Ular-lumpur Kapuas
Berkas:Enhydris gyii RBZ holotype.jpg
Ular-lumpur kapuas, Homalophis gyii
foto hidup holotipe (ZFMK 65824)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Subordo:
Famili:
Subfamili:
Genus:
Spesies:
H. gyii
Nama binomial
Homalophis gyii
(Murphy, Voris and Auliya, 2005)
Sinonim
  • Homalophis gyii Murphy, Voris and Auliya, 2005[1]

Ular-lumpur kapuas (Homalophis gyii) adalah sejenis ular dari anak suku Homalopsinae. Ular ini merupakan spesies yang relatif baru dideskripsi dan dipublikasi pada akhir 2005 melalui jurnal ilmiah The Raffles Bulletin of Zoology no 53, Desember 2005.

Dinamai demikian (Inggris: Kapuas mud-snake) karena ular air tersebut sejauh ini hanya ditemukan terbatas di sistem aliran Sungai Kapuas, Kalimantan Barat. Sementara nama epitet-spesifiknya diberikan untuk menghormati mendiang Profesor Ko Ko Gyi; herpetolog dari Burma, yang telah merevisi anak suku Homalopsinae pada tahun 1970.

Pemerian

Berkas:Enhydris gyii RBZ holotype-2.jpg
Perisai temporal (pelipis) berukuran relatif besar-besar

Ular air berukuran sedang. Dari tiga spesimen yang dideskripsi, semuanya berkelamin betina, panjang totalnya bervariasi antara 64 cm hingga 76 cm.[1]

Sisik dorsal (punggung) berkilau seperti pelangi, tersusun dalam 25 deret di tengah badan (27 di atas leher dan 21 di sekitar anus). Warna di punggung kelabu hitam sampai coklat-merah kehitaman. Masing-masing sisik di punggung dengan bagian tengah (pusat) berwarna kemerahan. Sisik ventral dan empat deret terbawah sisik dorsal berwarna merah terang kecoklatan.[1]

Pewarnaan ini mirip dengan pola pewarnaan ular-lumpur sarawak Homalophis doriae yang kelabu gelap di bagian atas (dorsal) dan terang kekuningan, krem atau kemerahan di bagian bawah. Perbedaannya, warna terang ini terdapat di 5 hingga 7 deret terbawah sisik dorsal; sedangkan sisik dorsal itu sendiri berjumlah 29-31 deret di tengah badan. Demikian pula, perisai temporal H. doriae relatif kecil-kecil ukurannya dibandingkan dengan milik H. gyii yang serupa pelat.[1]

Tidak seperti umumnya ular, sisik-sisik bibir atas (supralabial) bagian belakang terbagi menjadi 2-3 susun[1]. Ciri ini juga dimiliki oleh kerabat dekatnya, H. doriae dan Homalophis punctata.

Kebiasaan dan Penyebaran

Tidak banyak yang diketahui mengenai peri kehidupan ular ini, selain bahwa ia hidup pada habitat riparian (dataran banjir di sekitar aliran sungai). Sampai dengan saat ini belum banyak spesimen yang tertangkap atau teramati, sehingga informasi mengenainya masih sangat minim.[1][2]

Sebetulnya spesimen pertama yang terkoleksi dari jenis ini telah berumur lebih dari seabad (tertangkap pada 1897 di aliran S. Kapuas, Kalbar, tanpa lokasi spesifik). Akan tetapi ia tidak dikenali sebagai jenis baru hingga belakangan ini. Pada 1996, Mark Auliya, seorang herpetolog muda dari Jerman, berhasil menangkap dua spesimen lagi dari lokasi yang berbeda di sekitar aliran Kapuas dekat kota Putussibau. Hingga 2003, ketiganya masih dianggap dan dicatat sebagai Homalophis doriae; sebelum pada akhirnya ditelaah ulang dan ditetapkan sebagai spesies baru.[1]

Hingga saat ini H. gyii masih dianggap jenis endemik Kalimantan, khususnya aliran Sungai Kapuas, Kalimantan Barat[2]. Namun ada pula peneliti yang memperkirakan kemungkinan ditemukannya ular lumpur ini di Sumatra, mengingat pada kala Pleistosen terdapat hubungan yang cukup lama antara sistem sungai di Kalimantan bagian barat dengan sistem sungai di Sumatra tengah. Pada kala ini, permukaan air laut menurun begitu rendah sehingga tercipta hubungan darat antara Sumatra, Semenanjung Malaya dan Kalimantan.[1]

Keistimewaan

Satu keistimewaan yang unik dan langka dari ular ini adalah kemampuannya untuk bertukar warna. Mark Auliya, si kolektor, menceritakan: "Saat saya meletakkan ular tersebut dalam wadah berwarna gelap dia masih berwarna coklat kemerahan... Ketika saya mengambil ular tersebut beberapa menit kemudian, ular itu telah berubah warna hampir menjadi putih sepenuhnya".[1]

Kemampuan berganti warna sebetulnya bukan hal yang aneh bagi sebagian amfibia dan reptil. Beberapa jenis kodok, cecak, dan terutama bunglon dan chamaeleon dapat mengubah warna kulitnya. Pada beberapa jenis hewan, perubahan warna itu relatif lambat dan sederhana; menjadi lebih pucat atau sekedar lebih gelap warnanya. Akan tetapi pada chamaeleon (bunglon Madagaskar), perubahan itu berlangsung cepat dan drastis hingga bertukar warna.

Akan tetapi kemampuan ini langka dijumpai pada ular. Dan ular-lumpur kapuas ini memperlihatkan kemampuan yang umumnya telah tidak dimiliki lagi oleh bangsa ular.

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h i Murphy, J.C., H.K. Voris, & M. Auliya. 2005 . A new species of Homalophis (Serpentes: Colubridae: Homalopsinae) from the Kapuas river system, West Kalimantan, Indonesia. The Raffles Bulletin of Zoology 53(2): 271-5 (31 Dec 2005). Diakses pada 05/7/2006.
  2. ^ a b Murphy, J.C. & H.K. Voris. 2014. A Checklist and Key to the Homalopsid Snakes (Reptilia, Squamata, Serpentes), with the Description of New Genera. Fieldiana: Life and Earth Sciences (8): 23.


Pranala luar