Hayati (Banyumas)214. Nurul Hidayah (Sragen)215. Nurul Miftah Awaliyah (Banyumas)216. Nurul Rahmawati (Ngawi)217. Pandi Zakaria (Brebes)218. Penti Aprianti (Ciamis)219. Pradiana Setianingrum (Semarang)220. Puri Elviana (Bandung)221. Putri Ageng Pinareng222. Putri Agus Yuli Yanti (Nganjuk)223. Putri Dikha Syahirah (Tulungagung)224. Putri Handika (Banyumas)225. Putri Kartika Sari (Kediri)226. Qistia Ummah Khasanah (Tuban)227. Rahma Mamlu’atul Maula (Kediri)228. Rahmawatun S. (Sukoharjo)229. Ratna Ulfa Artati (Pekalongan)230. Recha Melia (Purworejo)231. Restu Ade Kurniawan (Pati)232. Reza Siskana Lia (Jepara)233. Reza Sulkhaerah A. Semmagga (Barru)234. Ririn D. U.235. Rischa Setyaningrum (Ngawi)236. Riski Mei Yana Suci (Purbalingga)237. Risqiana Imarotul Ainiyah (Nganjuk)238. Rizka Melyana (Purbalingga)239. Rizka Novita Wardani (Ngawi)240. Rizki Dwi Utami (Bogor)241. Robi Husnimubaroq (Sumedang)242. Robiyatun (Sragen)243. Roro Ajeng Olga Dewi Wulan (Ngawi)244. Rosyidatul Auliya (Pasuruan)245. Sari Nurfatwa Hakim (Ciamis)246. Satrio Dwi Sanjaya (Malang)247. Sausan Syah Muz’shofiyya (Nganjuk)248. Septi Tri R. (Banyumas)249. Shella (Jepara)250. Shielvia (Banyumas)251. Sigit Nur Pratama (Banyumas)252. Silvy Damayanti (Ciamis)253. Sindi Violinda (Medan). Siti Mazroatul H. (Rembang)255. Siti Nailah (Sumenep)256. Siti Nur Afifah (Ngawi)257. Sonya Novisca Wijaya (Palembang)258. Sri Bulan Cahya Hartati Ningsih (Kediri)259. Suci Triana Putri (Bantaeng, Sulsel). Sucirahmawati (Banyumas)261. Sufyan Tsauri (Sumenep)262. Sugiati Surya Dewi (Pasuruan)263. Sukma Ningrum Dian Anggraeni (Purworejo)264. Sulaiman Alfian (Pasuruan)265. Syaiful Azhar (Sragen)266. Syaiful Bachri (Sumenep)267. Syifa Mutiara Salsabila (Banyumas)268. Tarisa Fika Rahayu (Banyumas)269. Taufik Ardiansyah (Ciamis)270. Thania (Salatiga)271. Titin Trianti (Bojonegoro)272. Tri Widya Putri Lestari (Purbalingga)273. Ulfah Nurul Hidayah (Banyumas)274. Umi Nafisah (Banjarnegara)275. Ummamul Fatina (Ngawi). Uuli Kufita Imtikhana (Kudus)277. Vivi Yantri Halimatus Sa’diyah (Banyumas)278. Wahyu Tri S (Ngawi)279. Wida Marliana (Banjarnegara)280. Widad T. A. (Banyumas)281. Winda Nursita (Banyumas)282. Windani Afni Nurlaeli (Banyumas)283. Wisma Nantha (Purworejo)284. Wiwit Prihatini (Banyumas)285. Yuli Setiawati (Jakarta Timur)286. Yunisma Sulala (Banyuwangi)287. YunitaLuthfiani (Kudus)288. Yusrina Nur (Pekalongan)289. Yutik Ayatun Khasanah (Sragen)290. Yutri Linoku Liyu (Bandung)291. Zain Rochmatiningsih (Tulungagung)
Rujukan :1. “Sastrawan Angkatan 2000″. Korrie Layun Rampan Gramedia Jakarta2000;2. Antologi PMK jilis 1, 2a, 2b , Karya Pelajar Forum Sastra Surakarta. 2013/2014.
Satu Lagi HMGM Terbitkan Antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia 2014
Judul : Lumbung Puisi sastrawan Indonesia 2014
Karya : Sastrawan Indonesia 2014
1.Abdul Wahid,2.Ali Syamsudin Ars, 3.Aloeth Pathi ,
4.Andrian Eka Saputra ,5.CecepNurbani ,
6.Dimas Indiana Senja,7.Dwi Klik Santosa,
8.Eddie MNS Soemanto, 9.eL Trip Umiuki,
10.Fahmi Wahid,11.Fasha Imani Febrianty,
12.Fitrah Anugerah ,13.Gampang Prawoto,
14.Iwan Kusmiadi,15.Julia Hartini, 16Mohamad Amrin. 17.Moh. Ghufron Cholid ,
18.Muhammad Hafeedz Amar Riskha,19.Nieranita,
20.Novy Noorhayati Syahfida ,21.Puji Astuti,
22.Rezqie Muhammad AlFajar Atmanegara,
23.Ridwan Ch. Madris ,24.Roni Nugraha Syafroni ,
25.Soekoso DM,26.Sokanindya Pratiwi Wening,
27.Sus S. Hardjono,28.Syarif hidayatullah,
29.Wadie Maharief, 30.Wardjito Soeharso,
Jilid : 1
Desain : Ibro Art
Penerbit : HMGM
Cetakan : Pertama
Isi : 102 halaman
Tahun terbit : 2014
Desain sapul : Ibro Art
Editor : Abdurrachman D Mappuji
Hak cipta dilindungi undang-undang
(all right reserved)
Demokrasi di Dunia Sastra
Demokrasi di dunia sastra
Demokrasi di dunia sastra telah dilakukan oleh para pendahulu kita untuk berkarya. Dari demokrasi itu telah banyak jatuh korban pembunuhan nama baik. Namun kita harus berterima kasih pada mereka, tak bakal seperti sekarang ini jika tak ada perjuangan para pendahulu kita yang memperjuangkan demokrasi. Yakni bebas berorganisasi, bebas menulis apa saja namun bertanggung jawab, bebas memilih penerbitan, bebas bernaung di bawah panji apa saja. Pokoknya demokrasi telah diperjuangkan mereka para sastrawan pendahulu kita.
Nah sekarang apa yang patut diperjuangkan ? Yakni : Untuk tidak menganggap salah satu media untuk tidak menjadi acuan utama sastra Indonesia. Untuk tidak menganggap salah satu lembaga untuk tidak menjadi acuan utama sastra Indonesia. Dan untuk tidak menganggap salah satu sastrawan sebagai paus sastra, presiden penyair, atau jendral penyair , sehingga tak ada penentu atau hakim peradila
Hati Nurani Sastrawan Akan Mempengaruhi Karyanya
SESUNGGUHNYA Denny JA sama sekali TIDAK SALAH , sangat wajar bila seorang ambisius popularitas dengan tujuan tertentu menghendaki populariras maksimal pada semua masyarakat termasuk masyarakat sastra Indonesia. Andai seseorang memiliki tujuan tertentu, misalnya nyalon gubernur, bukan tidak mungkin akan menerima tawaran komunitas tertentu yang turut membatu sosialisasi tokoh tersebut. Hal mengenai mencipata sebuah genre puisi atau bentuk tulisan lain adalah kreatifitas biasa dalam olah penyampaian bentuk sastra prosa puisi. Anak SMA sudah terbiasa menulis puisi panjang seperti surat untuk kekasihnya. Namun tak ada yang memperhatikan gejala sastra anak-anak ini. Bahkan guru Bahasa Indonesianya pun hanya tertawa membacanya jika dipasang di majalah dinding. Ide memunculkan tokoh sastra berpengaruh juga tidak salah, sah-sah saja. Yang menjadi permasalahan adalah hati nurani tim penentu dalam pemilihan tokoh-tokoh itu. Sebab jika hati nurani (kejujuran) sastrawan telah melenceng, maka bukan mustahil karyanya juga akan melenceng !
Catatan tentang ‘kasus’ 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh
oleh Rg Bagus warsono
Positif :
1.Pusat Dokumentasi Sastra HB Yassin berperan sebagai lembaga pengganti ‘Paus Sastra Indonesia’ sepeninggal HB Yassin. Ini merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kalangan sastrawan dimana para sastrawan tidak lagi slalu dengan fatwa HB Yassin ketika beliau masih hidup (beliau meninggal pada 11 Maret 2000)
2.Atas keluarnya buku ‘Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh’ seakan menjadi sebuah pernyataan bahwa sastra Indonesia itu masih hidup dipandang secara nasional dan internasional.
3.Membuyarkan periodeisasi Angkatan pujangga dikarenakan tokoh sastra Indonesia paling berpengaruh itu terdiri dari tokoh pujangga tahun 1886 hingga sastrwan yang lahir tahun 1970. Nama Kwee Tek Hoay (1886-1952) itu sendiri jarang disinggung oleh HB Yassin dalam karya-karaya HB Yassin dan juga di kalangan pendidikan tidak terlalu populer disebutkan dalam dunia sastra. Menggugurkan sebutan periodeisasi sastrawan angkatan-angkatan setelah 1966, dimana tokoh-tokoh sastranya banyak yang terlewat karena kurator-kurator yang membuat pengelompokan sastrawan dalam setiap periodeisasi banyak tokoh yang dimasukan banyak tergantung selera penulisnya.
4.Menyatakan bahwa kreativitas sastrawan atas perubahan gaya pada setiap jenis prosa dihargai seperti yang menyatakan dalam buku itu bahwa Denny JA menjadi berpengaruh dikarenakan sebagai pelopor puisi dengan genre puisi esai.
5. Pusat dokumentasi Sastra HB Yassin telah memulai babak baru terhadap perkembangan sastra Tanah Air. Diharapkan kemudian dapat memberikan perkembangan baru berupa rekomendasi, penghargaan, maupun penobatan dsb. untuk perkembangan sastra Indonesia.
6. Masuknya nama Denny JA memberikan petunjuk bahwa dunia sastra terbuka bagi status sosial lainnya untuk dapat mewarnai kesusastraan Indonesia.
7. Memberikan respon positif dan negatif yang berarti memiliki kekuatan sebuah buku ketika diluncurkan.
Negatif:
1. Tidak ada hakim penentu dalam pengelompokan sastrawan.
2. Kegiatan pemilihan apa pun untuk memberikan penghargaan kepada seseorang sebaiknya digunakan tim yang berjumlah ganjil dari 3, 5, 7 , dan seterusnya sehingga menggunakan prinsip demokratis yang lazim digunakan di Indonesia apabila terdapat perselisihan yang belum dicapai kata mufakat.
3.Keprihatinan atas tokoh yang dipilih sebagai Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh meninggalkan makna kedaerahan dimana banyak unsur-unsur sastra daerah yang juga berpengaruh seperti maksud kreteria pemilihan tokoh sastra Inonesia paling perpengaruh.
4.Kreteria yang digunakan dalam pemilihan Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh seperti ://Empat kriteria itu, pertama pengaruhnya tidak hanya berskala lokal, melainkan nasional, kedua pengaruhnya relatif berkesinambungan, dalam arti tidak menjadi kehebohan temporal atau sezaman belaka, ketiga dia menempati posisi kunci, penting dan menentukan, keempat dia menempati posisi sebagai pencetus atau perintis gerakan baru yang kemudian melahirkan pengikut, penggerak, atau bahkan penentang// merupakan kreteria yang tidak beretika publik karena tidak menghargai publik pembaca. Sebagai contoh apakah karya-karya semua tokoh itu banyak dibaca masyarakat, bahkan ada buku yang belum banyak dikenal masyarakat tapi penulisnya dinobatkan.
