Lanang Setiawan

Seniman Indonesia
Revisi sejak 25 Februari 2015 16.35 oleh Andriana08 (bicara | kontrib) (artikel baru, rintisan)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Lanang Setiawan yang memiliki nama asli Slamet Setiawan (lahir 25 November 1962) adalah tokoh sastra Tegal berkebangsaan Indonesia. Dia merupakan salah satu penerima Hadiah Sastra Rancage untuk kategori pengembang bahasa dan sastra Jawa dialek Tegal (2011). Penghargaan itu diberikan bukan karena karya-karyanya melainkan kerja kesenian Lanang Setiawan dalam mempopulerkan Tegal sebagai subgenre baru sastra untuk kurun waktu lebih dari 15 tahun. Lanang telah menerbitkan beberapa buku dan album lagu berbahasa Tegal.[1][2]

Berkas:Lanang Setiawan.JPG
Lanang Setiawan

Latar belakang

Lanang Setiawan lahir dan tumbuh di Kota Tegal. Dia tidak pernah merantau ke mana pun. Sehingga dalam dirinya, kultur ketegalannya sangat kental. Itu tampak dari karya-karya, baik tulisan maupun lagu, yang sangat kental. Lanang mengawali karirnya sebagai penulis lepas di sejumlah media massa Jakarta. Pengalaman itulah yang kemudian menjadikan Lanang memutuskan merintis penerbitan sejumlah media massa berbasis kultur setempat yaitu tabloid Tegal Tegal. Bukan hanya bahasanya saja, tapi materi yang ditayangkannya pun benar-benar mencerminkan kelokalan. Jalan Panjang Teater dan Sastra Tegal adalah buku karyanya yang mencatat peristiwa kesenian di Tegal periode antara tahun 1950 hingga 1993. Ketika di Tegal terbit harian umum Nirmala Post (2006-2009, lanang adalah redaktur budaya yang setiap hari juga menulis Anehdot Tegalan, berisi cerita-cerita lucu pergaulan masyarakat Tegal. Selain itu, dia juga menerbitkan beberapa antologi puisi berbahasa Tegal yang pesertanya bukan hanya penyair asal Tegal, melainkan mereka yang punya ikatan kuat dengan Kota Tegal atau pernah tinggal di kota itu. Beberapa memoar berisi perjalanan sastra Tegal juga diterbitkannya antara lain Ngranggeh Katuranggan, Pengendara Badai, Di Balik Panggung, dan masih banyak lagi. Kecintaannya terhadap dunia sastra utamanya Tegal dibuktikan dengan selalu mengkampanyekan tentang hari sastra Tegal kepada hampir semua kawan-kawannya. Dan upayanya berbuah manis karena sejak 2008 sastrawan Tegal mulai memperingati hari sastra Tegal setiap bulan November. Sebelumnya, tahun 1996, lanang mengenalkan terjemahan karya W.S. Rendra berjudul Nyanyian Angsa di Taman Budaya Jawa Tengah, Surakarta dengan judul baru, Tembangan Banyak, berbahasa Tegal. Di bidang musik Lanang Setiawan punya kontribusi cukup besar dalam mengenalkan karya-karya lagu berbahasa Tegal. Karya-karyanya dalam bentuk CD audio dan VCD, baik dinyanyikan sendiri maupun orang lain, telah menyebar ke berbagai daerah.[3]

Di bidang teater Lanang tercatat pernah bergabung dengan Teater Puber bentukan Nurhidayat Poso, tahun 1979. Setelah itu, bersama Nurngudiono, dia juga mendirikan kelompok Teater Swadesi dengan repertoar yang dimainkan antara lain AIB (Putu Wijaya), Ni Ratu (Lanang Setiawan), Surti Gandrung (Lanang Setiawan), dan Lenggaong (Lanang Setiawan). Lakon-lakon ini sempat dikolaborasikan denga group lawak 4 Sekawan (Qomar, Dery, Ginanjar, dan Eman), disutradarai oleh Bontot Sukandar di Teater Arena Pasar Seni Ancol, Jakarta. Setelah lama vakum di dunia teater, kemampuannya diuji ketika dia memerankan sebagai Chairil Anwar dalam drama Pengadilan Sastra Chairil Anwar naskah Eko Tunas, sutradara Joshua Igho, di Gedung Kesenian Tegal, (2006).[4]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Website resmi Balai Bahasa Jawa Tengah, diakses 25 Februari 2015
  2. ^ Website resmi Kota Tegal, diakses 25 Februari 2015
  3. ^ Esai Febrie Hastiyanto, diakses 25 Februari 2015
  4. ^ 9 Nominator Penerima Penghargaan Seni, diakses 25 Februari 2015