Wikipedia:Bak pasir

AYAM CIPARAGE Legenda Ayam Ciparage tidak bisa lepas dari sejarahnya, banyak sekali bahasan tentang Ayam Ciparage seolah tidak pernah habis, penemuan baru, fakta baru, yang menciptakan pertanyaan baru, karena bangsa yang tidak mengenal sejarahnya adalah sebuah bangsa tanpa jati diri, sudah seharusnya kita berbangga diri sebabgai bangsa yang memiliki ayam legendaris yang tidak hanya sekedar dongeng, penelitian pengumpulan info yang sudah kami lakukan dari sebelum terbitnya buku ini seolah tidak pernah selesai dengan berbagai pertanyaan dan penemuan baru, meskipun demikian kami lebih memahami keberadaan Ayam Ciparage dengan jawaban dari berbagai narasumber yang kami temui, mungkin sebagian orang sudah sering mendengar keterangan mengenai Ayam Ciparage tersebut, setidaknya ada dua asumsi yang mendasar tentang sejarah Ayam Ciparage, yaitu ;

1. Ayam Ciparage adalah milik Adipati Singaperbangsa 2. Ayam Ciparage sudah ada sebelum Adipati Singa Perbangsa. Dari pernyataan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa untuk mengetahui kebenaran dari pernyataan tersebut perlu mengkaji dari segi sejarah, sosiologi dan dibuktikan secara ilmiah, bukan hanya sekedar untuk mengetahui kebenaran dan kesalahan keberadaan Ayam Ciparage saja tetapi ini adalah salah satu warisan leluhur nenek moyang bangsa yang harus dikaji dan dilestarikan, bila sudah berbicara sejarah, dan ternyata pernyataan tersebut memiliki fakta sejarah yang nyata, maka sudah dipastikan pernyataan tersebut bisa dibenarkan.

Ras Ayam Kampung Tertua di Ciparage Pada saat kami melakukan penelusuran ke Desa Manggung Jaya Kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang, salah satu kuncen di makan Adipati Singa Perbangsa yang berada di Kabupaten Karawang, Abah Enjang, mengatakan bahwa Ayam Ciparage adalah ayam kampung yang memiliki kemampuan berbeda dari ayam kampung lainnya, sebelum diadakannya pemekaran wilayah (1980) ayam tersebut masih sangat banyak dipelihara oleh penduduk, bahkan bukan hal yang tabu karena setiap kokolot lembur (kepala desa) di daerah tersebut memiliki Ayam Ciparage, berikut percakapan penulis dengan kuncen di area makam Adipati Singa Perbangsa; “Kapungkur mah seueur hayam ciparage teh, da tiap kokolot lembur gaduheun, pami gentos kokolot, si hayam eta kadang di pasihkeun, tapi pas pemekaran wilayah seueur nu milari nu nyuhunkeun, janten hayam teu puguh jujutannana, nya ari hayam mah aya, ngan duka teuing dimana, asal kersa milariannana pasti aya”. (Dahulu itu banyak sekali ayam Ciparage, karena setiap kepala desa memilikinya, kalau sudah pergantian kepala desa, ayam tersebut diberikan, tetapi waktu diadakan pemekaran wilayah banyak yang mencari dan memintanya, jadi ayam itu tidak jelas keberadaanya, asal mau mencarinya (ayam tersebut) pasti ada”.

Kemudian kami menanyakan ciri-ciri khusus ayam tersebut, Abah Enjang menuturkan bahwa tidak ada ciri khusus untuk Ayam Ciparage, tapi ada perbedaan yang paling mendasar, terutama dari bentuk fisik, “ah nu apal Ciparage mah pasti terang Ciparage, kadang ciri teu kasebat, tapi Ciparage gaduh perbentenan”, (yang tahu ayam Ciparage itu pasti tahu Ciparage, terkadang ciri (khususnya) tidak disebutkan, tapi ayam Ciparage memiliki perbedaan (dari ayam kampung lainnya), itulah sedikit percakapan kami dengan salah satu Kuncen di makam Adipati Singaperbangsa. Menyikapi jawaban dari kuncen tersebut, dari pertanyaan-pertanyaan keterkaitan dengan Adipati Singa Perbangsa secara sosiologi memiliki hubungan yang signifikan artinya kami berasumsi bahwa ayam tersebut banyak dipelihara oleh masyarakat pada waktu itu, mengingat secara administratif Desa Ciparage baru di resmikan tahun 1979 dan pemekaran tahun 1980 (sumber yang tertulis di Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang), kuncen makam Adipati Singa Perbangsa menuturkan bahwa sebenarnya Desa Ciparage sudah lama sebelum Adipati Singa Perbangsa menjabat sebagai Bupati (1633-1677) di Desa Manggung Jaya (sekarang), menyikapi hal tersebut penamaan Ayam Ciparage sering disebut-sebut sebagai “Ayam Kampung Ciparage” atau Ayam dari Ciparage (Manggung Jaya). Abah Enjang menuturkan :