5. Mengecilkan peran sastrawan lainnya .
Indramayu, 5-1-2014
Daftar Penyair Lumbung Puisi Jilid 1
Judul : Lumbung Puisi sastrawan Indonesia 2014 Karya : Sastrawan Indonesia 2014 1.Abdul Wahid,2.Ali Syamsudin Ars, 3.Aloeth Pathi , 4.Andrian Eka Saputra ,5.CecepNurbani , 6.Dimas Indiana Senja,7.Dwi Klik Santosa, 8.Eddie MNS Soemanto, 9.eL Trip Umiuki, 10.Fahmi Wahid,11.Fasha Imani Febrianty, 12.Fitrah Anugerah ,13.Gampang Prawoto, 14.Iwan Kusmiadi,15.Julia Hartini, 16Mohamad Amrin. 17.Moh. Ghufron Cholid , 18.Muhammad Hafeedz Amar Riskha,19.Nieranita, 20.Novy Noorhayati Syahfida ,21.Puji Astuti, 22.Rezqie Muhammad AlFajar Atmanegara, 23.Ridwan Ch. Madris ,24.Roni Nugraha Syafroni , 25.Soekoso DM,26.Sokanindya Pratiwi Wening, 27.Sus S. Hardjono,28.Syarif hidayatullah, 29.Wadie Maharief, 30.Wardjito Soeharso,
Daftar Penyair Lumbung Puisi Jilid II
Penulis: 001. Abdul Wahid (Karanganyar) 002.Ali Syamsudin Arsi (Banjarbaru) 003.Alra Ramadhan (Kulonprogo) 004.Alya Salaisha-Sinta (Cikarang Kab. Bekasi)) 005. Aloeth Pathi (Pati) 006. Anita Riyani (Tanah Bumbu, Kalsel) 007.Andrian Eksa (Boyolali) 008 .Anung Ageng Prihantoko (Cilacap) 009. Aulia Nur Inayah (Tegal) 010 . Bambang Widiatmoko (Jakarta) 011. Badruz Zaman (Sumenep) 012.Budhi Setyawan (Bekasi) O13.Devi yulianti wafiah(Paseh) 014.Dewa Putu Sahadewa (Kupang) 015. Dhito Nur Ahmad( Makasar) 016.Dhinar Nadi Dewii (Sukoharjo) 017. Diah Natalia (Jakarta) 018.Diah Budiana (Serang) 019.Dian Rusdiana (Bekasi) 020.Dianie Apnialis M (Bandung) 021.Djemi Tomuka (Manado) O22.Devi yulianti wafiah(Paseh) 023.Dwi Rezki Hardianto Putra Rustan (Maros) 024.Elvis Regen (Palembang) 025. Ekohm Abiyasa (Karanganyar) 026. Esti Ismawati (Klaten) 027. En Kurliadi Nf (Sumenep) 028.Fatmawati Liliasari (Takalar) 029.Fasha Imani Febriyanti (Bandung) 030.Fitrah Anugerah (Bekasi) 031.Fitrah Rahim. (Maros) 032. Gampang Prawoto (Bojonegoro) 033.Ghufron Cholid (Sampang) 034.Hasan Bisri BFC (Bogor) 035. Hidayatul Hasanah (Trenggalek) 036.Imam Eka Puji Al-Ghazali (Batuputih) 037. I Putu Wahya Santosa (Bulelelng) 038.Iska Wolandari (Ogan Komering Ilir) 039.Jack Efendi (Bekasi) 040.Julia Hartini (Bandung) 041.Lucky Purwantini(Bekasi) 042.Lukni Maulana 043.M. Amin Mustika Muda (Barito Kuala,Kalsel) 044.M. Ardi Kurniawan(Jogyakarta) 045.Malisa Ladini (Semarang) 046.Ma'sum (Sumenep) 047.Muchlis darma Putra (Banyuwangi) 048.Novia Nurhayati (Bogor) 049.Nurul Hidayah (Banjarmasin) 050.Nyi Mas Rd Ade Titin Saskia Darmawan (Denpasar) 051.Niam At-Majha (Pati) 052.Novi Ageng Rizqy Amalia (Trenggalek) 053.Nur Lathifah Khoerun Nisa (Cilacap) 054.Nastain Achmad (Tuban) 055.Nila Hapsari (Bekasi) 056.Pradita nurmalia (Surakarta) 057. Roni Nugraha Syafroni (Cimahi) 058. Rachmat Juliaini (Makasar) 059.Rachmad Basuni 060. Refa Kris Dwi Samanta (Purwokerto) 061.Seruni Unie (Solo) 062.Syarif hidayatullah (Banjarmasin) 063. Sofyan RH. Zaid (Bekasi) 064.Sokanindya Pratiwi Wening (Medan) 065.Sugi Hartono (Batanghari) 066.Suyitno Ethex (Mojokerto) 067. Sindi Violinda(Medan) 068. Tuti Anggraeni (Bekasi) 069.Thomas haryanto soekiran (Purworejo) 070.Vera Mutiarasani (Karawang)
071.Wadie Maharief (Jogyakarta)
072.Wayan Jengki Sunarta 073. Wintala Achmad (Cilacap) 074.Wong agung utomo (Bekasi) 075. Wulandari ( Nawang Wulan) 076. Yusti Aprilina (Bengkulu Utara) 077.Zen AR 087. Diana Roosetindaro (Surakarta) 079.Ardi Susanti (Tulungagung) 080. Lailatul Kiptiyah (Mataram
Daftar penyair Nusantara, Tangerang 2013
115 Sastrawan/partisipan Temu Karya Sastrawan Nusantara Aant S. Kawisar Yogyakarta Abah Yoyok Tangerang Adriana Tjandra Dewi Jakarta Agus Warsono (RG Bagus Warsono )Indramayu Agustav Triono. Purbalingga Ahmadun Yosi Herfanda Tangerang Ali Syamsudin Arsi Banjarbaru, Kalsel Andre Theriqa Tangerang Arafat AHC Demak Arif Hidayat Purbalingga Arinda Risa Kamal Tasikmalaya Arsyad Indradi Banjarbaru, Kalsel Ary Nurdiana Ponorogo Astri Primanita Tangerang Atin Lelya Sukowati Yogyakarta Aulia Nur Inayah Tegal A’yat Khalili Sumenep, Madura Ayid Suyitno PS Bekasi Ayu Cipta Tangerang Azizah Nur Fitriana Medan Badrul Munir Chair Sumenep, Madura Bambang Widiatmoko Jakarta Betta Anugrah Setiani Bogor Bode Riswandi Tasikmalaya Budhi Setyawan Bekasi Cipta Arief Wibawa Medan Darajatul Ula Tangerang Dasuki D Rumi Tangerang Devi Hermasari Yogyakarta Dharmadi Purwokerto Didi Kaha Tangerang Dimas Arika Mihardja Jambi Dimas Indiana Senja Purwokerto Dwi Klik Santosa Jakarta Eko Tunas Semarang eL Trip Umiuki Tangerang En kurliadi nf Bekasi Enes Suryadi Tangerang Erry Amanda Tangerang Evan YS Bekasi F. Pratama Medan Faizy Mahmoed Haly Semarang Fatih El Mumtaz Pekanbaru, Riau Gampang Prawoto Bojonegoro Gito Waluyo Serang Gunoto Saparie Semarang Hardia Rayya Tangerang Hasan Bisri BFC Jakarta Hermansyah Adnan Aceh Husnul Khuluqi Tangerang Imam Safwan Tanjung, NTB Irma Agryanti Mataram, NTB Isbedy Stiawan ZS Tanjungkarang Ishack Sonlay Kupang J. Betara Kawhie Cilacap Julia Hartini Bandung Kiki Sulistyo Mataram, NTB Kusnadi Arraihan Yogyakarta Kyai Matdon Bandung L.K. Ara Aceh Lailatul Kiptiyah Jakarta Lanang Setiawan Tegal Majenis Panggar Besi Bengkulu Mariyana Marabahan, Kalsel Moh Mahfud Banjarmasin, Kalsel Muhammad Asqalani eNeSTe Pekanbaru, Riau Muhammad Rois Rinaldi Cilegon Mustaqiem Eska Palembang Nana Sastrawan Tangerang Nani Karyono Bandung Nani Tandjung Jakarta Nastain Achmad Attabani Tuban Niken Kinanti Solo Noi Bonita (Ade Julia Dewi) Serang Novy Noorhayati Syahfida Tangerang Nur Hadi Kaliwungu, Kaltim Pudwianto Arisanto Jakarta Qeis Surya Sangkala Tasikmalaya Raka Mahendra Jakarta Ratna Ayu Budhiarti Garut Ria Oktavia Indrawati Depok Rini Intama Tangerang Riyanto Purwokerto Rezqie Muhammad AlFajar Atmanegara Banjarmasin, Kalsel Sartika Sari Medan Satmoko Budi Santoso Yogyakarta Seruni Solo Shah Kalana Alhaji Samanrinda, Kaltim Sholichudin al-Gholany Kudus Shourisha Arashi Cilacap Sobih Adnan Cirebon Soekoso DM Purworejo Sofyan RH. Zaid Bekasi Sri Runia Komalayani Sukabumi Sri Wintala Achmad Cilacap Suryati Syam Bekasi Sus. S. Hardjono Sragen Suyitno Ethex Mojokerto Syarif hidayatullah Barito kuala. Kalsel Tatang Rudiana Alghifari Tasikmalaya Tawakal M. Iqbal Bogor Thomas Haryanto Soekiran Purworejo Tina K. Jakarta Tjak S. Parlan Mataram, NTB Uki Bayu Sedjati Tangerang Vanera el Arj Wonosobo Villy J. Roesta Tangerang Wahyudi Cirebon Windu Mandela Sumedang Wyaz Ibn Sinentang Pontianak, Kalbar Y.S. Agus Suseno Banjarmasin, Kalsel Yandri Yadi Yansah Lampung Yudhie Yarcho Jepara Yuditeha Karanganyar Yusran Arifin Tasikmalaya
Daftar Penyair Nusantara
1. Abdurrahman El Husaini (Martapura) 2. Acep Syahril (Indramayu) 3. Agus R Sardjono (Jakarta) 4. Agus R. Subagyo (Nganjuk) 5. Agus Sighro Budiono (Bojonegoro) 4. Agus Sri Danardana (Pekanbaru) 6. Agus Warsono(Rg BagusWarsono)(Indramayu) 7. Agustav Triono (Purwokerto) 8. Agustinus (Purbalingga) 9. Ahmad Daladi (Magelang) 10. Ahmadun Yosi Herfanda (Jakarta) 11. Akaha Taufan Aminudin (Batu, Malang) 12. Ali Syamsudin Arsi (Banjarbaru) 13. Aloysius Slamet Widodo (Jakarta) 14. Aming Aminudin (Surabaya) 15. Andreas Kristoko (Yogja) 16. Andrias Edison (Blitar) 17. Andrik Purwasito (Solo) 18. Anggoro Suprapto (Semarang) 19. Ardi Susanti (Tulungagung) 20. Arsyad Indradi (Banjarbaru) 21. Asyari Muhammad (Jepara) 23. Ayu Cipta (Tangerang) 24. A. Ganjar Sudibyo (Semarang) 25. A’yat Khalili (Sumenep) 26. Aan Setiawan (Banjarbaru) 27. Abah Yoyok (Tangerang) 28. Abdul Aziz H. M. El Basyroh (Indramayu) 29. Acep Zamzam Noor (Tasikmalaya) 30. Ade Ubaidil (Cilegon) 31. Adi Rosadi (Cianjur) 32. Ahlul Hukmi (Dumai) 33. Ahmad Ardian (Pangkep) 34. Ahmad Samuel Jogawi (Pekalongan) 35. Akhmad Nurhadi Moekri (Sumenep) 36. Alex R. Nainggolan (Tangerang) 37. Allief Zam Billah (Rembang) 38. Aloeth Pathi (Pati) 39. Alya Salaisha-Sinta (Cikarang) 40. Anna Mariyana (Banjarmasin) 41. Ansar Basuki Balasikh (Cilacap) 42. Arba’ Karomaini (Pati) 43. Ardian Je (Serang) 44. Asdar Muis R. M. S.