British Airways Penerbangan 38
British Airways Penerbangan 38 (IATA: BA38; ICAO: BAW38; call sign Speedbird 38) adalah sebuah penerbangan internasional terjadwal yang dioperasikan oleh maskapai British Airways, melayani rute Bandar Udara Internasional Beijing (IATA: PEK; ICAO: ZBAA) menuju Bandar Udara Internasional London Heathrow (IATA: LHR; ICAO: EGLL). Pada tanggal 17 Januari 2008, pesawat jenis Boeing 777-200ER yang digunakan untuk penerbangan sejauh 8.100 kilometer (5.000 mil) jatuh dekat landasan pacu Bandar Udara Heathrow. Akibat kecelakaan tersebut, tidak ada penumpang atau awak yang tewas, namun 47 orang mengalami luka-luka, satu diantaranya luka berat. Penerbangan BA38 menjadi kecelakaan pertama pesawat Boeing 777 sepanjang sejarah pengoperasiannya mulai tahun 1995.
Ringkasan peristiwa | |
---|---|
Tanggal | 17 Januari 2008 |
Ringkasan | Kecelakaan saat mendarat |
Lokasi | Bandara Internasional London Heathrow, Britania Raya |
Penumpang | 136 |
Awak | 16 |
Cedera | 13 |
Tewas | 0 |
Selamat | 152 |
Jenis pesawat | Boeing 777-236ER |
Operator | British Airways |
Registrasi | G-YMMM |
Asal | Bandar Udara Internasional Beijing, Republik Rakyat Tiongkok (PEK) |
Tujuan | Bandar Udara Heathrow London, Britania Raya (LHR) |
Pesawat
Pesawat yang digunakan dalam Penerbangan BA38 adalah pesawat jenis Boeing 777-236ER, dengan nomor registrasi G-YMMM. Pertama kali terbang pada tanggal 18 Mei 2001, pesawat diserahkan kepada British Airways pada tanggal 31 Mei 2001. Pesawat ini menggunakan dua mesin jenis RR Trent 895 buatan Rolls-Royce, dengan konfigurasi tempat duduk empat kelas, terdiri dari 12 kursi kelas utama (First Class), 40 kursi kelas bisnis (Business Class), 30 kursi kelas Premium Economy, dan 230 kursi kelas ekonomi (Economy Class).[1]
Penerbangan BA38 mengambil rute melewati daerah Mongolia, Siberia, dan Skandinavia, pada ketinggian antara 34.800 kaki sampai 40.000 kaki (FL348-400), dengan suhu mencapai -65 hingga -74°C. Namun, sepanjang penerbangan, suhu bahan bakar (avtur) tidak pernah turun di bawah -34°C (titik beku avtur). Namun, sekalipun avtur tidak membeku, sejumlah kecil air yang terkandung di dalam avtur membeku. Akumulasi es yang terbentuk tidak menimbulkan efek apapun hingga pesawat akan mendarat di Heathrow, ketika arus bahan bakar dan suhu yang meningkat membuat es tersebut mencair, hingga terkumpul kembali pada sistem Fuel-Oil Heat Exchange (FOHE) dan membeku kembali, menyebabkan terbatasnya arus bahan bakar menuju kedua mesin.
Kecelakaan
Gejala-gejala pertama dari terbatasnya arus bahan bakar diketahui oleh kedua awak penerbang pada ketinggian 720 kaki (220 meter), 3.2 kilometer (2 mil) dari titik pendaratan, ketika kedua mesin berulang kali gagal dalam merespon permintaan peningkatan tenaga dari autothrottle. Untuk menjaga agar pesawat tetap dalam jalur pendaratannya, sistem autopilot mengurangi kecepatan hingga 108 knot (200 kilometer per jam) pada ketinggian 200 kaki (61 meter). Sistem autopilot dimatikan pada ketinggian 150 kaki (46 meter), saat kopilot mengambil alih kontrol pesawat secara manual. Di saat yang bersamaan, kapten pilot mengurangi pengaturan flap dari kemiringan 30 derajat menjadi 25 derajat untuk memperpanjang jarak terbang pesawat. Efek dari tindakan kedua awak penerbang tersebut, pesawat berhasil terbang melewati lalu lintas di jalan raya A30 dan jalan sisi selatan bandar udara. Pada saat kejadian, dilaporkan bahwa iring-iringan kendaraan Perdana Menteri Britania Raya, Gordon Brown, sedang melintas di jalan raya tepat saat Penerbangan BA38 akan mendarat.[2] Pesawat akhirnya mendarat di atas rerumputan, sekitar 270 meter dari ujung landasan pacu 27L. Kapten pilot menyatakan kondisi darurat kepada menara pengawas beberapa detik sebelum mendarat.
