Divisi Regional I Sumatra Utara dan Aceh

Daerah Operasi Kereta Api di Indonesia

Templat:Infobox DAOP Divisi Regional I Sumatera Utara dan Aceh (Divre I) adalah Divre KAI dengan wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara yang dipimpin oleh seorang Kepala Divisi Regional (Kadivre) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direksi PT Kereta Api Indonesia.

Gambaran Umum

Sejarah

Pembangunan jaringan Kereta Api di tanah Deli merupakan inisiatif J. T. Cremer yakni manajer perusahaan Deli (Deli Matschappij) yang menganjurkan agar jaringan Kereta Api di Deli sesegera mungkin dapat dibangun dan direalisasikan mengingat pesatnya perkembangan perusahaan perkebunan Deli. Dia juga telah menganjurkan pembukaan jalan yang menghubungkan antara Medan-Berastagi dengan fasilitas hotel seperti hotel grand Berastagi dan Bukit Kubu sekarang sebagai tempat peristirahatan pengusaha perkebunan. Pembangunan jaringan Kereta Api ini dimungkinkan oleh pemberlakuan UU Agraria Tahun 1870 dimana penguasa kolonial Belanda dimungkinkan untuk menyewa tanah dalam waktu relatif lama yang tidak saja diprioritaskan bagi sektor perkebunan. Disamping itu, berkembangnya Belawan sebagai bandar kapal ekspor hasil perkebunan ke Eropa telah pula mendorong laju percepatan pembangunan jaringan Kereta Api yang menghubungkan daerah-daerah perkebunan di Sumatra Timur. Kecuali itu, jalur transportasi sungai dinilai cukup lambat dalam proses angkutan hasil produksi perkebunan menuju Belawan.

Berdasarkan surat Keputusan Gubernur Jenderal Belanda maka pada tanggal 23 Januari 1883, permohonan konsesi dari pemerintah Belanda untuk pembangunan jaringan kereta api yang menghubungkan Belawan-Medan-Delitua-Timbang Langkat (Binjai) direalisasikan. Pada bulan Juni 1883, izin konsesi tersebut dipindahtangankan pengerjaannya dari Deli Matschappij kepada Deli Spoorweg Matschappij (DSM). Pada tahun itu pula, presiden komisaris DSM, Peter Wilhem Janssen merealisaikan pembangunan rel kereta api pertama sekali di Sumatra Timur yang menghubungkan Medan-Labuhan yang diresmikan penggunaanya pada tanggal 25 Juli 1886.

Perkembangan jaringan kereta api cukup signifikan sejalan dengan ekspansi pengusaha perkebunan ke beberapa kawasan di Sumatra Timur. Pada tahun 1888 kawasan-kawasan seperti Belawan, Deli dan Binjai telah dapat dilalui oleh kereta api. Pembangunan jaringan kereta Api Labuhan-Belawan tercatat pula Tjong A Fie-milyalder Kota Medan-sebagai donatur. Demikian pula sejak tahun 1902, pembangunan kereta api dilanjutkan dengan menghubungkan antara Lubuk Pakam-Bangun Purba yang dapat digunakan pada tahun 1904. Selanjutnya, pada tahun 1916 dibangun jaringan Kereta Api yang menghubungkan Medan-Siantar yang menjadi pusat perkebunan Teh. Pada tahun 1929-1937 turut pula dibangun jaringan Kereta Api yang menghubungkan Kisaran-Rantau Prapat.

Rencana pemerintah kolonial ialah menjadikan Sumatera Timur sebagai pusat perkebunan di Sumatera dan Belawan adalah pelabuhan Internasional ekspor dan import hasil perkebunan. Sejalan dengan rencana itu, pengusaha Kerata Api Deli (DSM) berencana untuk menghubungkan jaringan kereta api Deli di Sumatra Timur dengan Kereta Api milik negara di Aceh (Atjeh Staatspoor) dengan jaringan Kereta Api Sumatra Barat. Dalam studi kelayakan yang dilakukan oleh DSM, direncanakan akan membangun jaringan kereta api Lubuk Linggau-Kota Pinang sesuai usulan Ligveot dan van Zuylen menjadi lintas kereta api lintas Sumatra. Rencana tersebut diusulkan pada tahun 1909 sehingga Belawan dapat dihubungkan dengan Palembang sejauh 1400 Km. Oleh karena itu, pembangunan jaringan kereta api di Sumatera Barat dilakukan dengan terlebih dahulu membangun rel yang menghubungkan lintas Taluk-Teluk Bayur (273 Km), lintas Taluk-Tembilahan (212 Km) dan lintas Taluk-Pekan Baru (155 Km). Bila dicermati, pengusaha dan penguasa kolonial telah merencanakan jaringan kereta api Trans Sumatra yang menhubungkan kota-kota di Sumatra, mulai dari Aceh hingga Palembang. Sumatra Timur (Medan) direncanakan sebagai Pusat perkebunan dan Belawan menjadi Pelabuhan Internasional eksport dan import.