(Makassar) 45. Asmoro Al Fahrabi (Pasuruan) 46. Asril Koto (Padang) 47. Autar Abdillah (Sidoarjo) 48. Bagus Putu Parto (Blitar) 49. Bambang Eka Prasetya (Magelang) 50. Bambang Supranoto (Cepu) 51. Bambang Widiatmoko (Bekasi) 52. Beni Setia (Caruban) 53. Bontot Sukandar (Tegal) 54. Brigita Neny Anggraeni (Semarang) 55. Budhi Setyawan (Bekasi) 56. Badaruddin Amir (Barru) 57. Bambang Karno (Wonogiri) 58. Barlean Bagus S. A. (Jember) 59. Chafidh Nugroho (Kudus) 60. Dedet Setiadi (Magelang) 61. Denni Meilizon (Padang) 62. Dharmadi (Purwokerto) 63. Didid Endro S (Jepara) 64. Dimas Arika Mihardja (Jambi) 65. Dona Anovita (Surabaya) 66. Dwi Ery Santosa (Tegal) 68. Dyah Setyawati (Tegal) 69. D. G. Kumarsana (Lombok Barat) 70. Darman D. Hoeri (Malang) 71. Daryat Arya (Cilacap) 72. Denny Mizhar (Malang) 73. Diah Rofika (Berlin) 74. Diana Roosetindaro (Solo) 75. Dimas Indiana Senja (Brebes) 76.Dini S. Setyowati (Amsterdam) 77. Dinullah Rayes (Sumbawa Besar) 78. Dulrohim (Purworejo) 79. Dwi Haryanta (Jakarta) 80. Dyah Kencono Puspito Dewi (Bekasi) 81. Dyah Narang Huth (Hamburg) 82. Eka Pradhaning (Magelang) 83. Eko Widianto (Jepara) 84. Ekohm Abiyasa (Solo) 85. Endang Setiyaningsih (Bogor) 86. Endang Supriyadi (Depok) 87. Eddie MNS-Soemanto (Padang) 88. Edy Saputra (Blitar) 89. Efendi Saleh (Blitar) 90. Emha Jayabrata (Pekalongan) 91. Euis Herni Ismail (Subang) 92. Fahrurraji Asmuni (Amuntai) 78. Faizy Mahmoed Haly (Semarang) 93. Fakrunnas M. A. Jabbar (Pekanbaru) 94. Fatah Rastafara (Pekalongan) 95. Felix Nesi (Nusa Tenggara Timur) 96. Fendy A. Bura Raja (Sumenep) 97. Ferdi Afrar (Sidoarjo) 98. Fikar W. Eda (Aceh) 99. Fransiska Ambar Kristyani (Semarang) 100. Gunawan Tri Admojo (Solo) 101. Gia Setiawati Mokobela (Kotamobagu) 102. Gol A Gong (Serang) 103. Handry Tm (Semarang) 104. Hardho Sayoko Spb (Ngawi) 105. Heru Mugiarso (Semarang) 106. Hilda Rumambi (Palu) 107. Habibullah Hamim (Pasuruan) 108. Hadikawa (Banjarbaru) 109. Haidar Hafeez (Pasuruan) 110. Haryono Soekiran (Purbalingga) 111. Hasan B. Saidi (Batam) 112. Hasan Bisri B. F. C. (Jakarta) 113. Hasta Indriyana (Bandung) 114. Heny Gunanto (Pemalang) 115. Herman Syahara (Jakarta) 116. Hidayat Raharja (Sumenep) 117. Husnu Abadi (Pekanbaru) 118. Iberamsayah Barbary (Banjarbaru) 119. Ibramsyah Amandit (Barito Kuala) 120. Irma Yuliana (Kudusan, Jawa Tengah) 121. Isbedy Stiawan ZS (Lampung) 122. Jamal D Rahman (Jakarta) 123. Jhon F.S. Pane (Kotabaru) 124. Jumari HS (Kudus) 125. Jefri Widodo (Ngawi) 126. Johan Bhimo (Sragen) 127. Joko Wahono (Sragen) 128. Jose Rizal Manua (Jakarta) 129. Joshua Igho (Tegal) 130. Juperta Panji Utama (Lampung) 131. Kidung Purnama (Ciamis, Jawa Barat) 132. Kun Cahyono Ps (Wonosobo) 133. Kuspriyanto Namma (Ngawi) 134. Kalsum Belgis (Martapura) 135. Ken Hanggara (Pasuruan) 115. Kusdaryoko (Banjarnegara) 136. Lailatul Kiptiyah (Blitar) 137. Lennon Machali (Gresik) 138. Lukni Maulana (Semarang) 139. Lara Prasetya Rina (Denpasar) 140. Linda Ramsita Nasir (Bekasi) 141. Lukman Mahbubi (Sumenep) 142. M. Enthieh Mudakir (Tegal) 143. M. Faizi (Sumenep, Madura) 144. M. Syarifuddin (Jember) 145. M. L. Budi Agung (Temanggung) 146. M. Amin Mustika Muda (Barito Kuala) 147. M. Andi Virman (Purwokerto) 148. Maria Roeslie (Samarinda) 149. Marlin Dinamikanto (Jakarta) 150. Melur Seruni (Singapura) 151. Memed Gunawan (Jakarta) 152. Micha Adiatma (Solo) 153. Mubaqi Abdullah (Semarang) 154. Muhammad Rain (Langsa) 155. Muhammad Rois Rinaldi (Cilegon) 156. Muhammad Zaini Ratuloli (Bekasi) 157. Muhary Wahyu Nurba (Makassar) 158. Muhtar S. Hidayat (Blora) 159. Mustofa W. Hasyim (Yogjakarta) 160. Mubaqi Abdullah (Semarang) 161. Najibul Mahbub (Pekalongan) 162. Nurngudiono (Tegal) 163. Nabilla Nailur Rohmah (Malang) 164. Nike Aditya Putri (Cilacap) 166. Novy Noorhayati Syahfida (Tangerang) 167. Nurochman Sudibyo Y. S. (Indramayu) 168. Oscar Amran (Bogor) 169. Pekik Sat Siswonirmolo (Kebumen) 170. Priyo Pambudi Utomo (Trenggalek) 171. Puji Pistols (Pati) 172. Puput Amiranti (Blitar) 173. Puspita Ann (Solo) 174. R. B. Edi Pramono (Yogyakarta) 175. R. Giryadi (Sidoarjo) 176. R. Valentina Sagala (Bandung) 177. Radar Panca Dahana (Jakarta) 178. Rezqie Muhammad Al Fajar (Banjarmasin) 179. Ribut Achwandi (Pekalongan) 180. Ribut Basuki (Surabaya) 181. Rini Ganefa (Semarang) 182. Rivai Adi (Jakarta) 183. Riyanto (Purwokerto) 184. Rohseno Aji Affandi (Solo) 1 85. Rohmat Djoko Prakosa (Surabaya) 186.Rosiana Putri (Banjarbaru) 187. Rudi Yesus (Yogjakarta) 188. Sabahuddin Senin (Kinabalu) 189. Saiful Bahri (Aceh) 190. Sosiawan Leak (Solo) 191. Sudarmono (Bekasi) 192. Sulis Bambang (Semarang) 193. Sumasno Hadi (Banjarmasin) 194. Surya Hardi (Pekanbaru) 195. Sus S Hardjono (Sragen) 196. Suyitna Ethex (Mojokerto) 197. S. A. Susilowati (Semarang) 198. Saiful Hadjar (Surabaya) 199. Samsuni Sarman (Banjarmasin) 200. Sayyid Fahmi Alathas (Lampung) 201. Serunie (Solo) 202. Soekoso D. M. (Purworejo) 203. Soetan Radjo Pamoentjak (Batusangkar) 204. Sri Wahyuni (Gresik) 205. Sumanang Tirtasujana (Purworejo) 206. Sunaryo Broto (Kaltim) 207. Suroto S. Toto (Purworejo) 208. Sutardji Calzoum Bahcri (Jakarta) 209. Syafrizal Sahrun (Medan) 210. Syam Chandra (Yogyakarta) 211. Syarifuddin Arifin (Padang) 212. Tajuddin Noor Ganie (Banjarmasin) 213. Tan Tjin Siong (Surabaya) 214. Tarmizi Rumahitam (Batam) 215. Tarni Kasanpawiro (Bekasi) 216. Tengsoe Tjahjono (Surabaya) 217. Titik Kartitiani (Tangerang) 218. Thomas Budi Santoso (Kudus) 219. Thomas Haryanto Soekiran (Purworejo) 220. Toto St. Radik (Serang) 221. Tri Lara Prasetya Rina (Bali) 222. Turiyo Ragilputra (Kebumen) 223. Udik Agus Dw (Jepara) 224. Udo Z. Karzi (Lampung) 225. W. Haryanto (Blitar) 226. Wahyu Prihantoro (Ngawi) 227. Wahyu Subakdiono (Bojonegoro) 228. Wardjito Soeharso (Semarang) 229. Wanto Tirta (Ajibarang) 230. Wawan Hamzah Arfan (Cirebon) 231. Wawan Kurn (Makassar) 232. Wijaya Heru Santosa (Kutoarjo) 233. Wyaz Ibn Sinentang (Ketapang) 234. Yanusa Nugroho (Tangerang) 235. Yatim Ahmad (Kinabalu) 236. Yogira Yogaswara (Bandung) 237. Yudhie Yarco (Jepara) 238. Zainul Walid (Situbondo) 239. Zubaidah Djohar (Aceh)
2014 TAHUN CACAT SASTRA INDONESIA (catatan kilas balik sastra / Indonesia 2014)
Pada 3 Januari 2014 Pusat Dokumentasi HB Jassin memngumumkan 33 tokoh sastra paling berpengaruh di Indonesia sejak tahun 1900 hingga kini. Pekerjaan menyeleksi 33 tokoh sastra tersebut dilakukan oleh Tim 8, dan hasil selengkapnya diterbitkan dalam bentuk buku oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dengan judul " 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh" yang diumumkan oleh Aryany Isna Murti , pelaksana di Pusat Dokumentasi HB Jassin. Acara ini sekaligus peluncuran buku tersebut. Sontak dalam hitungan jam buku itu mendapat protes keras dari pelbagai aktifis sastra Indonesia. Pasalnya buku yang ditulis oleh 'tim 8' itu dituduh tidaklah mencerminkan independensi penulis sastra dan tidak ilmiah. Hal demikian dikarenakan 33 tokoh sastra yang katanya paling berpengaruh itu terdapat nama yang asing bagi dunia sastra Indonesia yakni Denny JA . Pada acara peluncuran dan diskusi buku 3 Januari di Jakarta ini, para penyaji dengan bangga mengatakan bahwa buku "33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh" adalah karya paling komprehensif tentang sejarah sastra Indonesia modern yang pernah dihasilkan oleh penulis-penulis Indonesia. Sebuah pernyataan yang mengingkari sejatinya seorang sastrawan. Pernyataan ini justru membuat berbagai lapisan masyarakat sastra protes keras. Bagaimana tidak membuat kesal masyarakat sastra yang merasa dilecehkan begitu saja oleh mereka tim penulis dikarenakan permasalahan 33 tokoh sastra berpengaruh itu yang tidak bisa diterima. Buku "33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh" itu diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) yang tak lain adalah Grup Gramedia, raksasa penerbitan di Indonesia yang memiliki usaha perbukuan dari hulu ke hilir. Ini berarti jika memang benar buku ini tidak sesuai kenyataan maka telah meracuni rakyat Indonesia dalah hal pengetahuan sastra Indonesia. Sebagai seorang penyair daerah saya sendiri (penulis) merasa heran kenapa Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin pun dilibatkan. Sesuatu yang aneh apabila lembaga sastra langsung menerima dan berperan memberi kelayakan sebuah buku tanpa sebelumnya buku itu dikaji atau setidaknya dicatat dulu sebagai buku di perpustakaan lembaga itu. Dari dua hal ini saja dapat dilihat bagaimana proses buku itu dibuat. Pantas jika sampai berbulan-bulan buku ini menerima kecaman dari berbagai lapisan masyarakat sastra dan akademika. Seperti angin lalu saja, padahal seluruh media nasional memuat berbagai penolakan dari banyak kalangan terhadap buku "33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh" itu, bahkan sampai didemo, tak juga merubah wacana yang sudah terlanjur dipublikasikan. Bahkan penarikan buku dari peredaran pun tgak digubrisnya. Sepertinya ada sesuatu sikap dari berbagai tokoh untuk memberi kesempatan pada publik untuk memberikan penilaiannya tentang buku itu. Seperti diberitakan, nama Denny JA masuk sebagai salah satu dari 33 tokoh sastra Indonesia paling berpengaruh. Polemik mencuat karena latar belakang Denny yang lebih dikenal sebagai konsultan politik. Namun tentu kita berfikir sah-sah saja apa pun profesinya dapat berkarya sastra, namun justru tak dapat dipungkiri apabila terdapat 'pesan sponsor' dan ditambah-tambah peluncuran buku itu bertepatan dengan hari ulang tahun Denny JA. Penulis sendiri sebetulnya tidak sama sekali mempermasalahkan ke 33 tokoh tersebut dinobatkan apa pun namanya, namun seperti juga insan sastra Indonesia memandang ketidakadilan terdapat pada 33 nama itu manakala terdapat satu atau beberapa nama terlewatkan . sebut saja tokoh sastra Indonesia senior yang tak diragukan lagi karya-karyanya dan sangat berpengaruh baik tulisan maupun tindak-tanduknya yakni Goenawan Muhammad. Meski Goenawan Muhamad sendiri tidak keberatan tidak