“Tah apan di dinya manggungna hayam teh, matak di namian Manggung Jaya, sapertos Rawa Gempol kumargi kawitna seueur rawa, teu benteun ti nami Karawang atanapi Ka Rawa an margi di daerah ieu seueur na Rawa hungkul, matak di janteunkeun nami lembur, sapertos Desa Sumurgede, pan kawitna di dinya aya cai nyusu (mata air) anu teu pernah saat najan usum halodo, di garali ku warga salembur liangna janteun ageung matak disebat Sumur Gede pan ayeuna janten nami lembur Desa Sumur Gede” (disitulah ayam (Ciparage) asal mulanya ada, makanya di sebut Manggung Jaya (nama desa) seperti Rawa Gempol karena awalnya banyak rawa-rawa, tidak jauh beda dengan Karawang atau rawa-rawa karena di daerah ini banyak rawa, oleh sebab itu dijadikan nama kampung seperti Desa Sumurgede, kan awalnya disitulah adanya sumber mata air yang tidak pernah kering walaupun musim kemarau, yang digali oleh warga kampung makanya disebut Sumur Gede).

Banyaknya penamaan daerah yang diambil dari kejadian di masa lalu merupakan sebuah tradisi masyarakat yang menamai tempat atau wilayah pada masa itu sesuai dengan kejadian yang sesungguhnya, lalu bagaimana dengan desa Ciparage sendiri ? “Ciparage teh kawitna tina nami walungan nyaeta ci (cai) parage tina parigi nyaeta cai mulang, pami hujan Cai na Malik ti Girang kahilir matak disebat Desa Ciparage”, (Ciparage asalnya dari nama sungai yaitu “Cai” (air) Parage dari kata “Parigi” yaitu air yang mengalir kembali, kalau musim hujan air tersebut mengalir kembali ke dataran tinggi, makanya disebut Ciparage.

Fenomena alam tersebut secara logika (akal sehat) bisa terjadi dikarenakan faktor pasang surut air laut, mengingat daerah Ciparage berdekatan dengan sungai yang mengalir ke laut, saat terjadi hujan deras pasang air laut menahan arus sungai, karena memang lokasi yang sudah sangat berdekatan dengan pesisir laut, dengan demikian penamaan daerah Ciparage sesuai dengan fenomena alam yang terjadi dan penamaan daerah tersebut sudah ada sebelum pemekaran di Kabupaten Karawang.

Silangan Ayam Kampung dengan Ayam Pakistan, Turki (Jenis Asell) Pendapat tersebut merujuk ketika datangnya bangsa asing yang melakukan kerjasama dagang dan penyebaran agama di wilayah Jawa Barat khususnya di Kabupaten Karawang (1.400 M) serta banyaknya negara lain dari berbagai penjuru dunia yang melakukan misinya ke nusantara, sejarah menulis Sunda Land sudah ada dan cukup terkenal sejak ribuan tahun yang lalu, karena kekayaan alamnya yang subur makmur serta keindahan alamnya yang menarik perhatian bangsa dari luar manca negara untuk datang berdagang bahkan menetap, kaitannya dengan hal tersebut bahwa Ayam Ciparage adalah silangan ayam hutan dengan ayam kampung dan ayam dari luar negeri sehingga menjadi ayam Ciparage seperti sekarang ini, proses persilangan langsung atau tidak langsung bisa terjadi jika proses pemuliaan ayam sudah ada sejak lama, mungkin tidak berbeda seperti sekarang dimana para penggemar ayam tangkas banyak yang menyilangkan berbagai jenis spesies ayam untuk menghasilkan spesies ayam yang baru dengan harapan menghasilkan ayam yang lebih baik dari ayam sebelumnya, hal ini sangat mungkin terjadi karena tradisi pemeliharaan dan sabung ayam sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu di negeri kita ini.