Hingga pada tahun 1940, pengusaha Kereta Api Deli (DSM) telah membangun jaringan kereta api di Sumatera Timur sepanjang 553.223 Km.

Karyawan yang dipekerjakan pada perusahaan DSM adalah orang Eropa, Asia dan Inlanders. Pada tahun 1915, tercatat bahwa jumlah karyawan Eropa adalah sebanyak 198 orang sedang dari Inlanders berjumlah 2.285 orang. Umumnya, orang Inlanders ditempatkan pada posisi pekerjaan yang kurang membutuhkan keterampilan. Selanjutnya, pada tahun 1920, jumlah karyawan orang Eropa menjadi 250 orang sedangkan inlanders sebanyak 3.704 orang. Jumlah tersebut belum dihitung pemegang saham yang berkedudukan di Amsterdam. Hingga pada tahun 1939, perusahaan DSM telah memiliki struktur organisasi yang jelas yang berkedudukan di Medan dan Amsterdam. Struktur organisasi dimaksud terdiri dari i) dewan komisaris, 2) direktur, 3) sekretaris, 4) komisi wilayah Medan dan 5) administratur Medan. Tercatat pula, salah seorang Dewan Komisi Wilayah Medan pernah dipegang oleh orang Indonesia yakni Djaidin Purba yang juga pernah menjabat sebagai Walikota Medan.

Apabila memperhatikan pembangunan jaringan Kereta Api di Sumatra itu, sebenarnya Medan telah direncanakan menjadi kota berstandar internasional dan Sumatra Utara dibentuk sebagai kawasan (pusat) perkebunan di Indonesia. Hal ini tentu saja didukung oleh pelabunan Belawan yang sudah ramai dikunjungi sebelum kedatangan pengusaha kolonial seperti pada waktu kejayaan Kota Cina, dimana Belawan telah dikenal sebagai Bandar niaga yang super sibuk pada abad 12-13M. Disamping itu, jalur sungai (riverine) yang terdapat di Medan-Sumatra Utara telah menjadi pintu masuk (entrance) menuju Belawan. Tampaknya, pengusaha dan penguasa kolonial di Medan telah mengetahui benar terhadap situasi dan kondisi ini sehingga lebih mudah bagi mereka untuk mengembangkannya.

Namun, upaya untuk menuntaskan jalur Kereta Api Trans Sumatra itu tidak tercapai seiring dengan meningkatnya ketegangan Indonesia dan Belanda pasca tahun 1940. Ironisnya, tidak saja pembangunan jaringan Kereta Api yang terbengkalai, tetapi juga nasib perkebunan mengalami goncangan khususnya setelah takluknya Belanda kepada Jepang yang ditandai oleh turunya sekitar 60.000 pasukan Jepang di Batavia pada tanggal 1 Maret 1942. Sayangnya pula, pemerintah kolonial yang baru itu tidak melanjutkan rencana yang ditetapkan oleh pemerintah kolonial terdahulu. Akibatnya, rencana pembangunan jaringan Kereta Api Trans Sumatra itu hingga kini tidak pernah tercapai.

Pasca Indonesia meredeka dan memasuki awal tahun 1950-an, kabinet pemerintahan Indonesia dibawah kendali Bung Karno melakukan nasionalisasi aset pemerintah kolonial Belanda menjadi milik pemerintah Indonesia. Oleh sebab itu, jaringan Kereta Api Deli (DSM) dirubah menjadi Perjan Kereta Api sebelum akhirnya menjadi PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) Divisi Regional-I Sumut-NAD.

Daftar Jalur-Jalur KA di Sumut dan Aceh

  1. Stasiun Medan (MDN)
  2. Stasiun Medan Pasar (MDP)
  3. Stasiun Bandar Khalipah (BAP)
  4. Stasiun Batang Kuis (BTK)
  5. Stasiun Araskabu (ARB)


  1. Stasiun Araskabu (ARB)
  2. Stasiun Bandara Kuala Namu (KNM)


  1. Stasiun Araskabu (ARB)
  2. Stasiun Lubukpakam (LBP)
  3. Stasiun Perbaungan (PBA)
  4. Stasiun Lidah Tanah (LDT)
  5. Stasiun Teluk Mengkudu (TKD)
  6. Stasiun Rampah (RPH)
  7. Stasiun Bamban (BMB)
  8. Stasiun Tebing-Tinggi(TBI)