tercantum namanya di buku itu bahkan dalam pernyataan di media Ia merendahkan diri dengan mengatakan ia tak layak masuk 33 tokoh itu, namun masuyarakat memandang tetap terdapat ketidakpercayaan terhadap buku itu. Jamal D Rahman ketua tim 8 yang menulis buku itu mengatakan bahwa jika pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) itu terpilih sebagai 33 tokoh sastra Indonesia paling berpengaruh karena ia melahirkan genre baru dalam puisi Indonesia yang disebut 'puisi-esai'. Genre puisi esai ini memancing perdebatan luas di kalangan sastrawan Indonesia . Aneka perdebatan itu sudah pula dibukukan. Jamal pun beralasan bahwa terlepas dari pro kontra pencapaian estetik dari puisi esai, pengaruh puisi esai dan penggagasnya Denny JA dalam dinamika sastra mutakhir tak mungkin diabaikan siapapun. Sebuah pernyataan yang patut diuji dokumentasi sejarah sastra Indonesia apakah benar Denny JA adalah pelopor puisi -esai ? Salah satu penyanggah persoalan ini adalah sastrawan asal Yogyakarta, Saut Situmorang yang menjelaskan, puisi jenis ini sangat populer dalam kesusastraan Inggris abad 18, terutama seperti yang ditulis oleh sang maestro genre tersebut Alexander Pope. Antologi puisi esai ‘Atas Nama Cinta’ karya Denny JA itu katanya telah mempengaruhi sastra Indonesia. Akan tetapi ditemukan justru mereka sendiri yang kemudian membukukan perdebatan, membuat lomba, dan mensponsori penerbitan puisi-esai sehingga mendukung pengakuan terhadap Denny JA. Bahkan ada disebut Denny JA sebagai 'Bapak Puisi-Esai Indonesia.' Kini samampailah kita pada penghujung tahun 2014, polemic panjang seakan telah berakhir. Dunia sastra Indonesia mengalami perubahan seperti Indonesia yang berkembang. Kejadian ini adalah sebuah tantangan terhadap pelaku sastra di daerah. Peran kapitalis telah merambah dunia sastra dunia kebebasan itu dengan mudahnya dibelenggu. Akhirnya kita tak banyak berbuat apa , hanya kepa publiklah segala persoalan sastra Indonesia ke depan memiliki nasibnya. Bicara kebebasan tentu kita juga harus memberikan kesempatan pada siapa pun untuk bebas berkarya. Sangat salah besar apabila kita melarang kreatifitas seseorang. Seperti apa yang diungkapkan oleh Sapardi Djojo damono, “Karya seni itu biasa menimbulkan polemik, biarkan saja semua ngomong, berbeda pendapat kan boleh saja. Yang tidak boleh itu orang lain harus berpendapat sama.” Sapardi benar, karena karya seni itu akan besar jika banyak dibicarakan. Yang tidak boleh itu adalah memaksakan pada orang lain harus menerima atau menolak buku itu. Yang jelas 2014 sastra kita punya cacat yang akan menjadi kenangan sastra Indonesia.
Indramayu, 30-12-2014 Rg Bagus Warsono, penyair di sanggar sastra Meronte Jaring Indramayu
MajalahSULUH
adalah majalah sastra net bagi rakyat Indonesia yang memerlukan sastra sebagai bagian kehidupan indah di Indonesia. Untuk segala umur pecinta sastra di Tanah Air. Pendiri Agus Warsono (Rg Bagus Warsono/Masagus) didirikan 2 Januari 2011, Redaksi Alamanda Merah 6 Citra Dharma Ayu Margadadi, Redaktur sastra Agus Warsono, Koresponden Rusiano Oktoral Firmansyah (Jakarta), Abdurachman Mappuji (Yogyakarya).
SEGA LENGKO KINI TAK BERDAUN PISANG
INDRAMAYU, 21 Maret 2013 Kuliner khas Indramayu, Jawa Barat, Sega Lengko, kini tak lagi ditemukan orisinal tradisionalnya oleh perubahan perkembangan dan dinamika kehidupan. Makanan yang dulu identik dengan kuliner sarapan pagi indramayu, sega lengko telah berkembang ke arah yang tak populair.
Diawali dari menu-nya, doeloe sega lengko mengggunakan tahu kulit (tahu yang berbentuk prisma segi tiga
dan berkulit tebal) khas Indramayu. Tahu tak digoreng namun diiris tipis sebagai bumbu bersama sambel goreng dan kecap. Namun kini berkembang dengan diganti tempe maupun tahu potong putih/kuning yang digoreng lebih dulu.
Sega lengko yang dibeli dari pedagang nasi sarapan di kampung-kampung di Indramayu bukan main nikmatnya sampai-sampai sanak keluarga yang datang ke Indramayu, nasi lengkolah yang menjadi permintaan utama mereka untuk sarapan pagi. Namun bukan main kagetnya kini sega lengko banyak berubah tak seperti dulu. Dari mulai bumbu lengko, sampai pembungkusnya beda. Nasi lengko kini sudah pakai tahu putih yang digoreng, ada mie-gorengnya/bihun atau suatu tempat dijumpai sega lengko dijumpai pakai tempe dan telor pendang, di sutu tempat lagi sega lengko pakai tempe goreng yang dipotong kecil-kecil. Bumbu yang dicampur dengan tauge dan ketimun yang diiris tipis memang masih melekat, namun kecapnya kini sembarang yakni buatan pabrik modern. Makan nasi lengko tentu sangat beda aroma jika sega lengko itu dibungkus daun pisang, ada kesan tradisional dan selera makan, kini sega lengko dibungkus pakai kertas-minyak dan kunci pembungkusnya dengan hacter kawat. Jika makan di warung segalengko, maka akan dilayani langsung dipiring tanpa dialasi daun pisang. Menurut hj Umamah (80th), veteran perang kemerdekaan pensiunan legiun veteran Indramayu yang dulu sebagai penjual nasi lengko ternama di Sindang Indramayu, nasi lengko sulit untuk dijaga keasliannya, diikarenakan bahan baku, dan juga keinginan penjual dan pembeli yang serba ingin praktis. Ketiadaan daun pisang (daun pisang klutuk pisang biji) adalah kegagalan pemerintah dalam membangun perekonomian keluarga. Dulu setiap pekarangan rumah hampir dijumpai tanaman pisang, namun kini masyarakat enggan menaman pisang di pekarangan rumah. Apalagi semua desa dipinggiran kota kini berkembang menjadi kota menjadi semakin sempit pekarangan rumah. Hj Umamah dulu membeli daun pisang dari tetangga yang memiliki tanaman pisang untuk pembungkus segalengko. Nasi lengko khas Indramayu yang dulu dijumpai di pasar Mambo diwaktu sore menjelang malam kini tak kelihatan lagi. Yang tubuh berkembang adalah warung sega jamblang yang merupakan kuliner khas Cirebon. Akankah sega lengko tetap lestari atau berkembang tergantung dari kemauan warga penerus warisan pendahulu itu. Sega lengko kini saja tetap disebut sega lengko walau tak berdaun pisang. (agus Warsono/masagus)
Seniman bukan sastrawan
Sastra juga seni, dan seni 'bukan' sastra. Sastrawan adalah seniman, dan seniman 'bukan. sastrawan. Kata 'bukan' merupakan sebuah penegasan. Kita tidak menggunakan pengganti kata 'bukan' dengan 'belum tentu' atau 'tidak berarti' atau 'tidak selalu'. Kata 'bukan' itu saya maksudkan karena sastrawan merupakan profesi tersendiri. Walaupun banyak orang memiliki profesi ganda, menjadi pelukis juga sastrawan, guru juga sastrawan, atau ilmuwan juga sastrawan, dramawan juga sastrawan, atau penyanyi juga sastrawan. Hal mengenai profesi ganda bukan barang baru di Indonesia. Di Amerika misalnya, seorang berprofesi tukang kayu juga adalah berprofesi sebagai wasit tinju. Kenapa banyak orang Indonesia berprofesi ganda, sebagai dosen misalnya juga sebagai sastrawan. Jawabannya karena produk sastrawan di Indonesia belum sampai untuk dapat mencukupi sembako "empat sehat lima sempura", "sembilan bahan pokok", atau kebutuhan primer dan sekunder orang Indonesia. Namun tidak sedikit sastrawan yang berhasil dan sukses karena ketekunannya. Belum lagi jika produknya dicetak, sastrawan berikut buah karyanya dikontrak penerbit, royaltinya berlaku sampai ahli waris. Sastrawan Indonesia Makmur. (20-08-13)
Daftar Batu Akik Mahal Tanpa Melihat Jenis Batu Berasal Oleh Rg Bagus Warsono
1. Batu Akik dengan gambar unik disebut 'Unik' 2. Batu Akik dengan motif bukan batu tetapi memang batu seperti kayu disebut 'Kayu' 3. Batu Akik dengan dgambar bermakna disebut 'Khasiat' 4. Batu Akik berlubang tengahnya tanpa disengaja disebut 'combong' 5. Batu Akik dari Fosil Hewan purba disebut 'fosil' 6. Batu Akik memancarkan cahaya disebut 'ster' 7. Batu Akik warna merah memancarkan cahaya dari batu itu bukan memantukan cahaya lain disebut
'merah delima'
8. Batu Akik memiliki magnet disebut "magnet' 9. Batu Akik seperti besi disebut 'badarbesi' 10. Batu Akik berwarna lebih dari lima warna disebut 'pancawarna' 11. Batu Akik bukan asahan disebut 'jimat' 12. Batu Akik mirip biji buah-buahan disebut 'wijil' 13. Batu Akik memiliki inti cahaya (bercahaya) lebih dari satu disebut 'ster tiga' 14. Batu Akik bercak emas atau perak disebut 'pirus' 15. Batu Akik berwarna air bening disebut 'embun' 16. Batu Akik seperti lumut hijau disebut 'lumut' 17. Batu Akik seperti ganggeng disebut 'ganggeng' 18. Batu Akik seperti anggur ungu disebut 'kecubung' / 'lavender' 19. Batu akik bisa memutar sendiri disebut 'giling' 20. Batu akik berlubang pinggir disebut 'anting' Rg. Bagus warsono ahli batu kejawen tinggal di Indramayu. kontak person 085311088734 email gus.warsono@gmail.com
Antologi puisi
Rg Bagus Warsono
Judul : Jakarta Tak Mau Pindah
Penyair : Rg. Bagus Warsono
Penerbit : Indie Publising
Cetakan : Pertama
Isi : 56 halaman
Tahun terbit : 2014
Desain sapul : Indie Publising
Hak cipta dilindungi undang-undang
(all right reserved)
Pengantar Antologi
Jakarta dengan keadaannya seperti sekarang adalah sebuah khas tersendiri yang dimiliki Jakarta.
