Kategori:Tokoh dari Brebes

Lahir di Bumiayu 6 Desember 1985, dia merupakan aktivis perdamaian yang tak lelah menyuarakan pesan perdamaian sosial khususnya di gigs-gigs atawa pagelaran skena musik lokal Bumiayu (biasanya digelar di eks-Kawedanan Bumiayu dan GOR Ho Gwan). Mengenyam pendidikan di SLTP Negeri 1 Bumiayu, saat itu bakat populernya sudah terlihat, terbukti hampir seluruh generasi mengenal dia. "Japra adalah representasi youth generation Bumiayu di dekade 2000-an," ujar tokoh pemuda Karang Turi, Ari Doing. Sejak duduk di bangku SMP, Japra tidak pernah lat datang di gigs-gigs musik Bumiayu, seluruh warna musik di skena lokal di datangi, mulai dari pop alternatif, parade festival pelajar, punk, underground hingga pagelaran musik puji-pujian pengajiannya Mbah Tarwi pun dia datangi. Darisinilah dia terus menyuarakan pesan perdamaian agar pemuda tidak terlibat aksi anarkis maupun tawuran antar tetangga kampung. Pernah satu kali dia melerai keributan antara gerombolan pemuda Laren dan Adisana, saat itu pada gelaran Bumiayu Fair, disitu ada keributan, Japra lantas naik ke panggung dan berteriak "Piss!", tiba-tiba seluruh penonton terdiam, dan menuruti instruksi Japra agar diam. Tak lama berselang Japra mendatangi pemuda-pemuda yang ribut tadi, dan kepada gerombolan pemuda itu, dia mengatakan "Teen ra mandang Yanu apa?", akhirnya setelah mendapat peringatan itu, gerombolan pemuda dari dua desa tersebut pun berdamai. Keesokan harinya Japra ditraktir makan mie ayam Salim (Samping Dingdongan Tole) depan Asro oleh pemuda dari dua desa tersebut. Sisi unik lainnya adalah, Japra selalu mengacungkan dua jarinya setiap berpas-pasan dengan kenalannya, "Jarak 10 meter Japra sudah mengancungkan salam dua jari, ini merupakan ciri khas dia agar mengingatkan supaya tidak ada kekerasan," ujar tokoh punk Bumiayu, Lucki Gajed.

Atas dedikasinya itu, Japra mendapatkan penghargaan sebagai Most Popular Figure dari Amy Printing (Percetakan Paguyangan), selain itu dia juga dianugerahi sebagai tokoh perdamaian dari Warunge Kajine. Pada dekade 2000-an muncul kontroversi dari publik ketika Japra menerima tawaran dari Wati Salon sebagai brand ambassador untuk produk skincare nya. Saat itu Japra dinilai telah mengkhianati idealisme nya karena terjun di dunia kapitalis sebagai model iklan. Japra dinilai sudah bergeser orientasi pemikirannya. Tetapi polemik itu berakhir setelah Japra kembali turun menyuarakan perdamaian di Festival Musik Rock di Patuguran. Saat itu Japra berhasil melerai tawuran antara pemuda desa Dukuh Slemped dan desa Igir Bohong. Aksi ini sangat legendaris dan menancapkan Japra sebagai tokoh perdamaian sejati.