Silangan Ayam Hutan, Cangehgar Sunda dan Ayam Hutan Sumatera Sering Dikaitkan dengan Ayam Ciparage?

Menurut ahli sejarah, tercatat bahwa Pulau Jawa dan Sumatera baru berpisah daratan tahun 1883 saat Gunung Krakatau meletus, pada tahun tersebut Belanda masih ada di Indonesia, artinya Pulau Jawa dan Sumatera sebelum tahun 1883 masih ada daratan terbentang bahkan sebelum ada Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, kedua pulau itu disebut dataran selat sunda, sementara Lampung baru berdiri pada Tanggal 13 Februari Tahun 1964 dan pulau-pulau di Sumatera mulai berdiri tahun 1956, tidak menutup kemungkinan jika di masa lampau terjadi persilangan ayam-ayam tersebut dengan berbagai ras. Para sejarawan menulis bahwa Nusantara terbentuk dari dua ujung super Benua Pangaea di Era Mesozoikum (250 juta tahun yang lalu), namun bagian dari lempeng benua yang berbeda. Dua bagian ini bergerak mendekat akibat pergerakan lempengnya, sehingga di saat Zaman Es terakhir telah terbentuk selat besar di Antara Paparan Sunda di barat dan Paparan Sahul di timur yang kemudian disebut Pulau Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya mengisi ruang di antara dua bagian benua yang berseberangan. Kepulauan Antara ini oleh para ahli biologi sekarang disebut sebagai Wallacea, suatu kawasan yang memiliki distribusi fauna yang unik. Situasi geologi dan geografi ini berimplikasi pada aspek topografi, iklim, kesuburan tanah, sebaran makhluk hidup (khususnya tumbuhan dan hewan), serta migrasi manusia di wilayah ini. Pada bagian ini penulis berpendapat bahwa bisa saja terjadi cikal bakal Ayam Ciparage jika Ayam Hutan Sumatera, Ayam Kampung dan Cangehgar Hayam Leweung (Ayam Hutan) menjadi ayam yang pernah ada di masa itu, walaupun Black Sumatera tersebut masih banyak perbincangan keaslian ayam hutan yang berasal dari daerah tersebut, ada yang mengatakan Hybrid, ada juga yang mengatakan Ayam Selasih, Taduang, Manuk Kumbang, bahkan ada yang berasumsi masih keturunan ayam hutan merah yang memang membutuhkan pengkajian lebih lanjut. Kembali ke pokok bahasan, jika Ayam Ciparage memiliki keterkaitan dengan Black Sumatera, mungkin ini hanya sebagian asumsi teori, tapi fakta sejarah membuktikan bahwa semua ayam tersebut memang ada di Indonesia, ini tidak menutup kemungkinan terjadi, karena setiap orang bebas dalam berpendapat sesuai dengan disiplin ilmu dan bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah serta memiliki tujuan yang jelas, dalam hal ini jika berbagai pertanyaan bisa diteliti lebih mendalam kemudian dilakukan penelusuran secara obyektif, maka setiap pertanyaan tersebut akan menghasilkan jawaban yang lebih objektif.

Ayam Ciparage “Antara Punah dan Langka” Sebelum menjelaskan lebih jauh tentang Ayam Ciparage, kami memberikan pertanyaan, apa keingintahuan pembaca terhadap ayam ciparage? karena sudah di anggap punahkah atau karena meyakini masih ada? Dianggap punah, dengan jawaban tersebut jenis ayam ini langsung punah di permukaan bumi dengan semua penyebarannya, apabila pembaca mengatakan sudah punah, berarti pembaca mengetahui ciri-ciri mendetail saat ayam ini masih ada. Sebagai contoh misal ikan koi di klaim punah, kita mengetahui sperti apa perbedaan ikan koi dengan ikan mas, apa anda tahu ikan koi saat dikatakan punah? apa anda memang mengetahui ikan koi dari sebelum punah? Ini hanya sebagai contoh sederhana, sebagai perbandingan dengan Ayam Ciparage jika memang diklaim sudah punah. Jika sebagian dari pembaca baru mengetahui adanya jenis Ayam Ciparage setelah dikatakan punah itu artinya ketika Ayam Ciparage belum dikatakan punahpun anda sendiri tidak tahu akan keberadaannya. Pernah kami bertanya kepada masyarakat setempat (Desa Ciparage) tentang isu kepunahan Ayam Ciparage tersebut, yaitu karena penyebaran dan populasinya sudah tidak diketahui lagi, dalam hal ini kami kembalikan kepada pembaca, penulis sudah memiliki Ayam Ciparage sejak lama jauh sebelum dikatakan punah, “Si Merak” salah satu ayam Ciparage yang sudah dimiliki penulis sejak masih duduk di bangku SD, Jika anda berkunjung ke daerah-daerah di wanayasa mengunjungi penghobi ayam tangkas, mereka malah tidak tahu jika Ayam Ciparage yang mereka pelihara sudah ada dalam daftar ras ayam yang sudah punah.