Bukan Jakarta kalau tidak demikian. Sehingga menjadi budaya Jakarta yang terkadang unik dan menarik. Jika ada wacana pindah Ibukota Negara, boleh-boleh saja. Tetapi Jakarta tidak. Tidak untuk selamanya.
Antologi ini mengetengahkan syair untuk pembaca memahami Jakarta dalam kacamata penyair. Sebuah pesan untuk diapresiasi kita semua. Bagaimana syair dan Jakarta sesungguhnya, tergantung dari apresiasi pembaca semua. Harapan penulis semoga pembaca senang membaca dan terhibur hatinya. Hormat saya, Penulis,
Daftar Isi :
1.Dan Dibalik Rumah-rumah Kardus 2.Jakarta Kawah Candradimuka 3.Siang di KRL 4.Jakarta dan Banjir 5. Jakarta dan Macet 6. Jakarta dan Pengemis 7.Jakarta dan Pedagang Kaki Lima 8.Siapa Suruh Datang Jakarta 9. Sampah Jakarta 10.Jakarta 2014 11. Bibawah Jembatan Layang 12. Menanti di Halte Busway 13.Parkir Kawasan 14.Kilometer Taxi 15. Antarkan Aku Ojeg 16. Antrian Bemo di Stasiun Besar 17. Ada Warteg di Tengah Kota 18.Bebek Goreng di Pinggir Jalan 19.Jamu Gendong Pamitan 20.Aku Kuli Bangunan 21. Sakit di Jakarta 22.Mati di Jakarta 23.Ada petani di Jakarta 24.Nelayan Jakarta 25.Kisah Penduduk Asli Jakarta 26.Tangerang apa Bekasi 27.Lampak Pasar Baru 28.Biarkan Semrawut 29.Jalan Tol 30.Kisah pedagang besi tua 31. Anak-anak Pemulung 32.Harga Satu Pohon 32.Sarung Betawi 33.Kopyah di Kepala Koruptor 34.Sertifikat 20 m 35.Penjual Serabi 36.Penjual Bandrek 37.Asongan Kopi saset 38.Isi penuh tangki mobil pemadam kebakaran 39. Semalam di Jakarta 40.Hujani Saja Dua Jam Jakarta 41.Puntung Rokok di Asbak Pintu Kantor 42.Jakarta Tak Tenggelam 43.Dolar Sopir Taxi 44.Peta Jakarta 45.Mengurug Tanah Jakarta 46.Raja Kos-kosan 47.Mati Lampu di Jakarta 48.Artis Ibukota 49.Seniman Ibukota 50.Mahasiswa Jakarta 51.Mendemo Pengamen 52.Mencari Orang Hilang di Jakarta 53.Ayam Goreng 54. Kerak Telor 55.Berita Pagi , Sore Ada Lagi.
1.Dan Dibalik Rumah-rumah Kardus
Menempel di tembok belakang mall
asap plastik dibakar
Serta air mendidih dan kopi sasetan digelas bekas minuman menghitung berat kertas Serta plastik tadi siang Dan besi bekas beton reruntuhan Menumpuk di rumah-rumah kardus tepian jalan kereta. Bau sampah menyengat, namun simiskin tidur nyenyak Dibalik kardus bekas Di sekitar anak-anak telanjang dada bermain tutup botol
nenek tua menjemur nasi bekas
Dan dibalik rumah-rumah kardus menyusup pendatang mencari pekerjaan Yang datang kemarin malam Saat bus malam tiba di Pulogadung Mencoba peruntungan Jakarta yang penuh ujian.
Rg Bagus Warsono 2014
2.Jakarta Kawah Candradimuka
Tiba di Stasiun Gambir Panas Jakarta terasa Debu ribuan kendaraan Bau ketiak penumpang Pengemis jalanan Bocah-bocah Pengamen Uku lele Berseliweran Jambret dan Copet Kebakaran pemukiman Kebanjiran musim tahunan Sampah menggunung Tetap ke Jakarta Candradimuka kehidupan Walau berteduh di bawah jembatan layang.
Rg Bagus Warsono 2014
3.Siang di KRL
Siang di KRL Bersama tas bahu Yang ditegur karena sesak Dan pintu KRL menjepit tangan-tangan tak sabar Bergelatung badan kecapaian Menanti stasiun kedua Kereta jalan AC bercampur bau badan Menusuk telinga Hingga ibu tua jatuh pingsan Tangan-tangan sosial membantu sebatas mampu Kawan yang duduk malah memalingkan muka Tiba di stasiun kedua Dari luar masuk seketika Penumpang berdesak Ibu tua nafas sesak Kawan yang duduk malah tambah berdesak Stasiun terakhir Penumpang turun Dan Ibu tua tergeletak Kini AC bercampur bau mayat.
Rg Bagus Warsono 11-11-2013
4.Jakarta dan Banjir
Cerita klasik sejak tahun 70-an Budaya yang menempel rutin di koran Serta acara repot tahunan Bagi gubernur yang rumahnya kebanjiran Tak diingat sebagai cerita kelahiran seseorang Karena Jakarta dan banjir Teman sepermainan.
Rg Bagus Warsono 2014
5. Jakarta dan Macet
Untuk sopir-sopir handal Dengan sim profesional Putari Jakarta Selagi tengah malam Yang tak beda situasi siang
Akupun sulit menyebrang Dan polisi kejepit badan mobil Kaca spion berbenturan seperti berjabat tangan Yang dibuat dengan plastik pegas Lecet mobil baru beli kemarin Mobil derek siaga dijalan Siapa mogok sebagai santapan Dibuang di bengkel bengkel nakal Sekaligus dibesituakan Derek saja yang macet.
Rg Bagus Warsono 2014
6. Jakarta dan Pengemis
Adalah surga pengemis Karena receh tak berguna Dimasa negara kehilangan rupiah Pengemis menjadi pahlawan Yang mampu mengurangi pengangguran.
Rg Bagus Warsono 2014
7.Jakarta dan Pedagang Kaki Lima
Menutupi toko madya Dan kios obat Dengan tenda darurat Yang siap kabur jika didamprat peluit panjang kode penyelamatan kode khusus kaki lima Lampak sembarang Dlebug pakaian atau barang dagangan Siap angkut atau gulung tikar.
Rg Bagus Warsono 2014
8.Siapa Suruh Datang Jakarta
Jika tak dapat berlaga Kembalilah pulang dengan tantangan sebaya Biarkan Jakarta sendiri Agar kau bisa nyenyak
Jika tak dapat makan Segera berkemas benahi diri Kampung halaman Yang makmur beras palawija Kenapa ditinggalkan
Jika tak dapat tempat Jangan paksakan badan mengecil Tidur di kolong jebatan layang Atau panggung bambu tepi sungai Kembalilah pulang.
Rg Bagus Warsono 2014
9. Sampah Jakarta
Sampah Jakarta Bukan gelas plastik air mineral Tapi bayi merah tadi malam Sampah Jakarta Bukan kertas pembungkus nasi Tapi potongan orgam muntilasi Sampah Jakarta Pagi ini Bendera partai dan plastik spanduk yang tak laku dijual Sampah Jakarta sore ini Kamera pecah dan sepatu sebuah Yang terpisah dari pasangannya Sampah Jakarta bukan sampah dapur ibu memasak.
Rg Bagus Warsono 2014
10.Jakarta 2014
Gelanggang perang Digelar Dengan genderang kemenangan Dan sorak mengelukan petarung pujaan Serta umbul-umbul Ronce Dan panji kebesaran Mengibarkan kesatuan mereka Perang tlah dimulai Dengan senjata yang lebih dasyat Dari bom nuklir Dan ibu-ibu membunyikan alat dapur Yang biasa merajang bumbu dapur Irus dan panci untuk menanak sayur Ikut juga berperang Entah apa diidamkan Dari perang yang tak berkesudahan Hanya panggung Sandiwara lenong Betawi Dan bubar di tengah malam.
Rg Bagus Warsono 2014
11. Bibawah Jembatan Layang
Di bawah jembatan layang berteduh Orang-orang urban pencari rizki ibukota Pengemis, pengamen, pedagang asongan, dan gerobak dorong Sekadar mengusap keringat Dengan oblong yang dipakainya Tampak nenek tua menghitung uang receh Pengamen kecil menghisap rokok Pedagang asongan tidur mendekap dagangan Botol minuman isi ulang Dan pedagang gorengan melayani pembeli teman sendiri Di bawah Jembatan Layang Dibawah hingar kendaraan Jakarta nan malang Dipenuhi orang-orang urban Mencari rezeki untuk hidup mereka
Rg Bagus Warsono 2014
12. Menanti di Halte Busway
Seakan diburu waktu Teman sekantor di busway tadi Meninggalkan aku yang kalah berdesak Jam tangan malah membingungkan Busway didepan padat orang Busway hanya mampir sebentar menurunkan seorang Teman memberikan peluang Ibu tua yang kecapaian Busway perlahan berjalan meninggalkan Tatapan kosong penumpang sial
Rg Bagus Warsono 2014
13.Parkir Kawasan
Di parkir kawasan mobil berjajar Menghabiskan rupiah berjam-jam Hanya untuk menunggu majikan Diparkir kawasan ada ruang Mobil untuk istirahat Yang capai menanti kesempatan jalan Meski perlahan jalan Macet keterlaluan Masuk parkir kawasan Istirahat mobil si kaya Nyaris cacat karena macet Parkir kawasan Rizki kemacetan.
