Bissu (pemeran)

pemeran laki-laki asal Indonesia
Revisi sejak 26 Februari 2015 08.05 oleh 36.85.253.76 (bicara)

Templat:Infobox artis indonesia Bissu Usman (4 Juni 1901 – 14 Desember 1974) adalah pemeran Indonesia. Ia dikenal luas oleh masyarakat di era sejak tahun 1930an hingga tahun 1970an.

Keluarga

Ayahnya bernama Wonokromo. Sebetulnya ayahnya berasal dari Jawa, sebagai marsose ditempatkan di Aceh, maka itu Bissu lahir di situ. Selain sebagai marsose, ayahnya juga adalah peniup trompet pada zaman Hindia Belanda. Tapi kemudian dibesarkan di daerah Bogor, karena begitu ayahnya pensiun, memilih daerah tersebut untuk menetap. Bissu menikah dua kali dan memiliki 7 anak.

Pendidikan

Bissu pernah duduk di HIS cuma sampai kelas 5 saja.

Karier

Awal karier

Tahun 1918 bekerja di Algemeene Secretarie Bogor sebagai Sechrif Beamte. Tiga tahun kemudian berhenti karena tertarik pada kesenian Sunda, maka dijelajahinyalah pengalaman sebagai anggota dari rombongan Ubrug, Betok, Laes, Reog, Doger, Sandiwara Sunda. Kemudian meningkat mempelajari permainan di panggung Stamboel-Opera. Tahun 1925 mulai main di panggung sandiwara Cina Beng Goat Lauw pimpinan Ny. Ang Goat Nio alias Miss Noni. Dikelilinginya seluruh Jawa. Pindah ke Opera Stamboel Palestina pimpinan Sumampow, lalu ke Sinar Sari pimpinan Musa yang mangkal di Prinsen Park (sekarang Lokasari), tidak jauh dari studio film JIF.

Dunia film

Dari situlah kemudian The Teng Chun menariknya menjadi pemain film produksinya. Pada filmnya yang pertama dan kedua, “Oh Iboe” dan “Tjiandjoer” (1938), Bissu sebagai pemeran utama, sejak munculnya Moch. Mochtar dalam “Alang-Alang” (1939), Bissu selalu muncul dalam peran penjahat. Dimasa pendudukan Jepang ia kembali ke sandiwara, lalu bergabung dengan rombongan hiburan Keimin Bunka Shidosho untuk menghibur tentara, romusha, dan lain-lain. Dan masa revolusi dilaluinya sebagai tukang loak.

Setelah kemerdekaaan

Sejak tahun 1950 kembali main film, tapi sudah tidak mendapat peranan yang cukup berarti. Ia main di studio film Persari dan Panah Mas. Dalam masa film berwarna belakangan ini pun tetap mendapat kesempatan, mesti tidak terlalu penting. Antara lain dalam "Tiada Maaf Bagimu"sebagai peminta-minta. Filmnya yang terakhir Nafsu Gila”(1974) dan Ratu Amplop”(1974).

Penghargaan

Mendapat penghargaan dari Gubernur Ali Sadikin pada tahun 1972.

Trivia

  • Menjelang akhir hayatnya sering ia mengungkap prestasinya bahwa dialah satu-satunya pemain yang tidak pernah punya rumah sendiri. Dari dulu hanya menumpang di rumah mertua.
  • Dia dipanggil Bissu karena dia baru bisa berbicara ketika usianya menginjak 10 tahun.

Filmografi

Pranala luar