Calabai
Calabai merupakan sebutan bagi laki-laki yang berpenampilan seperti layaknya perempuan dalam budaya bugis, Provinsi Sulawesi Selatan.[1] Masyarakat Suku Bugis dikenal memiliki lebih dari dua gender, yakni pembagian gender selain laku-laki dan perempuan.[2] salah satunya adalah Calabai, yaitu berperilaku layaknya seorang perempuan.[2] masyarakat umum biasa menyebut dengan istiliah wadam (Singkatan dari Wanita Adam).[2] selain Calabai, masyarakat Bugis juga mengenal kaum perempuan yang berperilaku menyerupai laki-laki yang disebut sebagai Calalai, serta pendeta bugis yang sebetulnya laki-laki tetapi berpenampilan seperti perempuan yang dikenal dengan sebagai Bissu.[2]
Pembagian Gender Suku Bugis
Suku Bugis di Sulawesi Selatan membagi masyarakat mereka menjadi 5 jenis kelamin yang terpisah:[3]
urane, artinya pria atau lelaki, biasanya jenis kelamin ini dituntut harus maskulin dan mampu menjalin hubungan dengan perempuan.[4]
Makkunrai, artinya wanita atau perempuan.[4] Makkunrai kerap kali dituntut untuk menjadi feminin, jatuh cinta dan bersedia menikah dengan lelaki, mempunyai anak dan mengurusnya serta wajib melayani suami.[4]
Calalai sebagai gender ketiga yang diakui dalam kebudayaan Bugis.[5] Calalai ini perempuan yang berpenampilan seperti layaknya laki-laki, Calalai biasa juga disebut perempuan maskulin atau tomboy.[5] Calalai ini mengacu pada orang yang ditugaskan sebagai perempuan saat lahir tetapi mengambil peran laki-laki dalam masyarakat Bugis.[5]
Calabai merupakan salahsatu dari 5 jenis kelamin dalam kebudayaan Bugis. Calabai adalah laki-laki yang berpenampilan seperti layaknya perempuan. Menurut sistem gender Bugis, calabai adalah 'wanita palsu'. Oleh karena itu, orang-orang ini umumnya laki-laki secara fisik tapi mengambil peran seorang perempuan. Mode dan ekspresi gender seorang calabai jelas feminin, tetapi tidak cocok dengan "khas" gender wanita.
Bissu, sebagai gender kelima berbeda dengan 4 gender yang lain. Mereka adalah golongan yang disebut ‘bukan lelaki bukan pula perempuan’. Bissu atau kelompok orang orang mistik, dalam budaya Bugis mereka memiliki posisi yang sangat penting. Bissu memiliki dua elemen gender manusia yakni laki-laki dan perempuan.[6] Artinya, bissu diperankan oleh laki-laki yang memiliki sifat perempuan.[6] Mereka akan berpenampilan layaknya perempuan dengan pakaian dan tata rias feminin, namun tetap memakai atribut maskulin.[6]
Klasifikasi Calabai
Menurut Halilintar Latief (2004), konsep calabai dalam masyarakat Bugis, diklasifikasikan dalam beberapa jenis. Umumnya, ada tiga klasifikasi calabai, di antaranya:[1]
- Calabai tungke’na lino; calabai inilah yang memiliki derajat paling tinggi dan berhak menyandang gelar bissu, namun tidak menutup peluang calabai lain bilamana mendapat petunjuk dari dewata.[1]
- Paccalabai; dalam masyarakat Bugis, golongan ini merupakan golongan bali-balla’ atau dapat berhubungan dengan laki-laki maupun perempuan.[1]
- Calabai kedo-kedonami; Jenis ini dalam konsep calabai Bugis, merupakan golongan terendah.[1] Artinya, hanya gaya dan pakaiannya saja yang bermodel calabai, namun secara fitrawi, mereka sesungguhnya adalah lelaki tulen.[1]
Referensi
- ^ a b c d e f bissu sebagai gender ketiga masyarakat diakses 14 April 2015
- ^ a b c d Calabai diakses 14 April 2015
- ^ gender dalam kebudayaan bugis diakses 14 april 2015
- ^ a b c Menyoal bissu sebagai gender kelima diakses 14 April 2015
- ^ a b c gender kelima sulawesi diakses 14 April 2015
- ^ a b c bissu pendeta agama bugis kuno yang kian terpinggirkan diakses 14 April 2015