Meyakini Ayam Ciparage Masih Ada Karena memang demikian adanya di wanayasa bukan hanya tim Ayam Tangkas Wanayasa yang memiliki Ayam Ciparage, ada juga beberapa penghobi yang memelihara Ayam Ciparage di daerah kami. Ayam Ciparage bukan hal yang tabu di satu kelaskan dengan Ayam Bangkok atau jenis ayam tangkas lainnya, jika pembaca mengetahui ciri-ciri Ayam Ciparage bukan kebetulan jika anda melihatnya di halaman rumah warga setempat, hal tersebut dikarenakan Ayam Ciparage ini memang masih ada, tim kami ingin membuktikan bahwa ayam tersebut di tempat kelahirannya memang masih ada, karena itu penulis melakukan penelusuran langsung ke lokasi (Desa Ciparage). Kami menyimpulkan bahwa keberadaan Ayam Ciparage memang boleh dibenarkan, hal ini yang menjadi alasan bahwa Ayam ciparage sudah di anggap punah bahkan sering kali dihubungkan dengan mitos, karena itu ayam jenis ini terkesan sulit untuk didapatkan, dengan catatan jika anda langsung mencarinya ke Desa Ciparage, namun lain halnya jika anda datang ke Wanayasa 90% penghobi ayam tangkas di tempat kami mengetahui jenis Ayam Ciparage. Penelusuran yang kami lakukan hanya untuk pembuktian keberadaan ayam tersebut di tempat kelahirannya, jika kami mencari Ayam Ciparage saja mungkin tidak perlu jauh-jauh tim kami datang ke Desa Ciparage, karena di tempat kamipun sudah banyak yang memelihara, namun ada kepuasan tersendiri saat tim kami bisa membuktikan keberadaan Ayam Ciparage langsung dari tanah kelahirannya di Desa Ciparage Kabupaten Karawang.