Saat pesawat menyentuh daratan, roda pendaratan depan patah, roda pendaratan utama sisi kanan terpisah dari pesawat dan merusak tangki bahan bakar bagian tengah serta sebagian kabin pesawat, dan roda pendaratan utama sisi kiri tertekan hingga menembus sayap pesawat. Sejumlah besar bahan bakar tumpah, namun tidak sampai menyebabkan kebakaran. Empat awak dan delapan penumpang mengalami luka ringan, dan satu orang penumpang mengalami luka berat. Akibat kecelakaan tersebut, penerbangan di Bandar Udara Heathrow dihentikan untuk sementara waktu. Ketika operasional bandar udara dimulai kembali, banyak penerbangan jarak jauh yang berangkat dari Heathrow ditunda atau dibatalkan. Penerbangan yang dijawalkan tiba di Heathrow ada yang mengalami penundaan, bahkan 24 penerbangan dialihkan menuju bandar udara lainnya di London, seperti Gatwick, Luton, dan Stansted. Badan pesawat baru berhasil diangkat pada tanggal 20 Januari 2008 dan dipindahkan ke wilayah perawatan British Airways untuk pemeriksaan lebih lanjut. Setelah pemeriksaan, pesawat dinyatakan written-off.
Seluruh 16 orang awak yang bertugas dalam Penerbangan BA38 mendapatkan BA Safety Medal, penghargaan tertinggi dalam perusahaan British Airways, untuk tindakan mereka dalam kecelakaan tersebut. British Airways tetap menggunakan nomor penerbangan BA38 untuk rute penerbangan Beijing-London (Heathrow).
Investigasi
Air Accidents Investigation Branch (AAIB), badan penyelidik kecelakaan udara Britania Raya, bertugas melakukan penyelidikan kasus kecelakaan Penerbangan BA38. Penyelidikan juga diikuti oleh badan penyelidik kecelakaan udara Amerika Serikat (National Transportation Safety Board/NTSB), pihak pembuat pesawat (Boeing), dan pihak pembuat mesin pesawat (Rolls-Royce). Kotak hitam, yang terdiri dari flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR), bersama dengan quick access recorder (QAR) berhasil dievakuasi dari pesawat beberapa jam setelah kecelakaan, dan langsung dibawa ke kantor pusat AAIB di Farnborough. Informasi yang diperoleh dari alat-alat perekam tersebut mengonfirmasi kesaksian para awak penerbang, bahwa kedua mesin tidak merespon permintaan peningkatan tenaga menjelang pendaratan.
Laporan akhir dirilis oleh AAIB pada tanggal 9 Februari 2010, atau sekitar dua tahun sejak kecelakaan terjadi, di mana badan tersebut menyimpulkan bahwa penyebab kecelakaan adalah berkurangnya tenaga mesin yang diakibatkan oleh terbatasnya arus bahan bakar menuju kedua mesin pesawat. AAIB juga menyatakan bahwa titik terpasangnya roda pendaratan utama berada di titik yang sama dengan lokasi dinding belakang dari tangki bahan bakar, sehingga dalam kecelakaan tersebut tangki bahan bakar terbuka dan menyebabkan aliran bahan bakar tumpah. AAIB kemudian merekomendasikan pihak Boeing untuk memperbaiki desain roda pendaratan utama, khususnya titik pemasangan sistem roda pendaratan utama, agar kejadian bocornya tangki bahan bakar tidak terulang kembali apabila kecelakaan yang mirip dengan Penerbangan BA38 kembali terjadi.[3]