Rg Bagus Warsono 2014
14.Kilometer Taxi
Taxi Antarkan aku dalam kilometermu naikan argonya perkilometer Agar aku tak diputar-putar jalan Sementara argomu berjalan meski mobil tak bergerak Macet di setiap stopan Taxi Bukan bus pantura mengukur jarak Tapi mengukur kantong-kantong kesasar Jalanan macet di setiap penyebrangan Di taxi sopir diam Dan argometer berkata Jangan marah bila di Jakarta Sebab di sini duit berbicara.
Rg Bagus Warsono 2014
15. Antarkan Aku Ojeg
Senyum tukang ojeg menghina Jakarta Katanya kamu sok metropolitan Yang penuh slogan Jakarta Huh ! Hanya kuli panggul Yng keberatan dengan beton jembatan layang,
Dia ngacir dengan seorang penupang Melewati celah-celah keberuntungan Dengan gagahnya melewati kemacetan Mata was-was salah jalan Hampir telat di kantor kementrian.
Rg Bagus Warsono 2014
16. Antrian Bemo di Stasiun Besar
Antrian bemo di Stasiun Besar Menunggu tamu Jakarta turun kereta Satu-satu bemo menjemput tuan hendak bertarung nasib Seperti deru bemo
khas di tengah bising
Suara nyaring di memasuki lorong kecil Bukan mesin tua Pengganti kuda Sudah dua kereta jawa tiba Hanya dua yang duduk di belakang roda tiga Karena ingin mengenal Jakarta Bemo kedua tiba menjemput tuan hanya tersenyum melihat bemper ala vespa handuk kecil semakin hitam oleh keringat dan asap teman Kereta jawa masih jauhkah.
Rg Bagus Warsono 2014
17. Ada Warteg di Tengah Kota
Sarapan pagi sisi gedung sudut jalan bukan tanah pribadi separuh diatas irigasi atap seng dengan jelaga tebal menanak nasi untuk siapa saja di tengah kota mengganjal perut untuk sehari oreg, tempe , tahu sayur lodeh ala Tegal mengiringi cerita warga jakarta
Rg Bagus Warsono 2014
18.Bebek Goreng di Pinggir Jalan
Muncul di sore hari Dengan tenda kumal Pancaran neon menerangi sambal Untuk bebek goreng di pinggir jalan Dua tiga jam Hanya tinggal dua potong sayap dan kepala Dadamentok dan paha ampela dipesan sebelum tenda dibuka tak apa asal ada lalap daun kemangi muda Bebek goreng di pinggir jalan Resto warga Jakarta
Rg Bagus Warsono 2014
19.Jamu Gendong Pamitan
Langkah gontai menggendong bakul Sebilan botol aneka jamu Temu lawak temu ireng Sari awan sari rapet Asem kawak daun asem Dari kencur hingga sereh Jeruk mipis kunir jahe Botol kosong laris manis Mengobati punggung pekerja Terkena rematik tulang Pegal linu sakit pinggang Di penghujung Ramadhan Berkah puasa kehidupan Menabung setahun untuk sebulan hanya Ratusan ribu dalam stagen Untuk pulangh ke Jawa ramai-ramai.
Rg Bagus Warsono 2014
20.Aku Kuli Bangunan
Datang dari Indramayu mendukung Jakarta Yang tak henti pembangunan Masih membangun jembatan layang Sejak tahun tujuhpuluhan Masih membangun gedung bertingkat Sejak Ali Sadikin Masih membuat jalan Sejak bernama Batavia Jakarta tak henti pembangunan Meberi rizki kuli bangunan. Rg Bagus Warsono 2014
21. Sakit di Jakarta
Katakan kepada urban Jangan sakit di Jakarta Karena disini tak menerima pasien melarat Dan klinik bukan plastik dapur yang bisa ditawar Tak ada dokter desa Walau praktek di puskesmas Tak ada rumah sakit rakyat Walau disebut rumah sakit umum Tak ada sopir ambulan Yang menjual bensin mobil kantor seperti di desa Karena ambulan travel khusus anti macet. Kami butuh orang kuat Dan berduit banyak Bukan kartu yang sehat. Rg Bagus Warsono 2014
22.Mati di Jakarta
Mati di Jakarta dengan lebai profesional mau yang mahal atau yang vip yang murah dibuang dilautan bayar setengah tak dimandikan hanya kafan penutuip ayat dikuburkan dalam lubang darurat.
Rg Bagus Warsono 2014
23.Ada petani Jakarta
Ada petani Jakarta Menanam kemangi dan bayam cabut Serta dan kangkung jebrol Tanaman subur Diatas tanah gembur Sepetak luas pondasi gedung Lalu pindah tempat Tanah urug yang ditinggalkan Karna sengketa tak berkesudahan Milik petani Jakarta Empat puluh hari kerja Panen daun bawang muda.
Rg Bagus Warsono 2014
24.Nelayan Jakarta
Orang-orang pinggiran Tinggal di Muara Gembong Nelayan Jakarta Yang mengalah demi Ibukota Tak menuntut pantai tak menuntut pasar Orang orang berjiwa besar Semakin jauh di pantai Karawang Dengan bahasa betawi Engkong, dan Nyak Yang membuat gesek ikan Memberi makan tanah leluhurnya.
Rg Bagus Warsono 2014
25.Kisah Penduduk Asli Jakarta
Yang bertahan dengan gaya betawi lama Rumah prisma dengan ruang tamu separuh bangunan Maklumlah keluarga besar Dan kursi lenong dua pasang Agar semua duduk memandang keluar Sambil ngeteh manis Di muk besar Engkong ,dan enyak menunggu waktu Digusur hingga perbatasan Kini sudah di Karawan tak capai memindah meja bundar hanya bale besar sebagai kursi tamu dan tempat tidur.
Rg Bagus Warsono 2014
26.Tangerang apa Bekasi
Untuk ekspansi Tangerang apa Bekasi Jangan menolak Karena Jakarta membagi rezeki Mall dan took swalayan Kantor dan pabrik Agar tak jauh ibukota Sebagai rezeki untuk tetangga Jakarta.
Rg Bagus Warsono 2014
27.Lampak Pasar Baru
Lampak di pasar baru Yang dibeli dari seorang preman Pemilik kekuasaan Kaki lima dan sepanjang trotoar Dua meter ukuran Dan bias menambah empat meter kedepan Hingga menutup jalan. Rg Bagus Warsono 2014
28.Biarkan Semrawut
Biarkan semrawut Untuk menandai jakarta Untuk modal cerita Biarkan semrawut Untuk bahan diskusi Dan anggaran tahun depan Sebagai pekerjaan penelitian Biarkan semrawut Lambang ibukota sibuk Tak mengenal siang dan malam Biarkan semrawut Agar tetap tidak tidur. Rg Bagus Warsono 2014
29.Jalan Tol
Kenapa menyediakan jalan untuk si kaya Sedang jalanku tertutup rintang duri Serta pentungan karet menakutkan Karna tak berpakaian wajar Serta bau badan Memanjakan sikaya dengan semilyar untuk satu penyangga jalan layang Beton bertulang Sedang jalanku kecil seukuran badan Gang sempit yang terjepit gedung tuan Menancap tiang beton Menahan beban jalan layang Untuk memberi kesan Jakarta yang metroipolitan
Rg Bagus Warsono 2014
30.Kisah pedagang besi tua
Dengan tibangan ditera bulan kemarin Karena tak mau spekulasi Biar lama asal pasti Bangkai mobil atau sepeda motor Rongsokan pagar kantor dibongkar Atau besi beton reruntuhan Semua dipilah menjadi bagian Mahal dan murah Bagi bandar pemulung besar Yang menanti pemulung Siap dengan uang.
Rg Bagus Warsono 2014
31. Anak-anak Pemulung
Anak-anak pemulung Umur belasan Dengan karung dibahu Dan rongsokan plastik pilihan Menelusuri kantor perumahan Pasar dan terminal Dengan besi caduk khas pemulung Menelusuri Jakarta Mengisi Jakarta Membersihkan Jakarta Sampah pilihan
Rg Bagus Warsono 2014
32.Harga Satu Pohon
Harga satu pohon mahoni di Jakarta Ongkos tanam dan ongkos tebang Dan daun-daun berantakan Mengotori jalan dan pekarangan tetangga Lalu menyuruh tukang sapu Dan mobil pengangkut sampah Masih ada akar yang belum terbuang Ini bagian tukang gali lubang Pohon kemudian ditanam Dipelihara dan disiram Pagi sore Semakin besar Membuat asri angkuhnya bangunan Lalu ditebang. Rg Bagus Warsono 2014
33.Kopyah di Kepala Koruptor
Menutup rambut uban Dan ketombe debu jalan Atau botak karena tak terkena sinar matahari Ada disebunyikan rupiah dilempitan Kopyah tuan.
Rg Bagus Warsono 2014
34.Sertifikat 20 m
Brosur indah tawarkan rumah-rumah murah Dengan tipe kecil Untuk orang kecil Kecil-kecil Hanya ada kamar kecil Dan kamar serbaguna Dapur, tidur, dan tamu Dengan sertifikat kecil Yang nyangkol di bank-bank kecil.
Rg Bagus Warsono 2014
35.Penjual Serabi
Bi Sarjem asal Indramayu Penjual serabi di Pasar Minggu Buka fajar dini Hangat oleh api pawon Sehangat mandi di hotel Indonesia Menyediakan sarapan pagi dengan cetakan teratur se-irus adonan beras kelapa dengan tembikar tujuh satu angkatan serabi pertama untuk tuan pelindung Bi Sarjem sebagai pajak lampak Setiap hari satu angkatan serabi Sebagai sarapan pagi Dengan suka hati Asalkan dagang jangan berhenti Serabi berhenti di jam sembilan pagi Adonan habis serabi laris Bi Sarjem penjual serabi Sahabat Jakarta Dikenal siapa saja Mulai kuli panggul sampai mahasiswa Khas tradisional di kota modern Tanpa pengawet Serabi untuk sarapan pagi ibukota.
Rg Bagus Warsono 2014
36.Penjual Bandrek
Malam dingin gerimis di rumah susun Sepi disinari lampu jalan Mendekat gerobak dorong pulang Penjual bandrek keliling Dengan api masih membara Dari pawon arang panci pemanas air Sementara mangkal di bawah tiang lampu jalan Memejamkan mata sesaat Beberapa orang kedinginan mendekat Bandrek dituang uap melayang Memberi tenaga teman yang bertarung Peruntungan di Jakarta Rezki tak mengenal waktu tengah malam buta.