Bentuk Fisik dan Ciri Ayam Ciparage Pada bagian ini para pembaca mungkin sudah dapat menyimpulkan bahkan mendapatkan pandangan tentang ciri Ayam Ciparage seperti bahasan sebelumnya, tapi penulis akan menjelaskannya ciri-ciri fisik dengan beberapa bagian, sebelumnya penulis memberikan sedikit penjelasan untuk lebih memahami karakteristik dari ras atau jenis ayam dengan ciri-ciri tertentu, berikut ini kami berikan beberapa nama-nama ayam yang cukup popular di kalangan para pecinta ayam tangkas, yaitu ; Ayam Bangkok, Ayam Birma, Ayam Vietnam, Ayam Saigon Gundul, Ayam Brazil. Bagaimana kita bisa mengatakan ayam yang kita pelihara adalah Ayam Bangkok, Ayam Birma, Ayam Vietnam, Ayma Saigon, Ayam Brazil ?, atas dasar apa nama-nama tersebut ?, apakah benar ada ciri-ciri yang membedakan ?, sebagai contoh Ayam Bangkok, disebut Ayam Bangkok apa kita membelinya langsung dari Bangkok ?, ciri Ayam Bangkok memiliki tulangan yang kokoh memiliki warna merah hitam wiring kuning, Ayam Bangkok rata-rata berukuran 6-9, jika ini adalah yang menjadi dasar karakteristik ayam Bangkok, apa yang membedakannya dengan jenis ayam lainnya ? jika tulangan menjadi sebuah ciri khusus, sekarang hampir semua jenis Ayam Tangkas memiliki tulangan yang kokoh, dan jika bulu menjadi patokan, maka itu juga sama tidak menjadi patokan khusus karena hampir semua jenis ayam yang disebutkan di atas memiliki warna seperti itu, jika ayam Birma, Vietnam, Saigon, Brazil memiliki ciri warna seperti pada ayam Bangkok, apa bisa di kategorikan sebagai ayam Bangkok?, pada dasarnya semua ayam memiliki kesamaan jika kita menyebutkan satu jenis yang berbeda dan kita bandingkan dengan jenis lainnya maka akan anda ketahui sendiri persamaan dan perbedaannya dari bentuk fisik. Warna Bulu, semua jenis warna bulu bisa dimiliki oleh hampir semua ayam, tetapi bagaimanakah kita mengatakan bahwa itu adalah sebuah ciri yang membedakan dengan jenis lainnya? Ukuran, ini juga sama hampir semua jenis ayam bisa memiliki ukuran yang sama meskipun jenis ayam sangat berbeda, jika anda mengatakan Birma berukuran 5-6, bukankah bangkok juga ada dengan ukuran itu, ini juga kembali kepada kita bagaimana kita bisa mengatakan ukuran menjadi salah satu ciri khusus (spesifik). Bentuk Kepala, anda mungkin pernah menemukan ayam bangkok dengan bentuk kepala rupa ayam kampung, bahkan ada Ayam Bangkok yang memiliki jengger seperti Ayam Pelung. Jika ada Saigon gundul, lalu bagaimana dengan ayam kampung yang sudah gundul sejak lahir ?, jika gundul jadi sebuah ciri khusus bagaimana dengan ayam bali ?, bagaimana dengan ayam bangkok yang menetas gudul sedangkan dari indukan yang tidak gundul apa itu jadi ciri Ayam Saigon ?. Kaki, jika bentuk kaki dan sisik menjadi sebuah ciri khusus, saya kira semua jenis sisik hampir bisa dimiliki jenis ayam yang lainnya, sisik kering sisik basah yang bisa dirincikan lagi setiap nama dan jenisnya, lalu bagaimana jika bentuk kaki harus jadi ciri khas dari jenis tertentu ? Ekor, sebutkan satu jenis ekor yang tidak dimiliki jenis Ayam Tangkas yang lainnya? jawabanya tidak ada. Meski dengan jenis yang berbeda, secara umum ayam memiliki bentuk ekor yang sama dengan jenis ayam lainnya, lalu bagaimana jika ini dijadikan ciri untuk membedakan jenis ayam satu dengan ayam lainnya ? Gaya Tarung, teknik gaya tarung yang hanya bisa dimiliki satu jenis ayam dan tidak dimiliki jenis lain itu juga tidak ada, yang ada satu jenis ayam bisa memiliki teknik tarung yang berbeda-beda, artinya tidak ada gaya tarung khusus untuk setiap ayam. Nyilem, Bongkar, Kontrol, Ngalung, Macul, Tehnik Lari, Atret, Meranggal, Pukul Bebas, Dorong, hampir setiap jenis ayam yang berbeda bisa memiliki gaya tarung ini, lalu bagaimana jika kita menjadikan ini sebagai patokan untuk membedakan dengan jenis lain, lalu apakah ayam yang kita pelihara sudah benar-benar yakin dengan jenis ayam yang kita pelihara? Inilah yang kami maksud, dengan berbagai pertanyaan, disini penulis mengajak supaya melihat lebih luas tentang perbedaan dan persamaan dari setiap jenis ayam, mungkin anda juga bertanya-tanya apakah ayam yang kami temukan asli Ciparage? apa cirinya apa asli?, Asli Bangkok, Asli Birma, Asli Vietnam, Asli Brazil, Asli