Chris John

Petinju asal Indonesia
Revisi sejak 21 Agustus 2007 12.38 oleh Hayabusa future (bicara | kontrib) (formatting dll)
Artikel ini membahas tentang petinju asal Indonesia. Untuk politikus asal Amerika Serikat, silakan lihat Christopher Charles John

Yohannes Christian John, atau lebih dikenal sebagai Chris John (lahir di Jakarta, 14 September 1979) adalah seorang petinju Indonesia. Ia tercatat sebagai petinju Indonesia ketiga yang berhasil meraih gelar juara dunia, setelah Ellyas Pical dan Nico Thomas.

Chris John
Chris John (kanan) vs. Juan Manuel Marquez, photo by Jeffrey Pamungkas
Chris John (kanan) vs. Juan Manuel Marquez, photo by Jeffrey Pamungkas
Nama ring Chris John
Nama julukan The Dragon
Nama lahir Yohannes Christian John
Tempat, tanggal lahir Jakarta, 14 September 1979
Istri Anna Maria Megawati
Nama Anak Maria Luna Ferisha
Pelatih Craig Christian
Sasana Harrys Gym, Perth, Australia
Debut tinju pro 6 April 1998: Menang angka 6 ronde atas Firman Kanda di Tangerang
Gelar dunia 26 September 2003 saat menang angka 12 ronde atas Oscar Leon (Kolombia), di Denpasar, Bali - merebut gelar juara sementara (interim) WBA kelas bulu, selanjutnya gelar interim tersebut dinaikkan statusnya menjadi juara definitif menyusul kekalahan juara bertahan Derrick Gainer dari Juan Manuel Marquez.
Rekor bertanding 40 menang (21 KO/TKO), 1 seri, 0 kalah (19 Agustus 2007)

Masa kecil

Chris John merupakan putra kedua dari empat bersaudara dari pasangan Johan Tjahjadi (alias Tjia Foek Sem) dan Maria Warsini. Ia dan keluarganya kemudian hijrah dari Jakarta ke Banjarnegara, Jawa Tengah. Ayah Chris John, Johan Tjahjadi yang mantan petinju amatir, melatih Chris John dan adiknya Adrian sejak mereka masih berusia dini, sekitar usia 5 tahun. Setelah bertanding dalam beberapa kejuaraan amatir di Banjarnegara, Chris John kemudian direkrut oleh pelatih tinju kenamaan, Sutan Rambing, di Semarang.

Awal karir

Chris John kemudian terjun ke dunia tinju profesional pada tahun 1998 dalam debut melawan Firman Kanda. Saat itu Chris John menang angka dalam pertandingan 6 ronde. Namanya kemudian melesat bagai meteor saat dia berhasil mengkanvaskan petinju idola saat itu, Muhammad Alfaridzi, dalam pertandingan menegangkan selama 12 ronde. Chris John sempat terkena knockdown dua kali di ronde pertama, tapi dia berhasil membalikkan situasi dengan memukul KO Alfaridzi pada ronde ke-12, sekaligus merebut gelar juara nasional kelas bulu. Menurut pengakuan Chris John, kondisinya sangat buruk saat itu, dan dia mengalami pendarahan pada hidung karena tulang hidungnya patah.

Setelah beberapa kali bertanding dalam perebutan gelar nasional, Chris John berhasil menundukkan rekan senegaranya Soleh Sundava pada tahun 2001 untuk merebut gelar PABA kelas bulu.

Juara dunia

Kesempatan emas bagi Chris John dan bangsa Indonesia tiba saat Chris John berkesempatan menantang Oscar Leon dari Kolombia pada 26 September 2003 di Bali. Chris John menang angka tipis (split decision) dalam pertandingan 12 ronde tersebut, dan dinyatakan berhak menyandang gelar juara dunia WBA sementara (interim title). Tak lama, WBA "menghibahkan" gelar juara definitif (bukan lagi gelar interim) kepada Chris John, saat sang juara bertahan Derrick Gainer dari Amerika Serikat kalah angka dari Juan Manuel Marquez (Meksiko, juara IBF).

Meskipun demikian, gelar tersebut hanya dipandang sebelah mata oleh pers Indonesia, dan Chris John dianggap sebagai juara di atas kertas belaka. Namun semua pandangan miring itu terhapus saat dengan perkasa Chris John mengalahkan lawannya Osamu Sato (Jepang) di Ariake Colliseum, Tokyo, Jepang, pada 4 Juni 2004. Chris John menang angka mutlak atas lawannya yang didukung oleh suporter tuan rumah. Dengan kemenangan itu, selain mendapat pengakuan di Indonesia, Chris John juga menjadi sangat populer di Jepang. Saat turun dari tangga pesawat, seluruh pilot dan awak pesawat Garuda Indonesia memberi hormat ala militer kepada Chris John dan tim.

Pada 3 Desember 2004, Chris John berhasil mempertahankan gelar melawan petinju kidal Jose Cheo Rojas (Venezuela) di Tenggarong, Kutai Kartanegara melalui pertarungan berdarah akibat benturan kepala pada ronde 4. Pertarungan itu dihentikan oleh wasit dan dinyatakan hasilnya seri atau technical draw.

