Anis Malik Thoha

peneliti dan pengkaji studi Islam di Indonesia

Anis Malik Thoha lahir dari keluarga santri di Pati, Jawa Tengah. Ayahnya, H Ahmad Thoha, seorang tokoh agama dan memiliki hubungan kekerabatan dengan para kiai di kawasan Pati dan Kudus. Oi antaranya dengan KH Sahal Mahfudz, kini Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Sejak kecil,Anis dikenal sebagai santri cerdas. la menyelesaikan Madrasah Ibtidaiyah sampai Aliyah di Pesantren Mathali'ul Falah Pati. Lulus tingkat Madrasah Aliyah, ia mencoba ikut tes ke Universitas Islam Madinah. Oari ribuan peserta tes, Anis termasuk belasan yang diterima.

Lulus dari Madinah,Anis melanjutkan S2 di Jurusan Studi Islam Universitas Punjab Pakistan.Tak cukup dengan itu, ia juga kuliah S-2 di Jurusan Perbandingan Agama Universitas Islam Internasional Islamabad (IIUI). Pada universitas yang disebut terakhir,Anis menyelesaikan gelar doktornya. Anis dikenal sebagai cendekiawan Muslim yang kritis terhadap Barat. Ini berbeda dengan kalangan pengasong ide pluralisme agama yang justru sering terkagum-kagum.

Di mata Anis, Barat telah menggunakan segala cara untuk menguasai dunia Islam. Sebagaicontoh,pandangannyaterhadap tokoh liberal Nasr Hamid Abu Zayd-yang banyak dikagumi kalangan liberal di Indonesia. Buku Nasr Hamid yang berjudul Naqd al-Khitab al-Diiniy dinilainya banyak didominasi pola pikir sekularisme. Ketika ramai istilah "terorisme", Anis pun bersikap tegas. Ketika menjadi pembicara dalam seminar internasional bertema "Islam: Religion of Peace, Progress and Harmony" di Bangladesh beberapa waktu lalu, ia mengatakan bahwa Barat (Amerika Serikat) menggunakan kata "terrorism" sebagai senjata politik untuk menguasai dunia Islam.

Menurut Anis, kaum Muslimin harus memiliki media massa yang kuat untuk meng-counter propaganda semacam itu. Juga harus memiliki ahli teknologi, ekonomi dan matematika yang andal sehingga mampu menghadapi tantangan dunia ke depan. Ini juga selalu ia katakan pada seminar-seminar internasional lainnya. Selain dikenal sebagai ahli perbandingan agama,Anis juga diakui sebagai ilmuwan yang punya kapasitas dalam bidang filsafat Islam. Buktinya, ia pernah ditunjuk mewakili IIUM di Muktamar Internasional Filsafat Islam ke9 bertema "Manahij al-Ulum al-/slamiyah baina al- Taqlid wa al- rajdid" (Metodologi IImu-lImu Islam antara Taklid dan Tajdid) yang disponsori oleh Kuliah Oarul Ulum Universitas Kairo, Mesir, beberapa tahun lalu.

Biasanya, setelah mengikuti acara-acara internasional, para mahasiswa Indonesia di lokasi tersebut mengundangnya untuk berdiskusi. ltulah sebabnya Anis sering keliling di berbagai kawasan, misalnya Mesir, Yordania, Pakistan, dan lain-lain.

Penyelenggara dan peserta forum diskusi itu berasal dari latar belakang beragam, termasuk kalangan liberal yang kerap jadi "sasaran tembak" Anis. "Biasanya saat DR Anis mengisi, kelompok liberal ini diam saja, tidak berani membantah. Tapi setelah beliau pulang, mereka baru nggrundel (ribut) di belakang," kata Mustafa, mahasiswa asal Gresik Jatim) yang kini sedang menyelesaikan S-2 di Malaysia.

Ayah empat anak ini juga sering menulis di jurnal luar negeri, baik berbahasa Arab maupun Inggris. Namun ia mengaku tidak sempat menulis makalah dalam bahasa Indonesia. Eh, rupanya ada beberapa jurnal yang sampai saat ini belum bisa menerima tulisannya."Jurnal tersebut memang dikelola oleh pemikir-pemikir Barat yang tidak setuju dengan pemikiran saya," jelas Khatib 'Aam Syuriah NU Cabang Istimewa Malaysia ini sambi tersenyum.

Anis dikenal jago dalam Bahasa Arab dan Inggris. "Ini yang membedakannya dengan kiai atau ulama NU lainnya;' kata KH Abdul Halim, Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Pasuruan, Jatim. Ketika Suara Hidayatullah bertandang ke rumahnya, Anis berbicara dengan anak-anaknya memakai bahasa Inggris. Menurut putra dari Hj Maemunah ini, ia sengaja dalam keseharian berbicara dalam bahasa Inggris di keluarga agar kelak anak-anaknya juga bisa menguasai bahasa Inggris dengan baik.

"Anak-anak juga kami sekolahkan di lembaga pendidikan internasional yang kebetulan satu kompleks dengan kampus saya," terang suami Zumrotus Sa'adah ini.* Bahrul/Suara Hidayatullah

_______________________________________________________

Nama : Anis Malik Thoha

Lahir : Demak,31 Desember 1964

Pekerjaan :

Assistant Professor di Department of Ushuluddin and Comparative Religion, Kulliyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences, International Islamic University Malaysia (IIUM)

Pendidikan :

- S1 (Dakwah dan UShuluddin), Universitas Islam Madinah, KSA, 1988

- S2 (Islamic Studies), University of the Punjab, Pakistan, 1992

- S2 (Comparative Religion), International Islamic University Islamabad (IIUI), Pakistan, 1994

- S3 (Comparative Religion), International Islamic University Islamabad (IIUI), Pakistan 2001. Disertasi berjudul Ittijahat al-Ta'addudiyyah al-Diniyyah wa al-Mawqif al-Islami minha

Keluarga :

Menikah dan diamanahi 4 orang anak

Award :

Gold Medal (medali emas) dari IIUI, pada tanggal 12 Maret 2005, sebagai lulusan Ph.D terbaik.

________________________________________________________

Sumber : http://insists.multiply.com/