Saigon, Apa Ori? Ia Ori! Ori adalah satu jenis ayam original yang belum disilang dengan jenis ayam lainnya, lalu bagaimana ayam tersebut bisa dikategorikan Ori jika ayam tersebut hasil dari persilangan ?, semua ayam yang disebutkan di atas adalah ayam silangan dari satu jenis dengan jenis lainnya, kita bisa mencari tahu sejak kapan jenis-jenis ayam tersebut pertama kali muncul dan diberi nama seperti di atas. Untuk lebih memahaminya kami analogikan anda memiliki ayam asli dari Vietnam dan orang lain mengatakan ayam tersebut Birma, siapa yang lebih mengetahui disni ?, semua jenis ayam memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing karena itu kami meyebutnya “Ayam Tangkas” karena semua jenis ayam bisa masuk dengan nama Ayam Tangkas tidak di dasarkan satu jenis saja, dari situ kami menyebut semua jenis ayam yang berbeda-beda dengan sebutan yang sama. Lalu bagaimana dengan Ayam Ciparage?, secara tidak langsung andapun mulai memahami darimana ciri Ayam Ciparage bisa muncul, secara umum penulis menjabarkan ciri Ayam Ciparage tidak berbeda dengan ayam lainnya. Ayam Ciparage yang kami jelaskan disini adalah Ayam dari desa Ciparage berukuran kecil dan memiliki karakter dan bentuk fisik yang sesuai dengan penjelasan yang pernah memiliki Ayam tersebut, penulis akan memberikan penjelasan yang mendasar dari Ayam Ciparage, tapi sebelumnya perlu diketahui bahwa Ayam Ciparage yang sering anda lihat di berbagai media (blog, majalah, google, media sosial) yang berwarna hitam gesin itu adalah foto milik Ayam Tangkas Wanayasa, tidak diketahui siapa yang pertama menggunggahnya dalam sebuah blog dengan infromasi yang sangat minim dan bisa menjadi keliru, ayam tersebut dijual tahun 2011 dan ayam tersebut lahir dari pejantan berwarna merah, seperti yang sudah penulis jelaskan di atas bahwa tidak ada ciri yang lebih spesifik yang diketahui kemudian dijadikan patokan dalam mengklaim penamaan ayam itu asli atau tidak, berikut ini kami jelaskan spesifikasi dari Ayam Ciparage yang kami temukan. A. Warna Bulu Ayam ciparage secara fisik memiliki ukuran lebih kecil di banding Ayam tangkas yang lain dengan bobot 2-2,5 Kg meski demikian bobot dan ukuran bisa dirubah jika sudah di ternakan, penulis pernah mencoba dengan perawatan extra dengan pemberian nutrisi dan vitamin yang ditambahkan dengan perawatan maksimal hingga ukuran dewasa mencapai bobot 2,7 - 3 kg. Ayam Ciparage memiliki warna bulu hitam gesin, jalak, dan merah. Penulis hanya menjelaskan sesuai dengan informasi yang diketahui dari berbagai sumber, juga sebagian ayam yang pernah dimiliki, atau kebanyak ayam Ciparage memiliki warna merah, hitam gesin dan jalak, jika kita mengkaji lebih dalam ketiga warna ini adalah warna komplek dimana setiap hasil perkawinan bisa mengasilkan warna yang lain (gen resesif) yang dimiliki unggas. GEN adalah unit pewarisan sifat bagi organisme hidup. Bentuk fisiknya terdiri dari urutan DNA yang menyandi suatu protein, polipeptida, atau seuntai RNA yang memiliki fungsi bagi organisme tersebut. Batasan modern gen adalah suatu lokasi tertentu pada genom yang berhubungan dengan pewarisan sifat dan dapat dihubungkan dengan fungsi sebagai regulator (pengendali), sasaran transkripsi, atau peran-peran fungsional lainnya. Gen resesif adalah gen yang lemah, yang tidak menonjolkan cirinya atau tidak menurunkan gennya jika bertemu dengan gen dominan, ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya warna lain atau bentuk dan rupa yang sedikit berbeda meskipun dari perkawinan sejenis, karena itu tampilan luar kadang ada sedikit perbedaan, dalam peternakan ayam tangkas tidak lepas dari kegiatan penyortiran, penyortiran ini biasa dilakuan dengan cara mengamati ciri tersendiri dan bentuk fisiknya, jika bentuk fisik tidak memenuhi kriteria terkadang disebut AFKIR, meski demikian darah dari ayam tersebut tidak afkir, kategori afkir bisa terjadi karena satu tujuan pengembangan bentuk, rupa hingga pola ayam tsb, tidak lepas dari itu ayam yg penulis afkir tentu saja memiliki darah yg sama baiknya (tidak afkir). Faktor pemuliaan, perawatan, asupan vitamin, nutrisi, kondisi lingkungan disekitar kandang, bisa mempengaruhi dan memiliki peran penting dalam suatu pengembangan.