Rg Bagus Warsono 2014
37.Asongan Kopi saset
Menelusuri jalan Sepanjang gedung Sekuat kaki Dengan sepeda dan empat termos air Menanti pembeli Yang ingin hemat di Jakarta Susu, kopi, the tubruk Dalam saset bermerk warna-warni Tuan minum apa? Semua slalu ada Rg Bagus Warsono 2014
38. Isi penuh tangki mobil pemadam kebakaran
Aku perintahkan isi slalu tangki pemadam kebakaran Dengan air comberan Agar api cepat padam Dimana kebakaran Dan parit menjadi lancar Lalu semprotkan pada rumah yang belum terbakar Dan api takut bau comberan Sebab api berpindah tempat setiap waktu Jika bara tak dipadamkan Api melompat tanpa sebab Karena angin panas merasa sesak Sampai gedung dewan terhormat Yang menginginkan sejuk rimbun dan lebat Dari abu rumah kebakaran Sepanjang bantaran sungai. Isi penuh tangki pemadam kebakaran Dengan sirine panjang Menuju rumah-rumah tanpa majikan
terbakar dulu lalu pengakuan
rumah atau gudang Aku belum terkena comberan Mobil pemadam tadi siang Yang membunuh api di perempatan, Isi penuh lagi tangki pemadam Dengan air comberan.
Rg Bagus Warsono 2014
39.Semalam di Jakarta
Hati bangga akan ibukota Yang sibuk sepanjang waktu Hingga jam rusak karena batu baterai melembung Dan sorot jutaan lampu mobil di jalan Serta bising mesin tua Menambah cerita semalam Jakarta Menjadi novel tak berkesudahan Tamat cerita sesudah mandi pagi.
Rg Bagus Warsono 2014
40.Hujani Saja Dua Jam Jakarta
Terik membuat debu bertebaran bercampur Asap rokok yang mengepul dari sopir yang tiada henti . Dan puntung-puntung rokok menyumpal lubang air menuju selokan. Dan tangan-tangan yang mencintai kebersihan sembunyi-sembunyi membuang sapah di saluran pembuangan sambil mata kesana-kemari Karena takut ditegur malu. Kemudian ibu-ibu membuang sampah di sungai malam hari agar tak merepotkan petugas kebersihan. Pemulung pun mengobrak-abrik bak sampah mencari sesuatu. Hingga sampah berterbangan sampai taman-taman. Dan Petugas kebersihan merasa capai, daun kering hanya dikumpulkan di sudut jalan yang tak kelihatan. Karena upah tak seimbang memikul beban berat dan bau sampah. Lalu truk angkutan sampah telat datang dan hanya lewat di bak sampah besar. Katanya, baru saja pagi diambil. Hujani saja dua jam Jakarta Air menggenang jalanan menjadi sungai.
Rg Bagus Warsono 2014
41.Puntung Rokok di Asbak Pintu Kantor
Puntung Rokok di Asbak Pintu Kantor lebih separuh batang karna tak boleh santai sejenak mengeluarkan asap membunuh bara dengan kasar meotong batang panjang rokok kretek bapak dan filter nyonya-nyonya.
Rg Bagus Warsono 2014
42.Jakarta Tak Tenggelam
Tenggelamkan Jakarta dengan air laut Jawa Perahu nelayan berlabuh Dan kapal muat bersandar di dermaga Keseberang pulau Jika Jakarta lautan Tak ada yang bilang Jakarta kebanjiran.
Rg Bagus Warsono 2014
43.Dolar Sopir Taxi
Ada dolar di sopir taxi Dari pribumi bukan turis tempo hari Yang turun dari bandara Lupa membawa rupiah Argo melayang menghitung jalan Dengan rupiah dolanan Dolar diterima sopir taxi tertawa Mau duit macam mana Tak ada meteran argo bohong Karena mesin cermat Seperti sopir taxi kita Mereka, Mengira Indonesia cerdas.
Rg Bagus Warsono 2014
44.Peta Jakarta
Peta Jakarta dibuat setiap tahun Skala kecil di atas meja Lalu diberi tanda Agar peta berganti nama Peta Jakarta dipajang di dinding Kelurahan Lalu diberi lingkaran telah berganti nama Peta Jakarta dicetak ulang Sampai ke sekolah dasar Anak-anak menunjuk tempat rumah mereka Dalam peta Sudah tak ada . Rg Bagus Warsono 2014
45.Mengurug Tanah Jakarta
Dengan pasir kali dantruk yang konvoy malam hari Agar tanah menjadi tinggi Atau lantai gedung terisi Mengurug tanah Jakarta setinggi bukit gunung Sepanjang tahun Sehingga pemukiman, gedung, kantor bersaing Meninggikan lantai Jakarta.
Rg Bagus Warsono 2014
46.Raja Kos-kosan
Bang Jali juragan kos-kosan Katanya memberi tumpangan para urban Dengan biaya standar Kamarnya semakin banyak Bukan karena membangun lahan Hanya menyekat ruang Menjadi dua kamar Raja Kos kosan Tersenyum di akhir bulan Yang tak bayar silahkan pulang Karena diganti orang yang tiba tadi malam Raja kos-kosan Membuat kamar ditingkat Agar duit berlipat.
Rg Bagus Warsono 2014
47. Mati Lampu di Jakarta
Gelap Dari di rumah-rumah keluarga miskin dengan pulsa sisa dan penerangan jalan umum hanya hiasan taman semata serta lampu-lampu pedagang tenda bebek goreng menunggu terang tiba warung segan mebuka pintu yang ada hanya terang korek api dan asap rokok memutih di kegelapan Ketika berteriak mati lampu Jakarta tersenyum katanya Siapa bisa matikan lampu Jakarta Karena mall dan kantor tetap nyala Listrik cadangan mengalir seketika Untuk jakarta Ketika berteriak mati lampu Rumah orang-orang hina
Rg Bagus Warsono 2014
48.Artis Ibukota
Palingkan muka untuk Jakarta Untuk apa Percuma Namun mata tetap melirik Karena ada yang menarik Hati , cita, dan cinta Akan sejarah bangsa Bila kalian di Jakarta dikenang di hati pemirsa sepanjang masa. Rg Bagus Warsono 2014
49.Seniman Ibukota
Yang mangkal di jalan-jalan Belum ada nasi hari ini Dan heh manis sarapan pagi Sehingga pagi sampai matahari berdiri Kawan datang mebawa nasi bungkus Karena tak tega makan sendiri Bangun tapi lupa mandi Sore hari tak ada pembeli Atau tamu mampir di kios Sekadar membagi rejeki Karena sebetulnya tak suka seni Hanya iba kepada insan seni Rg Bagus Warsono 2014
50.Mahasiswa Jakarta
Mahasiswa Jakarta hanya di latar-latar Gedung pemerintah Dengan jaket almamater murah Sebagai kapus ilmiah Jas sobek, baju rowak-rawek Oleh tangan-tangan mengejar Sepatu jebol dan topi kotor Terinjak derap satpam Menjadi pengalaman ilmiah Dengan nilai A Dan mereka membuat angkatan Sebagai kebanggaan dan modal Untuk berlaga kemudian
Rg Bagus Warsono 2014
51.Mendemo Pengamen
Agar menyanyikan lagu nasional Yang jarang dinyanyikan di sekolah negeri Karena bu guru dan pak guru lupa Notasi angka Pengamen lebih mengena Mengisi suara dimana-mana Celah waktu stopan Antara halte bus kota Peron kereta listrik Makan di kaki lima Sepanjang jalan macet Yuk mendemo pengamen Agar menyanyikan lagu jiwa Karakter bangsa kita
Rg Bagus Warsono 2014
52.Mencari Orang Hilang di Jakarta
Mencari orang di lapangan rumput Dengan batret berbatu enam Kecoa, jangkrik , cacing dan kelabang Sampai ular besar Orang dicari tak ditemukan Lalu kita bertanya pada lalu lalang Hanya mengangguk Dan menghilang Lalu melapor pada aparat Katanya, Nah ini orang hilangnya ketemu. Dimana? Kamu?
Rg Bagus Warsono 2014
53.Ayam Goreng
Dari peternak yang mana Ayam goreng hari ini Dan bumbu Jakarta ala Lamongan Yang diramu orang Tegal Ayam goreng Jakarta Lalap kemangi daun muda Kebun petani Losari Di tanah kebun yang baru dipondasi Ayam goreng hari ini Dan kulit jeruk sambal di mangkuk cuci tangan Dari pasar swalayan Untuk ayam goreng Jakarta hari ini Bau bahan pengawet Karena dikirim dari luar negeri Ayam goreng hari ini Dibilang ayam kampung negeri.
Rg Bagus Warsono 2014
54. Kerak Telor
Jakarta dan Kerak telor Seperti makanan anak kecil Menjadi budaya Jakarta Menunggu kapan Menunggu kerak telor Diangkat dari penggorengan Lalu ditelan Tanpa sisa Dan Kembali adonan kerak telor Menunggu gosong sesisi Lalu diibalik sisi lain dan menjadi budaya kerak telor. Rg Bagus Warsono 2014
55.Berita Pagi , Sore Ada Lagi
Canda pagi ibu-ibu Di gerobak sayur Tragedi malam di berita pagi Aneka raut mendengar sajian actual Mulut belum mandi Hanya ekspresi sementara Sampai masak selesai Sore terdengar berita Tragedy gerobak sayur Lalu ibu tersenyum Agar malam bisa tidur Dan berita pagi seperti Sarapan setiap hari. Rg Bagus Warsono 2014
56.Sarung Betawi
Untuk apa sarung betawi Menghias celana panjang Hanya menandakan Separuh tradisional Yang tak mau tinggalkan Budaya luhur si Jampang Sarung betawi sebagai hiasan Lambang priyayi berpendidikan Sehingga dilicin rapih Dengan lempitan menawan Dijepit sabuk jawara Sebagai Sarung betawi.
