Teungku Peukan
Teungku Peukan dilahirkan di Manggeng, Aceh Barat Daya. Pada tahun 1886 ketika kerajaan Aceh mengalami awal peperangan terhadap pertahanan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh pada tanggal 18 April 1873.
Belau adalah salah seorang Ulama terkemuka di daerah Manggeng, Aceh Barat Daya. Orang tua beliau juga seorang ulama pemuka Agama Islam yang dinamai dengan sebutan Teungku Padang Ganting yang berasal dari daerah Alue Paku, Aceh Selatan. Sedangkan ibu beliau bernama Siti Zulaikha.
Pada malam menjelang peperangan terhadap Kolonial Kafhee Belanda, Teungku Peukan dan paksukannya terlebih dahulu melakukan ritual wirid dan zikir (serah diri) kepada Allah S.W.T. di sebuah Meunasah Ayah Gadeng, Manggeng. Setelah ritual tersebut selesai dilaksanakan Teungku Peukan mengarahkan strategi-strategi penyerangan terhadap Kolonia Kafir Belanda, lalu Tengku Peukan pun memerintahkan paksukannya menuju ke Blangpidie dengan menempuh berjalan kaki sejauh 20 KM.
Pada Penyerangan ini juga dihadiri oleh salah seorang putra dari Teungku Peukan yang bernama Teungku Muhammad Kasim yang dikenal dengan sebutan "Teungku Tahala". Menjelang Fajar memasuki malam jum'at pada tanggal 11 September 1926, paksukan Teungku Peukan pun tiba dan beristirahat sejenak di balee Teungku Lhoong Gampong Geulumpng Payoeng, Blang Pidie.
Pada saat itu pula Teungku Peukan membagi 3 sektor penyerangan dan dibantu oleh Said Umar, Waki Ali, dan Zakaria Ahmad yang dikenal dengan nama "Nyak Walad". Penyerangan pun dilakukan oleh Teungku Peukan pada saat menjelang subuh, sehingga Serdadu Kolonia Belanda kaget dan kocar-kacir atas penyerangan tersebut. Pada penyerangan itu banyak menewaskan Serdadu-serdadu Kolonia Belanda dengan Rencong Pejuang Aceh.
Sebagai wujud rasa syukur terhadap Allah S.W.T. Teungku Peukan pun mengumandangkan azan dan saat itulah seorang Kolonia Kafir Belanda melepaskan 1 tembakan yang membuat Teungku Peukan syahid dalam peperangan tersebut.
Dalam kejadian itu Teungku Tahala putra dari Teungku Peukan menjadi emosional dan menyerang para Serdadu Kolonia Kafhee Belanda dengan semangat "Jak Tueng Balah". Maka pada saat itulah beliau pun syahid dalam pertempuran. Ada beberapa peujuang yang selamat dalam pertempuran itu, yaitu : Pang Paneuk dan Sidi Rajab. Dalam peristiwa tersebut jenazah Teungku Peukan dan 5 peujuang lainnya (termasuk putra beliau) di makamkan di depan Masjid Jami' Baitul 'Adhim Blangpidie.