Painan, IV Jurai, Pesisir Selatan

ibu kota Kabupaten Pesisir Selatan, Indonesia
Revisi sejak 1 April 2015 10.07 oleh Darangsc (bicara | kontrib) (Merapikan kesalahan ketik di sumber buku, dari "Suga" menjadi "Sugar")

Painan adalah sebuah kota kecil yang menjadi ibu kota dari kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini masuk ke dalam wilayah Kecamatan IV Jurai yang dapat diakses melalui Jalan Raya Lintas Sumatera bagian Barat.

Painan
Pemandangan Painan dari ketinggian
Pemandangan Painan dari ketinggian
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Barat
KabupatenPesisir Selatan
KecamatanIV Jurai
Kode area telepon+62 756

Sejarah

Tidak ada data yang pasti siapa yang memberi nama kota ini Painan. Namun menurut masyarakat setempat, nama Painan berasal dari kata paik nian dalam bahasa Minang yang berarti "pahit sekali". Kata paik nian sendiri diperkirakan berasal dari ucapan masyarakat pendatang yang merasakan pahitnya kehidupan di daerah Painan.

Surau yang merupakan lembaga pendidikan agama di Minangkabau didirikan di Painan pada tahun 1523.

Perjanjian Painan yang diprakarsai oleh Groenewegen pada tahun 1663 telah membuka pintu bagi Belanda untuk mendirikan kantor perwakilan mereka di kota Padang, selain di Tiku dan Pariaman. Namun keinginan Belanda ini ditolak oleh penguasa kota Padang sehingga mereka memutuskan untuk mendirikan kantor di Painan tepatnya di Pulau Cingkuk, di mana sejak saat itu pulau tersebut sempat jaya sebagai pelabuhan kapal internasional. Dalam Perjanjian Painan juga disebutkan mengenai keharusan para pemimpin adat di pesisir Sumatra Barat untuk menyuplai lada bagi para pedagang Belanda. [1]

Geografi

Painan diapit oleh dua aliran sungai yaitu Sungai Batang Pinang Gadang dan Sungai Batang Pinang Ketek. Sungai ini berasal dari Timbulun yang mempunyai air terjun sebanyak tujuh tingkat. Melalui Timbulun ini kota Painan dapat dilalui ke Alahan Panjang. Aliran sungai ini bermuara ke pantai Carocok dan pantai Muaro Painan. Dan keduanya menuju ke Teluk Painan yang sangat tenang karena diapit juga oleh Bukit Langkisau dan Pincuran Boga. Nama Langkisau diambil dari gerakan angin yang berkisar di antara dua bukit yang mengapit kota Painan.

Di Teluk Painan terdapat sebuah pulau bernama Batu Kereta, yang apabila pasang surut akan menyatu dengan daratan Painan. Pulau tersebut dinamaan Pulau Batu Kereta karena konon di puncaknya terdapat sebuah batu yang mirip sepeda ("kereta" dalam bahasa setempat). Berjarak sekitar 800 meter dari Pulau Batu Kereta terdapat sebuah pulau kecil bernama Pulau Cingkuk, yang hanya dihuni oleh seorang penjaga. Di pulau ini terdapat sisa-sisa sebuah benteng peninggalan Belanda. Selain sering digunakan sebagai tempat memancing, pulau ini juga menjadi obyek wisata favorit bagi turis.

Agak jauh dari Pulau Cingkuk, sekitar 30 menit menggunakan speedboat, terdapat pulau Aur kecil dan Pulau Aur besar. Sayang, Pulau Aur besar tidak bisa dikunjungi, karena konon katanya di pulau ini berdiam sekelompok kera ganas. Sekitar 30 menit naik speedboat dari Pulau Aur terdapat Pulau Penyu. Di pulau ini terdapat penangkaran penyu dan juga tempat penyu bertelur. Di Pulau ini pula terdapat benteng Portugis.

Pembagian Administrasi

Terdapat 4 kelurahan di Painan yaitu, Painan Timur, Painan Selatan, Painan Utara dan Sungai Nipah

Objek wisata

 
Pantai Painan pada tahun 1930-an
 
Olahraga Paralayang dilihat dari Bukit Langkisau
  1. Panorama Bukit Teluk Kabung.
  2. Taratak Sungai Lundang
  3. Kawasan Wisata Mandeh
  4. Pantai Batu Kalang dan Teluk Sikulo
  5. Jembatan Akar
  6. Air Terjun Bayang Sani (Welkum, bekas pemandian zaman Belanda)
  7. Air Terjun Lumpo
  8. Panorama Selayang Pandang
  9. Bukit Langkisau (tempat wisata dan olahraga paralayang)
  10. Pantai Carocok (Painan)
  11. Air Terjun Timbulun Painan
  12. Salido Kecil (bekas pertambangan emas zaman Hindia Belanda)
  13. Pantai Sungai Nipah
  14. Pulau Cingkuk (terdapat benteng Portugis)
  15. Ikan Larangan Talawi
  16. Pulau Kerabak
  17. Pulau Penyu
  18. Pantai Teluk Kasai
  19. Panorama Nyiur Melambai

Referensi

  1. ^ Bulbeck, David (1998). Southeast Asian Exports Since the 14th Century: Cloves, Pepper, Coffee and Sugar. Singapore: ISEAS. hlm. 81–82. ISBN 9789813055674. 

Pranala Luar