Roeslan Abdulgani
Roeslan Abdulgani (24 November 1914 – 29 Juni 2005) adalah negarawan dan politikus Indonesia yang merupakan Menteri Luar Negeri Indonesia pada tahun 1956-1957. Dia akrab dipanggil Cak Roes.
Roeslan Abdulgani | |
---|---|
[[Menteri Penerangan]] 15 | |
Masa jabatan 13 November 1963 – 27 Agustus 1964 | |
Presiden | Soekarno |
[[Menteri Luar Negeri]] 9 | |
Masa jabatan 24 Maret 1956 – 9 April 1957 | |
Presiden | Soekarno |
[[Rektor Universitas Pendidikan Indonesia]] 1 | |
Masa jabatan 2 Mei 1964 – 12 Juni 1966 | |
Presiden | Soekarno |
Pendahulu - | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Surabaya, Jawa Timur, Hindia Belanda | 24 November 1914
Meninggal | 29 Juni 2005 Jakarta, Indonesia | (umur 90)
Kebangsaan | Indonesia |
Profesi | Diplomat |
Sunting kotak info • L • B |
Riwayat Hidup
Roeslam Abdulgani lahir di Surabaya pada 24 November 1914. Saat remaja ia bergabung dengan Natipy, kepanduan yang berhaluan nasional. Ia juga menjadi anggota Jong Islamieten Bond serta Indonesia Muda. Waktu itu Indonesia Muda dianggap sebagai organisasi yang berbahaya oleh pemerintah Hindia Belanda. Setelah tamat dari HBS (setingkat sekolah lanjutan sekarang), Roeslan diterima di Openbare Europese Kweekschool, sekolah guru untuk orang Eropa, namum ia dikeluarkan karena ketahuan menjadi anggota Indonesia Muda. Ia juga pernah menjadi Ketua Pedoman Besar Indonesia Muda, setelah ketuanya yang lama, Sukarni menghilang karena dikejar-kejar Belanda. Dijaman penjajahan Jepang, ia memimpin gerakan Angkatan Muda, ia ikut merebut kekuasaan dari Jepang, saat Proklamasi Kemerdekaan.
Ketika pasukan sekutu mendarat di Surabaya, ia terlibat beberapa pertempuran dan sesudah 10 November 1945, ia terpaksa menyingkir ke Malang. Disana ia bekerja di Kementerian Penerangan, ia pun diangkat menjadi Seketaris Jenderal Kementerian Penerangan, yang waktu itu berkedudukan di Yogyakarta. Pada saat Agresi Militer ke-2, tanggal 19 Desember 1945, ia tertembak pada tangan kanan dan beberapa jari tangannya terpaksa dipotong [1]
Setelah penyerahan kedaulatan, ia ikut pindah ke Jakarta, kariernya terus menanjak, ia pernah menjadi Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri pada tahun 1954-1956. Setahun kemudian, dia menjadi Sekretaris Jenderal Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955. Setelah jabatan Menteri Luar Negeri pada Kabinet Ali Sastromidjojo II , ia menjadi Menteri Penerangan pada tahun 1962-1966, dan Wakil Perdana Menteri pada tahun 1966-1967. Setelah tampuk kepresidenan berganti dari Soekarno ke Soeharto, Roeslan dipercaya menjadi Duta Besar RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa (1967-1971) dan menjabat Ketua Tim Penasihat Presiden mengenai Pancasila selama 20 tahun sejak tahun 1978.
Roeslan juga mempunyai gelar Jenderal TNI Kehormatan Bintang Empat, Bintang Mahaputra. Semasa hidupnya, dia dikenal mempunyai hubungan yang dekat dengan Presiden Soeharto. Dari pernikahannya dengan Sihwati Nawangwulan, dia memperoleh lima anak.
Catatan kaki
- ^ Ensiklopedi Nasional Indonesia, Penerbit PT. Delta pamungkas, 2004
Pranala luar
- (Indonesia) Profil di tokohindonesia.com
- (Indonesia) "Cak Roes Menutup Mata", Liputan 6, 29 Juni 2005
- (Inggris) "'Cak' Roes: Bandung Conference mastermind", The Jakarta Post, 21 April 2005 (perlu pendaftaran)
Jabatan diplomatik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Lambertus Nicodemus Palar |
Duta Besar RI untuk PBB 1967 - 1971 |
Diteruskan oleh: Yoga Soegomo |
Jabatan politik | ||
Didahului oleh: Ida Anak Agung Gde Agung |
Menteri Luar Negeri Indonesia 1956 - 1957 |
Diteruskan oleh: Subandrio |
Didahului oleh: Mohammad Yamin |
Menteri Penerangan Indonesia 1963-1964 |
Diteruskan oleh: Achmadi |
Jabatan akademik | ||
Didahului oleh: - |
Rektor UPI 1964-1966 |
Diteruskan oleh: Achmad Sanusi |