Sayang, setelah pertandingan ini, Chris John terpaksa harus memutuskan kontrak dengan pelatih Sutan Rambing karena ketidaksepakatan masalah pembagian hasil pertandingan. Selanjutnya, Chris John dilatih oleh Craig Christian dari Harry's Gym, Perth Australia. Berbulan-bulan pertikaian Chris John dan Sutan Rambing terus berlanjut dan semakin memanas serta sempat berlanjut ke meja hijau, namun akhirnya masalah ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan.

22 April 2005, Chris John wajib meladeni sang mantan jawara kelas bulu WBA, Derrick Gainer, yang sangat berambisi merampas kembali gelarnya yang hilang. Di tengah pesimisme publik tinju di tanah air karena ini adalah debut Chris John setelah ditangani tim pelatih baru, Chris John mampu tampil luar biasa, dan berhasil mempecundangi sang mantan juara tersebut lewat kemenangan angka mutlak 12 ronde.

Setelah menang TKO ronde 10 melawan Tommy Browne di Australia, kali ini Chris John harus bertanding melawan raja kelas bulu WBA dan IBF yang sangat ditakuti karena ketajaman pukulannya, yakni Juan Manuel Marquez dari Meksiko. Lewat negosiasi yang alot, akhirnya Marquez yang merupakan salah satu petinju terbaik Meksiko (dan dunia) saat itu, bersedia meladeni Chris John di Indonesia. Promotor Muhammad Arsyad memboyong hak pertandingan Chris John vs JM Marquez ke Tenggarong, Kalimantan Timur.

Dalam pertandingan yang sangat menarik dan penuh dengan adu teknik dan skill tingkat tinggi, Chris John akhirnya mampu menundukkan petinju dari Meksiko yang dikenal dengan pukulan kerasnya tersebut dengan kemenangan angka mutlak. Pukulan satu dua Chris John berhasil mendarat lebih cepat dari sergapan buas Marquez. Menjelang pertandingan melawan Marquez ini, Chris John memproklamirkan julukan barunya sebagai "The Dragon" alias "Sang Naga" menggantikan julukan lamanya "The Indonesian Thin Man", karena sebagai pemuda keturunan Tionghoa, Chris John mempercayai bahwa binatang naga selalu membawa keberuntungan dalam hidup.

Pada tanggal 3 Maret 2007 Sang Naga berhasil menuntaskan rasa penasarannya atas satu-satunya lawan yang berhasil menahan seri, yakni Jose Cheo Rojas. Dalam suatu pertandingan seru, Chris John berhasil menang angka mutlak atas Rojas di Stadion Tenis Indoor, Jakarta. Sempat terjadi kekisruhan mengenai keterlambatan pembayaran honor dari promotor Albert Reinhard Papilaya, namun semua masalah akhirnya bisa diselesaikan dengan baik.

Tangal 19 Agustus 2007 Chris John kembali mempertahankan gelarnya. Bertanding di Pulau Rokko, Kobe, Jepang Chris John tidak menemukan kesulitan berarti untuk mengalahkan penantangnya, Zaiki Takemoto dengan TKO di awal ronde kesepuluh. Zaiki Takemoto adalah penantang peringkat 8 kelas bulu WBA, yang merupakan petinju keturunan Korea kelahiran Kobe.

Keluarga

Chris John menikah dengan Anna Maria Megawati pada tahun 2005, dan telah dikaruniai seorang putri bernama Maria Luna Ferisha.

Selain atlet tinju, Chris John juga sempat dikenal sebagai atlet nasional wu-shu. Keberhasilan Chris di dunia tinju, membawanya ke profesi sampingan, antara lain bintang iklan untuk berbagai produk dan komentator tinju di televisi.

Karier di luar ring

Sebagai bintang iklan

  • Extra Joss - (Minuman berenergi) - TV dan non TV (kontrak sudah selesai)
  • Kuku Bima Ener-G - (Minuman berenergi) - TV dan non TV
  • Iklan Kampanye anti HIV - TV
  • Fire Power - zat aditif untuk kendaraan (perusahaan Australia) - non TV

Lain-lain

  • Sebagai motivator untuk para karyawan dan agen asuransi Prudential
  • Bekerjasama dengan designer Samuel Wattimena yang senantiasa menyediakan pakaian sehari-hari untuk Chris John.
  • Bekerjasama dengan pakar motivasi Andrie Wongso

Kutipan

  • "Orang hanya mengenal saya seperti sekarang ini; sukses, terkenal, dan memiliki banyak uang. Tapi kebanyakan dari mereka tidak tahu bagaimana saya berjuang, sejak kecil digembleng ayah saya berlatih tinju dan saya hampir tidak mempunyai waktu bermain seperti anak sebaya saya."
  • "Saat debut tinju dalam kejuaraan tinju amatir di Banjarnegara, saya begitu grogi, sehingga saat memukul, saya memejamkan mata sambil memukul, dan rupanya banyak yang kena, sehingga saya dinyatakan menang angka."
  • "Biarlah orang lain menganggap gelar juara saya sekedar juara di atas kertas (paper champion) dll, tapi saya akan buktikan bahwa saya bukan seorang paper champion."

Pranala luar