Ercis
Ercis | |
---|---|
Ercis dengan polong muda | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Divisi: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Subfamili: | |
Tribus: | |
Genus: | |
Spesies: | P. sativum
|
Nama binomial | |
Pisum sativum |
Ercis, kacang ercis, atau kacang polong (Pisum sativum L., suku polong-polongan atau Fabaceae) merupakan tumbuhan penghasil sayuran berupa biji berwarna hijau. Ercis didatangkan oleh penjajah Belanda ke Indonesia karena sayuran ini populer di Eropa sebagai bagian dari salad atau sup. Nama "ercis" adalah pinjaman dari bahasa Belanda (erwtjes, "ercis kecil").
Biji ercis kaya karbohidrat serta protein dan cepat membuat kenyang ketika dimakan.
Tumbuhan yang berasal dari Asia Kecil ini masih sejenis dengan kapri (seringkali dicampuradukkan penamaannya). Berbeda dengan kapri, ercis hanya dimakan bijinya dan hampir tidak pernah dimakan dengan polongnya seperti kapri. Sejak ribuan tahun lalu telah dimanfaatkan sebagai bahan pangan namun sekarang penggunaannya lebih banyak sebagai sayuran atau pakan.
Dalam budidaya di Indonesia, ercis tumbuh baik di daerah pegunungan berhawa sejuk dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, pada suhu seperti di daerah asalnya.
Penggunaan
Kacang polong biasa dijual dalam bentuk segar (dengan polong) di pasar tradisional Eropa, namun sekarang banyak dijual dalam kemasan di pasar swalayan, baik dalam kaleng (dengan pemanasan), dikeringkan, maupun dibekukan. Pembekuan dianggap lebih baik karena mempertahankan kandungan gizi di dalam biji ercis.
Masakan di Indonesia yang banyak menggunakan ercis kebanyakan merupakan makanan dengan pengaruh Eropa serta Tiongkok. Sup ercis (erwtensoep dalam bahasa Belanda) merupakan sup yang memberikan sentuhan tempo doeloe bagi kalangan senior di Indonesia. Sejumlah salad juga menggunakan kacang ini. Masakan dengan pengaruh dari Cina selatan, seperti nasi goreng dan fuyonghai (masakan dari telur yang disajikan dengan saus tomat bersama dengan kacang polong) menggunakan kacang ercis sebagai pemberi aksen. Cara memasaknya biasanya dengan ditumis. Bijinya yang dikeringkan sering dijadikan makanan kecil di Malaysia, Thailand, dan Taiwan.
Masakan Turki, Arab, serta Eropa Selatan juga banyak menggunakan ercis. Di Amerika Serikat ercis adalah sumber protein nabati populer dan sering menjadi makanan sehari-hari.
Pranala luar