B. Bentuk dan bagian kepala Ayam Ciparage Bentuk kepala ayam ciparage lebih kecil dari ayam bangkok tetapi memiliki sambungan yang rapat, ada satu hal yang tidak pernah kami temukan di jengger ayam ciparage, yaitu tidak memiliki jengger lamba atau lembe, tapi cenderung memiliki jengger kecil kembang, juga tidak ditemukan ayam ciparage dengan jengger dengdek (miring/terkulai menutupi sebagian daerah muka). Ayam ciparage memiliki warna mata yang jernih, ada juga dengan pelipis kedung. Pernah ditemukan ayam ciparage dengan mata kristal atau biasa disebut mata putih.

C. Bentuk dan ciri pada kaki Ayam Ciparage Bentuk kaki Ayam Ciparage berbentuk bulat rotan atau semi bulat, kaki kecil namun memiliki pijakan yang kokoh ,memiliki taji/Jalu runcing besar dan tajam secara alami, perbedaan dengan kaki ayam kampung antara lain sisik kaki ayam ciparage memiliki uratan-uratan yang jelas disetiap susunannya, dengan kulit dibagian sisi jari dan telapak terlihat seperti pori-pori yang kasar, para penghobi ayam ciparage kebanyakan mencari jalu yg keluar searah dengan jari belakang, karena jalu dengan cirri tersebut konon memiliki permainan jalu yang lebih ampuh.

D. Fisik dan pola Ayam Ciparage secara umum Ayam ciparage meski berukuran kecil bahkan seperti ayam kampung, tapi apabila dicermati memiliki kerapatan tulang yg berbeda dengan ayam kampung. Memilik bulu yang tebal dan lebih kuat, tidak mudah patah/rontok, dengan ekor lebat saat usia dewasa atau papak bulu ayam ciparage tidak memiliki ekor lurus namun cenderung melengkung. Ayam ciparage memiliki mental dan stamina yang lebih baik dibanding ayam kampung, pola agresif, cepat, pijakan dan lontaran sangat kokoh, tidak menjaga jarak saat bertarung tapi lebih sering menyerang dan mencari sasaran pukulan, ini sebagian gambaran umum, untuk tehnik mendasar tentu saja berbeda nyayap, nyilem, macul, nengkep, bongkar, ngalung, ngunci, ngonde, dorong, dimiliki oleh ayam ciparage. Meski setiap ayam ciparage memiliki tehnik yg berbeda-beda, pada dasarnya ayam ciparage adalah AYAM TAJI yang memang benar-benar cenderung menggunakan tajinya setiap kali memukul lawan.

