SMA Katolik Cor Jesu Malang

sekolah menengah atas di Kota Malang, Jawa Timur
Revisi sejak 21 April 2015 05.16 oleh Alexrandika (bicara | kontrib) (sejarah sekolah)


SMA Katolik Cor Jesu Malang adalah Sekolah Menengah Atas Katolik yang berlokasi di Kota Malang. Sekolah yang bertempat di Jl.Jaksa Agung Suprapto 55 (dahulu lebih dikenal dengan Jl. Celaket) ini didirikan oleh para biarawati Ursulin pada tanggal 15 Juli 1951. Awalnya SMAK Cor Jesu hanya menerima siswa putri Bagian A (Bahasa) dan Bagian B (Ilmu Pasti). Sekolah ini memiliki ciri khas arsitektur kolonial yang masih bagus dan terawat.

Sekolah Menengah Atas Katolik Cor Jesu
Cor Jesu Catholic High School
Center
Informasi
Didirikan15 Juli 1951
JenisSekolah Katolik
AkreditasiA
Kepala SekolahSr. Dionysia Kartika, OSU, M.Pd
Jumlah kelasX, XI Bahasa, XI IPA, XI IPS, XII Bahasa, XII IPA, XII IPS
Jurusan atau peminatanIPA, IPS dan Bahasa
KurikulumKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
StatusSwasta
Alamat
LokasiJl. Jaksa Agung Suprapto 55, Malang, Jawa Timur, Indonesia
Tel./Faks.(0341) 362329
Situs webwww.smakcorjesu.org
Moto
MotoSERVIAM (Saya Mau Mengabdi)

 Sejarah

Karya suster Ursulin di Malang diawali dengan kehadiran tiga orang suster Ursulin pertama kali di Malang pada tanggal  6  Februari  1930.  Ketiga orang suster tersebut adalah : Sr. Xavier Smets, Sr. Aldegonde Flekcen, Sr. Martha Bierings. Mereka menempati  biara yang terletak di Jalan Celaket dan memulai karya dengan membuka TK pada tanggal 1 Maret 1900. 

Kedatangan  ketiga suster tersebut diumpamakan oleh Rm. Jonckbloet,SJ  seperti pohon kecil yang baru ditanam. Dengan berkat Tuhan maka pohon itu akan bertumbuh menjadi besar dan membawa berkah untuk banyak orang. Karya yang dimulai dengan TK lalu berkembang dengan dibukanya SD dan asrama pada 1 Mei 1900 lalu Sekolah Pendidikan Guru ”Santo Agustinus”  pada tanggal 21 Juli 1903.  Tetapi ketika Jepang menjajah Indonesia, Suster Ursulin diperintahkan untuk menutup semua sekolah yang mereka kelola, termasuk Sekolah Pendidikan Guru ”Santo Agustinus” bahkan  beberapa suster harus masuk kamp tawanan. Biara di Celaket dikuasai oleh Jepang. Tetapi dalam keadaan sulit seperti itu, kerasulan tetap dijalankan. 

Setelah Jepang berhasil diusir pergi oleh tentara Belanda, sekolah dan asrama mulai dibuka lagi. Tetapi  keadaan tetap sulit pada waktu itu apalagi ada perintah untuk membumihanguskan bangunan besar yang mungkin berguna bagi NICA. Para suster dan anak-anak hidup dalam ketegangan dan ketakutan. Ketegangan memuncak pada tanggal 30 Juli 1947 ketika sekelompok pemuda menyerbu ke biara dan membakar  gedung sekolah serta asrama.  Gedung yang begitu indah dan megah hancur akibat ganasnya si jago merah. Para suster  harus berjuang keras untuk memperbaiki gedung yang rusak sebagai akibat dari perang.  Pembangunan kembali gedung yang dibakar akhirnya dilakukan pada tahun 1951. 

Sebagai pengganti SPG “Santo Agustinus” yang tidak dibuka lagi maka pada tanggal 15 Juli 1951 dibukalah SMAK Cor Jesu, Bagian A (Bahasa) dan Bagian B (Ilmu Pasti) dan  hanya menerima siswa putri. Masalah besar yang dihadapi saat itu adalah tidak ada tempat untuk kelas karena  pembangunan gedung yang dibakar belum selesai. Oleh sebab itu, tempat sepeda pun sempat dipakai untuk kelas SMA. Karena belum memenuhi persyaratan  untuk menyelenggarakan ujian sendiri maka untuk sementara SMAK Cor Jesu bernaung di bawah SMTK  (Sekolah Menengah Tinggi Katolik)St. Albertus sehingga dikenal pula sebagai SMA Puteri St. Albertus. Pada saat itu, rapor dam ijazah ditanda-tangani oleh Kepala SMTK / SMA St.Albertus yang berdiri pada tahun 1946. 

Tahun 1954, SMAK Cor Jesu mengikuti ujian negeri untuk pertama kalinya. Dari Bagian A lulus 18 dari 20 siswa dan dari bagian B lulus 22 dari 30 siswa. Pada permulaan tahun pelajaran 1959/1960, SMAK  Cor Jesu membuka Bagian C. Dengan demikian SMA menjadi lengkap, sesuai dengan tuntutan pemerintah. Pada tanggal  1 Agustus 1960 SMAK Puteri Cor Jesu diperkenankan oleh Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan untuk berdiri sendiri, terpisah dari SMA St. Albertus.

 Tahun Pelajaran 1968/1969, SMAK Cor Jesu mulai menerima siswa putra, Murid putera yang diterima pada waktu itu berjumlah 55 orang. Berkat keras-keras para guru dan keluarga besar SMAK Cor Jesu serta doa dari para suster ursulin maka pada tahun 1984 status SMAK Cor Jesu meningkat dari status diakui menjadi status disamakan. 

 

Pranala luar