  1. Stasiun Tebing-Tinggi(TBI)
  2. Stasiun Paya Pinang(PYP)
  3. Stasiun Bandar Tinggi(BDT)
  4. Stasiun Perlanaan(PLA)
  5. Stasiun Lima Puluh(LMP)
  6. Stasiun Sei Bejangkar(SBJ)
  7. Stasiun Kisaran (KIS)


  1. Stasiun Kisaran (KIS)
  2. Stasiun Santang(SNG)
  3. Stasiun Pulu Raja(PLJ)
  4. Stasiun Aek Loba(AKB)
  5. Stasiun Membang Muda (MBM)
  1. Stasiun Pamingke (PME)
  2. Stasiun Padang Halaban (PHA)
  3. Stasiun Marbau (MBU)
  4. Stasiun Rantau Prapat (RAP)


  1. Stasiun Kisaran(KIS)
  2. Stasiun Tanjung Balai(TNB)


  1. Stasiun Tebing-Tinggi(TBI)
  2. Stasiun Bajalingge (BJL)
  3. Stasiun Dolok Merangir (DMR)
  4. Stasiun Siantar (SIR)


  1. Stasiun Medan (MDN)
  2. Stasiun Pulu Brayan(PUB)
  3. Stasiun Titi Papan(TTP)
  4. Stasiun Labuhan(LBU)
  5. Stasiun Belawan(BLW)


  1. Stasiun Medan(MDN)
  2. Stasiun Binjai (BIJ)


  1. Stasiun Krueng Geukeuh (KRG)
  2. Stasiun Bungkaih (BKH)
  3. Stasiun Krueng Mane (KRM)

Layanan Kereta Api

Berkas:Foto0979.jpg
KA Sribilah memakai CC 201 82 (CC 201 89 10) akan berangkat dari Jalur 3 Stasiun Medan

Kereta Penumpang

Pengangkutan Barang

  • KA minyak bumi (Labuan - Kisaran/Siantar/Rantauprapat)
  • KA Angkutan CPO (Labuan - Bunut / Dolok Ilir)
  • KA Batubara Rangkaian Sedang (KA Babaransed/KA BBS) (Tanjung Balai Baru - Siantar)
  • KA Batubara Belawan (KA BLW) (Tanjung Balai Baru - Belawan)
  • KA Batubara Kontainer Santang (KA STG) (Santang - Belawan)
  • KA Semen Medan berbentuk GGW (KA GGW) (Medan - Belawan)
  • KA Kertas berbentuk ZZOW (KA ZZOW) (Dusun - Siantar)

Dipo Gerbong

  1. Dipo Gerbong Payapinang (PYP)
  2. Dipo Gerbong Tanjungbalai Baru (TNBR)

Alokasi Lokomotif

  • CC201:
  1. CC 201 77 04/CC 201 05 Eks Dipo SDT
  2. CC 201 77 08/CC 201 10 Eks Dipo SDT
  3. CC 201 83 12/CC 201 50 Eks Dipo PWT
  4. CC 201 83 28/CC 201 66 Eks Dipo PWT
  5. CC 201 83 32/CC 201 70 Eks Dipo THB
  6. CC 201 89 04R/CC 201 76R Eks Dipo JNG
  7. CC 201 89 10R/CC 201 82R Eks Dipo JNG
  8. CC 201 92 06/CC 201 96 Eks Dipo BD
  • BB203:
  1. BB 203 78 01/BB 203 02 Eks Dipo KPT
  2. BB 203 78 02/BB 203 05 Eks Dipo KPT
  3. BB 203 78 03/BB 203 06 Eks Dipo KPT
  4. BB 203 78 04/BB 203 08 Eks Dipo KPT
  5. BB 203 78 05/BB 203 10 Eks Dipo KPT
  • BB302
  1. BB 302 70 01/BB 302 01
  2. BB 302 70 02/BB 302 02
  3. BB 302 70 03/BB 302 03
  4. BB 302 70 04/BB 302 04
  5. BB 302 70 05/BB 302 05
  6. BB 302 70 06/BB 302 06
  • BB306
  1. BB 306 84 01/BB 306 01
  2. BB 306 84 02/BB 306 02
  3. BB 306 84 05/BB 306 05
  4. BB 306 84 06/BB 306 06
  5. BB 306 84 16/BB 306 21
  6. BB 306 84 17/BB 306 22
  • BB303
  1. BB 303 73 04/BB 303 10
  2. BB 303 75 01/BB 303 19
  3. BB 303 76 01/BB 303 20
  4. BB 303 78 03/BB 303 24
  5. BB 303 78 05/BB 303 26
  6. BB 303 78 06/BB 303 27
  7. BB 303 78 07/BB 303 33
  8. BB 303 84 01/BB 303 43
  9. BB 303 84 02/BB 303 44
  10. BB 303 84 04/BB 303 47

Referensi

Pranala luar

Templat:Daerah Operasi Kereta Api Indonesia