E. Gaya Tarung Pada bagian ini, kami akan mengulas tentang spesifikasi gaya bertarung Ayam Ciparage yang pernah kami uji coba dengan ayam adu lainnya, berdasarkan informasi yang kami terima dari orang-orang yang memang sudah berpengalaman dengan karakteristik pertarungan ayam, Ayam Ciparage dalam perawatannya berbeda dengan ayam Bangkok atau ayam-ayam lainnya, karena mayoritas orang hanya berasumsi saja. Salah seorang pecinta Ayam Tangkas yang keberadaannya di Desa Pamengpeuk Kecamatan Wanayasa Purwakarta, dia mengklaim bahwa Ayam Ciparage yang dimilikinya bisa mengalahkan Ayam Vietnam yang berukuran jumbo, jari belakangnya bisa patah tertusuk jalu (taji), ini fenomena yang terjadi bahwa Ayam Ciparage yang ukurannya kecil bisa mengalahkan ayam yang ukurannya lebih besar. Pengalaman penulis sendiri tentang Ayam Ciparage ini “Rangger” (sebutan Ayam berdarah Ciparage yang kami pelihara) ketika berusia muda pernah diadu dengan ayam import yang tidak diketahui jenis ayamnya, ayam import ini dari segi fisik tegak hampir berdiri dengan kulit muka seperti kulit jeruk dengan ukuran lebih besar dari Ayam Ciparage yang kami miliki, kedua ayam tersebut kami uji coba untuk mengetahui gaya bertarung dari kedua ayam tersebut, sepintas cara bertarung ayam Ciparage sangat berbeda dengan kebanyakan ayam-ayam tangkas lainnya, satu kali patukan bisa 7 sampai 9 kali pukulan, jalu (taji) menghantam bagian sela sayap dan dada lawan. Ada pengalaman menarik dari penulis, dari gaya bertarung antara Ayam Ciparage dan ayam adu lainnya, “Rangger” (sebutan ayam Ciparage yang kami miliki) bertarung dengan lawannya (Contra) kedua ayam tersebut bertarung sangat cepat mengeluarkan pukulannya, seketika itu Ayam ciparage terlempar ke dinding batas, hal ini sangat wajar mengingat bentuk fisik ayam ciparage lebih kecil dari ayam lawannya (Contra), sambil menghindari pukulan dan mengumpulkan tenaga si Rangger dipukuli secara bertubi-tubi, tapi ayam tersebut masih tetap tegak berdiri, selang beberapa menit, pertarungan kedua ayam tersebut semakin sengit, si Contra ayam yang tahan dengan puluhan tusukan jalu Ayam Ciparage masih kuat padahal kondisi kepala sudah terlihat berdarah, taji urat syarafnyapun sudah terlihat memerah, Ayam Ciparage yang super jalunya terus di arahkan kesetiap bagian vital lawannya, padahal punggung si Contra sampai ke paha sudah terkena jalu bertubi-tubi, tak mau kalah, si Contra menghantamkan pukulannya ke Ayam Ciparage, hingga pertengahan airan ke 3 ayam masih saling membalas pukulan, jalu Ciparage sudah brlumur darah, tapi si Contra masih berdiri kokoh sperti robot. Diselang beberapa menit kemudian, Ayam Ciparage menghantamkan pukulannya ke arah lawan, terlihat seperti memaksakan jalu ciparage masuk ke sikut kaki belakang sambungan antara tulang paha dan kaki lawan, setengah jalu tertancap patah, si Contra pun roboh, meski sudah terjatuh ayam si Contra masih terus melawan, Ayam Ciparage pun mulai memukul kembali bertubi-tubi ke arah kepala dengan mudah. Pertarungan berjalan cukup lama, dan akhirnya kami memutuskan untuk menghentikan pertarungan tersebut. Keesokan harinya ayam si Contra mati, hal tersebut kemungkinan besar pengaruh dari serangan taji dari Ayam Ciparage yang terus menghantamnya bertubi-tubi. Dari hasil uji coba pertarungan antara Ayam Ciparage dan ayam lainnya bisa di ambil kesimpulan bahwa pada dasarnya dari gaya bertarung ayam hanya ada 2 kategori yaitu yang mengandalkan pukulan dan jalu (taji), dari segi fisik bukan berarti Ayam Ciparage bebas bertarung dengan ukuran apa saja, tentunya prediksi tersebut sangat tidak relevan dengan bentuk fisik ayam pada umumnya yang tidak seimbang. Dari segi gaya bertarung Ayam Ciparage memiliki kecepatan jalu yang mematikan, pukulan-pukulan yang cepat menghantam lawan yang tidak berdaya membuktikan bahwa Ayam Ciparage merupakan ayam adu yang layak dikategorikan sebagai ayam adu yang berpotensial, tapi kita juga perlu memperhatikan apa saja kelemahan dari ayam yang kita rawat, karena memlihara Ayam Ciparage tentunya berbeda, ada yang di rawat layakny ayam Bangkok, ada juga yang dirawat umbar seperti ayam kampung di lepas bebas. Dari segi taji, ada perbedaan antara Ayam Ciparage dulu dan sekarang, dulu Ayam Ciparage kalau di abur di kebun pisang terus taji tersebut menghantam pohon pisang maka pohon pisang tersebut esok harinya mati dan kering, tapi untuk yang sekarang jarang di temukan.

F. Bentuk Fisik Ada perbedaan yang mendasar antara Ayam Ciparage dengan ayam adu lainnya, baik dari segi bentuk fisik, warna bulu dan lainnya. Berdasakan hasil temuan kami di Desa Ciparage Kabupaten Karawang, kami menyimpulkan bahwa Ayam Ciparage memiliki corak warna yang tidak terikat oleh satu warna, hal ini kemungkinan besar karena faktor gen yang secara alami, artinya Ayam Ciparage melakukan kawin persilangan dengan jenis ayam kampung lainnya yang berbeda jenis, tapi pada umumnya bulu berwarna merah hitam, gesin dan jalak. Sedangkan dari segi bentuk ukuran fisik, Ayam Ciparage memiliki bulu tebal seperti Ayam Bangkok, berbulu seperti ayam kampung, berukuran 4-6 (2 sampai 2,5 kg), pernah juga ditemukan ukuran dibawah 4, sisik kaki rata-rata berbentuk bulat rotan dengan ciri uratan yg berbeda dengan ayam kampung, bentuk badan kokoh, tulangan tidak terlalu tebal tapi rapat. Sedangkan cara bertarung jenis ayam Ciparage ini lebih agresif, lincah, cenderung menyerang lawan secara bertubi-tubi, dan mengandalkan taji, ayam ciparage identik dengan ayam taji, yaitu kemampuan bertarung lebih mengandalkan taji (jalu).