Pemasaran Neuro ( bahasa Inggris : "Neuromarketing" ) adalah disiplin ilmu populer yang menggabungkan neuroscience, psikologi dalam ilmu riset pemasaran. Neuromarketing mempelajari pengaruh strategi pemasaran dan periklanan secara fisiologi terhadap otak manusia, dengan menggunakan metode pencitraan otak seperti functional magnetic resonance imaging (fMRI) dan electroencephalography (EEG) untuk melakukan pengukuran.

Pengenalan Neuromarketing

Disiplin ilmu Neuromarketing telah berkembang sejak awal 1990an terutama di Harvard University. Namun istilah Neuromarketing dikenalkan pada tahun 2002 oleh Prof. Dr. Ir. Ale Smidts dari Erasmus Research Institute of Management. Usaha para ilmuwan yang menyadari bahwa hampir 90% otak kita berada dalam zona bawah sadar, dan bagaimana kita memproses informasi dan membuat keputusan berdasarkan zona alam bawah sadar kita menjadi bahan penelitian yang menarik sekaligus menantang bagai para ilmuwan untuk mencari tahu bagaimana memanipulasi informasi bawah sadar manusia, terutama bila dimanfaatkan untuk aktifitas periklanan. Bayangkan bila kita mampu membuat sebuah iklan yang pasti 100% pasti akan membuat konsumen yang melihatnya membeli produk kita.

Dasar dari Neuromarketing adalah "schema" yang telah tersimpan dalam ingatan kita. Seperti bau roti yang mengingatkan kita pada toko roti di kampung halaman, ataupun aroma bunga mawar yang mengingatkan kita pada seseorang. semua ingatan tersebut sangatlah unik pada setiap individu, dan dengan mempelajari bagaimana manusia menyimpan ingatan tersebut dan bagaimana manusia tertarik kembali dengan ingatan tersebut bukanlah lagi sekedar pekerjaan rumah psikolog maupun para ahli otak ( bahasa Inggris : "Neuroscientist" ), namun kini menjadi tantangan para pemasar untuk menciptakan konsep periklanan dan kegiatan pemasaran yang sesuai dengan cara bekerja otak manusia.

Peralatan dalam Neuromarketing

Untuk menangkap seluruh reaksi psikologis dan juga mengukur perubahan fisiologi manusia, neuromarketing menggunakan beberapa macam peralatan dibawah ini :

  • functional magnetic resonance imaging (fMRI) dan electroencephalography (EEG)

Peralatan yang digunakan untuk mengukur aktifitas otak, dan menarik kesimpulan reaksi manusia melalui tingkat aktifitas otak yang berbeda - beda pada zona fungsi otak manusia.

  • Eye Tracking

Peralatan yang digunakan untuk mengukur aktifitas pergerakan mata manusia. untuk mengukur dengan tepat area penglihatan dan tingkat atensi ( perhatian ).

  • Facial Electromyography (fEMG ) dan Galvanic Skin Response (GSR)

Peralatan untuk mengukur ekspresi melalui perubahan kecil pada otot muka manusia, untuk mengetahui emosi yang ditunjukan seseorang.

Peralatan yang digunakan untuk mendeteksi setiap pergerakan jari manusia, terutama untuk penelitian cara mengetik dan mengoperasikan alat tertentu.

Contoh Penerapan Neuromarketing

Coke vs Pepsi (2004)

Dalam sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2004 di Neuron, 67 orang telah otak mereka di-scan dengan fMRI saat diberi "Pepsi Challenge", tes buta rasa Coca-Cola dan Pepsi. Setengah subyek memilih Pepsi, Pepsi karena cenderung menghasilkan respon kuat dari Coke di korteks prefrontal ventromedial otak mereka, daerah berpikir untuk memproses perasaan reward. Tapi ketika subjek diberitahu mereka minum Coke tiga perempat mengatakan bahwa Coke terasa lebih baik. Aktivitas otak mereka juga telah berubah. Korteks prefrontal lateral, daerah otak yang ilmuwan mengatakan mengatur tingkat tinggi kekuatan kognitif, dan hippocampus, area yang berhubungan dengan memori, yang sekarang digunakan, menunjukkan bahwa konsumen berpikir tentang Coke dan menghubungkannya dengan kenangan dan lainnya tayangan. Hasil menunjukkan bahwa Pepsi harus memiliki setengah pangsa pasar, namun pada kenyataannya konsumen membeli Coke karena alasan terkait kurang preferensi selera mereka dan lebih pengalaman mereka dengan merek Coke.

Asosiasi Neuromarketing