Rg Bagus Warsono 2014
BIODATA PENULIS
Rg. Bagus Warsono (Agus Warsono) Lahir dengan nama Rg.(Ronggo) Bagus Warsono lebih dikenal dengan Agus Warsono, SPd.MSi,dikenal sebagai sastrawan dan pelukis Indonesia. Lahir Tegal 29 Agustus 1965. Ayahnya seorang guru yang bernama Rg. Yoesoef Soegiono, (trah Ronggo Kastuba). Sejak kecil sudah senang membaca. Usia 10 tahun sudah menamatkan Api Dibukit Menoreh karya SH Mintardja. Kegemaran membaca ini sampai mendirikan Himpunan Masyarakat Gemar Membaca (1999). Mulai masuk Sekolah tinggal di Indramayu.Mengunjungi SDN Sindang II, SMP III Indramayu, SPGN Indramayu, (S1) STIA Jakarta , (S2) STIA Jakata. Tulisannya tersebar di berbagai media regional dan nasional. Redaktur Ayokesekolah.com.Pengalaman penulisan pernah menjadi wartawan Mingguan Pelajar, Gentra Pramuka, Rakyat Post, dan koresponden di beberapa media pendidikan nasional. Anggota PWI Cabang Jawa barat. Karya antara lain: 1. Rumahku di Tepi Rel Kereta Api (Kumpulan cerpen anak 1992), 2. Menanti hari Esok (antologi puisi), 3. Mata Air (antologi puisi), 4. Bunyikan Aksara Hatimu (BAH) (antologi puisi), 5. Si Bung (Bung Karn0) (antologi puisi) Antologi bersama : 1. Puisi Menolak Korupsi (PMK II), 2. Tifa Nusantara 2013 Cergam antara lain : 1. Si Kacung Ikut Gerilya, 2. Kopral dali, 3. Pertempuran Heroik Di Ciwatu, 4. Pertempuran Selawe, 5. Si Jagur 6. Panglima Indrajaya, 7. Endang Dharma, 8. Laskar Wiradesa Buku-buku Pendidikan: 1.Bahasa Indramayu untuk SD/MI, 2.Belajar membaca Kelas Rendah SD, 3.Mengenal Anyaman Penghargaan : Penghargaan Karya Tulis Terbaik (PGRI Jabar 1996) Penghargaan Cerita Anak Depdiknas 2004
DAFTAR SASTRAWAN INDONESIA
1.A.A. Navis 2.A.A. Pandji Tisna 3.A.D. Donggo 4.A.Mustofa Bisri 5.A.S. Dharta 6.A.S. Laksana 7.Aam Amilia 8.Abas Sutan Pamuntjak Nan Sati 9.Abdul Hadi WM 10.Abdul Muis 11.Abdul Wahid Situmeang 12.Abdullah Mubaqi 14Achdiat K. Mihardja 15Achmad Munif 13.Abidah el Khalieqy 16Acep Syahril 17Acep Zamzam Noor 18.Adinegoro 19.Afrizal Malna 20.Agam Wispi 21.Agus Noor 22.Agus R. Sarjono 23.Agus Warsono(Rg Bagus Warsono) 24Ahmad Fuadi 25.Ahmad Subbanuddin Alwie 26.Ahmad Tohari 27Ahmad Yulden Erwin 28.Ahmadun Yosi Herfanda 29.Ahmad Mushthofa Bisri 30..Ajip Rosidi 31.AkiSora 32.Akmal Nasery Basral 33.Ali Akbar Navis 34.Alan Hogeland 35.Amal Hamzah 36.Andrea Hirata 37.Andliandri.A.A 38Andrei Aksana 39.Ani Sekarningsih 40.Anis Sholeh Ba’asyin 41.Anwar Putra Bayu 42.Aoh K. Hadimadja 43.Arafat Nur 44.Ari Pahala Hutabarat 45.Ari Setya Ardhi 46.Arie MP Tamba 47.Ariel Heriyanto 48.Arif B. Prasetyo 49.Arifin C. Noer 50.Armijn Pane 51.Arswendo Atmowiloto 52.Arami Kasih 53.Asep S. Sambodja 54.Asma Nadia 55.Asrul Sani 56.Asbari Nurpatria Krisna 57.Aslan Abidin 58.Ayatrohaedi 59Ayu Utami 60.B. Rahmanto 61.Badaruddin Amir 62.Badui U. Subhan 63.Bagus Burham 64.Bagus Hananto 65.Bagus Putu Parto 66.Bambang Set 67.Beni R. Budiman 68.Beni Setia 69.Beno Siang Pamungkas 70.Binhad Nurrohmat 71.Bokor Hutasuhut 72.Bonari Nabonenar 73.Bondan Winarno 74.Budi Darma 75.Budi P. Hatees 76.Budiman S. Hartoyo 77.Cecep Syamsul Hari 78.Chunel 79.Clara Ng 80.Cucuk Espe 81.D. Zawawi Imron 82.Dahta Gautama 83.Darman Moenir 84.Darmanto Jatman 85.Damhuri Muhammad 86.Danarto 87.Dad Murniah 88.Dami N. Toda 89.Daniel Mahendra 90.Dea Anugrah 91.Dewi Lestari 92.Dharmadi 93.Dian Hardiana 94.Djamil Suherman 95.Djenar Maesa Ayu 96.Dian Hartati 97.Diani Savitri 98.Dimas Arika Mihardja 99.Dina Oktaviani 100.Djamil Suherman 101.Dody Sam Yusuf 103.Donny Dhirgantoro 104.Dorothea Rosa Herliany 105.Djenar Maesa Ayu 106.Dyah Merta 107.Dyah Setyawati 108.Edy Firmansyah 109.Eka Budianta 110.Eka Kurniawan 111.Eko Tunas 112.Emha Ainun Nadjib 113.Endik Koeswoyo 114.Faruk HT 115.Fendi Kachonk 116.Fina Sato 117.FX Rudi Gunawan 118.Gazali Burhan Rijodja 119.Gatotkoco Suroso 120.Gerson Poyk 121.Godi Suwarna 122.Goenawan Mohammad 123.Gola Gong 124.Gus tf Sakai 125.H.B. Jasin 126.HR Bandaharo 127.Habiburrahman El Shirazy 128.Hamid Jabbar 129.Hamka 130.Hamsad Rangkuti 131.Hartojo Andangdjaja 132.Helvy Tiana Rosa 133.Herlinatiens 134.Herman J. Waluyo 135.Hersri Setiawan 136.Herdoni Syafriansyah 138.Ibnu Wahyudi 139.Ibrahim Sattah 140.Idrus 141.Iggoy el Fitra 142.Ikhwan Al Amin 143.Indra Cahyadi 144.Indra Tranggono 145.Intan Paramaditha 146.Imam Muhtarom 147.Ipon Bae 148.Irfan Hidayatullah 149.Irman Syah 150.Isbedy Stiawan ZS 151.Iswadi Pratama 152.Iwan Simatupang 153.Iyut Fitra 154.J.E. Tatengkeng 155.Jack Efendi 156.Jakob Sumardjo 157.Jamal D Rahman 158.Jamal T. Suryanata 159.Jatmika Nurhadi 160.Jeffry Alkatiri 161.Joni Ariadinata 162.Joshua Lim 163.Joko Pinurbo 164.Jose Rizal Manua 165.Jumari HS 166.Korrie Layun Rampan 167.Kriapur 168.Kuntowijoyo 169.Kurnia Effendi 170.Kusprihyanto Namma 171.Kuswinarto 172.Kwee Tek Hoay 173.Leila S. Chudori 174.Linda Christanty 175.Linus Suryadi AG 176. Lukman A Sya 178.M.Aan Mansyur 179.M. Rozaq Triyansyah 180.M. Shoim Anwar 181.Mahbub Junaedi 182.Mahmud Jauhari Ali 183.Maman S. Mahayana 184.Mansur Samin 185.Marah Roesli 186.Marga T 187.Marsetio Hariadi 188.Marianne Katoppo 189.Martin Aleida 190.Max Ariffin 191.Marsetio Hariadi 192.Mawie Ananta Jonie 193.Medy Loekito 194.Melani Budianto 195.Mochtar Lubis 196.Mohammad Diponegoro 197.Moch Satrio Welang 198.Motinggo Busye 199.Muhammad Asqalani eNeSTe 200.Muhammad Rois Rinaldi 201.Muhary Wahyu Nurba 202.Mukti Sutarman 203.Mustofa Bisri 204.Mh. Rustandi Kartakusuma 205.Muhammad Kasim 206.Mukti Sutarman Espe 207.Mutmainna 208.Mustafa W. Hasyim 209.Marsetio Hariadi 210.Marsetio Hariadi 211.Nanang Anna Noor 212.Nanang Suryadi 213.Nasjah Djamin 214.Nazaruddin Azhar 215.Nenden Lilis A 216.Nenek Mallomo 217.Ngarto Februana 218.Nh. Dini 219.Nirwan Ahmad Arsuka 220.Nirwan Dewanto 221.Noorca M. Massardi 222.Nova Riyanti Yusuf 223.Novy Noorhayati Syahfida 224.Nugroho Notosusanto 225.Nurochman Sudibyo.YS 226.Nur Sutan Iskandar 227.Nur Wahida Idris 228.Nyoo Cheong S 229.Ook Nugroho 230.Oyos Saroso HN 231.Palti R Tamba 232.Pamusuk Eneste 233.Panji Utama 234.Parakitri T Simbolon 235.Putu Oka Sukanta 236.Piek Ardijanto Soeprijadi 237.Pipiet Senja 238.Pramoedya Ananta Toer 239.Primadonna Angela 240.Putu Oka Sukanta 241.Putu Wijaya 242.Rachmat Djoko Pradopo 243.Rachmat Nugraha 244.Radhar Panca Dahana 245.Raditya Dika 246.Remy Silado 247.Ragdi F. Daye 248.Ramadhan K.H. 249.Ratih Kumala 250.Ratna Indraswari Ibrahim 251.Raya Langit Rokibbah 252.Rayani Sriwidodo 253.Raudal Tanjung Banua 254.Rieke Diah Pitaloka 255.Rifan Khoridi 256.Rifai Apin 257.Riki Dhamparan Putra 258.Rijono Pratikto 259.Riris K. Sarumpeat 260Rosihan Anwar 261.Roudloh Fathurrohman 262.Rukmi Wisnu Wardani 263.Ruli NS 264.Rusman Sutiasumarga 266.Saeful Badar 267.Sam Haidy 268.Sang Bayang 269.Sanusi Pane 270.Sapardi Djoko Damono 271.Sarabunis Mubarok 272.Saut Situmorang 273.Selasih/Seleguri 274.Seno Gumira Ajidarma 275.Sholeh UG 276.Sindhunat 277.Sitok Srengenge 278.Sitor Situmorang 279.Sindhunata 280.Sirajuddin Sudirman 281.Slamet Sukirnanto 282.SM Ardan 283.SN Ratmana 284.Sobron Aidit 285.Soe Hok Gie 286.Soekanto SA 287.Sonny H. Sayangbati 288.Sony Farid Maulana 289.Sori Siregar(Sori Sutan Sirovi Siregar) 290/Sosiawan Leak Seno 291.S. Sinansari ecip 292.Subagio Sastrowardoyo 293.Sukasah Syahdan 294.Suman Hs 295.Suminto A Sayuti 296.Sunaryo Basuki Ks 297.Sunlie Thomas Alexander 298.Suparto Brata 299.Sutan Iwan Sukri Munaf 300.Sutan Takdir Alisyahbana 301.Sutardji Calzoum Bachri 302.Sutikno WS 303.Suwarsih Djojopuspito 304.S. Yoga 305.Tajuddin Noor Gani 306.Tandi Skober 307.Tatang Sontani 308.Taufiq Ismail 309.Taufik Ikram Jamil 310.T. Firman Andiatno 311.Teguh Winarso AS 312.Tendy Faridjan 313.Timur Sinar Suprabana 314.Titie Said 315.Titiek WS 316.Titis Basino 317.Toety Heraty Nurhadi 318.Toha Mochtar 319.Toto ST. Radik 320.Toto Sudarto Bachtiar 321.Tri Astoto Kodarie 322.Trisno Sumardjo 323.Trisnojuwono 324.Triyanto Triwikromo 325.Trio Danu Kumbara326.Tulis Sutan Sati 327.T. Wijaya 328.Udo Z. Karzi 329.Ugoran Prasad 330.Umar Junus 331.Umar Kayam 332.Umar Nur Zain 333.Umbu Landu Paranggi 334.Usmar Ismail 335.Utuy Tatang Sontani 336.Viddy AD Daery 337.Wahyu NH. Al Aly 338.Wahyu Prasetya 339.Wan Anwar 340.Wayan Sunarta 341.Widjati 342.Widji Thukul 343.Wisnu Sujianto 344.Wisran Hadi 345.W. Hariyanto 346.Widji Thukul 347.W.S. Rendra 348.Wowok Hesti Prabowo 349.Y.B.Mangunwijaya 350.Yonathan Rahardjo 351.Yudhistira ANM Massardi 352.Yusach Ananda 353.Y. Thendra BP 354.Y. Wibowo 355.Zainal Afif 356.Zainuddin Tamir Koto 357.Zen Hae 358.Zen Ibrahim 359.Zoya Herawati
__________