Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
[http://www.dokumenpemudatqn.com/2012/05/apa-itu-tharikat-qadiriyah-wa.html#.U0OwMnYQ90s%7CTarekat Qoodiriyah Naqsabandiyah] atau [1] adalah perpaduan dari dua buah tharekat besar, yaitu Thariqah Qadiriyah dan Thariqah Naqsabandiyah. Pendiri tarekat baru ini adalah seorang Syekh Sufi besar yang saat itu menjadi Imam Masjid Al-Haram di Makkah al-Mukarramah, Syaikh Ahmad Khatib Ibn Abd.Ghaffar al-Sambasi al-Jawi (w.1878 M.). Dia adalah ulama besar nusantara yang tinggal sampai akhir hayatnya di Makkah. Syaikh Ahmad Khatib adalah mursyid Thariqah Qadiriyah.
Sebagai seorang mursyid yang kamil mukammil Syaikh Ahmad Khatib sebenarnya memiliki otoritas untuk membuat modifikasi tersendiri bagi thorekat yang dipimpinnya. Karena dalam tradisi Thariqoh Qadiriyah memang ada kebebasan untuk itu bagi yang telah mempunyai derajat mursyid. Karena pada masanya telah jelas ada pusat penyebaran Thariqah Naqsabandiyah di kota suci Makkah maupun di Madinah, maka sangat dimungkinkan dia mendapat bai'at dari tarekat tersebut. Kemudian dia menggabungkan inti ajaran kedua tarekat tersebut, yaitu Thariqoh Qadiriyah dan Thariqah Naqsabandiyah dan mengajarkannya kepada murid-muridnya, khususnya yang berasal dari Indonesia.
Penggabungan inti ajaran kedua tarekat tersebut adalah karena pertimbangan logis dan strategis. Kedua thorekat tersebut memiliki inti ajaran yang saling melengkapi, terutama jenis dan metode dzikirnya. Di samping keduanya memiliki kecenderungan yang sama, yaitu sama-sama menekankan pentingnya syari'at dan menentang faham Wihdatul Wujud, Thariqah Qadiriyah mengajarkan Dzikir Jahar Nafi Itsbat, sedangkan Thariqah Naqsabandiyah mengajarkan Dzikir Sirri Ism Dzat. Dengan penggabungan kedua jenis tersebut diharapkan para muridnya akan mencapai derajat kesufian yang lebih tinggi, dengan cara yang lebih mudah atau lebih efektif dan efisien. Dalam kitab Fath al-'Arifin, dinyatakan tarekat ini tidak hanya merupakan penggabungan dari dua thorekat tersebut. Tetapi merupakan penggabungan dan modifikasi ajaran inti dari lima tarekat, yaitu Tarekat Qadiriyah, Tarekat Anfasiyah, Junaidiyah, dan Tarekat Muwafaqah (Samaniyah). Karena yang diutamakan adalah ajaran Torekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah, maka tarekat tersebut diberi nama Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Disinyalir tharekat ini belum berkembang di kawasan lain (selain kawasan Asia Tenggara), meskipun secara personal para penganutnya sudah tersebar di hampir seluruh penjuru dunia.
Penamaan tarekat ini tidak terlepas dari sikap tawadlu' dan ta'dhim Syaikh Ahmad Khathib al-Sambasi terhadap pendiri kedua tarekat tersebut. Dia tidak menisbatkan nama tarekat itu kepada namanya. Padahal kalau melihat modifikasi ajaran yang ada dan tatacara ritual tarekat itu, sebenarnya layak kalau ia disebut dengan nama Tarekat Khathibiyah atau Sambasiyah, karena memang tarekat ini adalah hasil ijtihadnya.
Sebagai suatu mazhab dalam tasawuf, Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah memiliki ajaran yang diyakini kebenarannya, terutama dalam hal-hal kesufian. Beberapa ajaran inti dalam tarekat ini diyakini paling efektif dan efisien untuk menghantarkan pengamalnya kepada tujuan tertinggi yakni Allah swt. Ajaran sufistik dalam tarekat ini selalu berdasarkan pada Al-Qur'an, Al-Hadits, dan perkataan para 'ulama arifin dari kalangan Salafus shalihin.
Setidaknya ada empat ajaran pokok dalam tarekat ini, yaitu: tentang kesempurnaan suluk, adab (etika),dzikir, dan murakabah.
SILSILAH Tarekat Qoodiriyah Naqsyabandiyah
1. Robbul Arbaabi wa mu’tiqur-qoobi Allah S.w.t.
2. Sayyidunaa Jibril a.s.
3. Sayyidunaa Nabi Muhammad S.a.w.
4. Sayyidunaa ‘Alliyyu karrama ‘llohu wajhah. (Sayyidunaa Ali Bin Abi Thalib kw)
5. Sayyidunaa Hussain r.a.
6. Sayyidunaa Zainul ‘Aabidinn r.a.
7. Sayyidunaa Muhammadul Baaqir r.a.
8. Sayyidunaa Ja’farus Shoodiq r.a
9. Sayyidunaa Imam Muusa Alkaadhim r.a
10. Syeikh Abul Hasan ‘Alii bin Muusa r.a
11. Syeikh Ma’ruuful Kurkhi r.a.
12. Syeikh Sirris Saqothii r.a.
13. Syeikh Abul Qoosim Al-Junaedil Baghdaadii r.a.
14. Syeikh Abuu Bakrin Dilfis Syibli r.a.
15. Syeikh Abul Fadli Ao’abdul Waahid at Tamiimii r.a.
16. Syeikh Abdul Faroj at Thurthuusi r.a.
17. Syeikh Abul Hasan ‘Alii bin Yuusuf al Qirsyi al Hakaarii r.a.
18. Syeikh Abuu Sa’iid al Mubarok bin ‘Alii al Makhzuumii r.a
19. Syeikh ‘Abdul Qodir Al Jaelanii q.s.
20. Syeikh ‘Abdul ‘Aziiz r.a.
21. Syeikh Muhammad Al Hattak r.a.
22. Syeikh Syamsuddin r.a
23. Syeikh Syarofuddiin r.a.
24. Syeikh Nuuruddiin r.a
25. Syeikh Waliyuddiin r.a.
26. Syeikh Hisyaamuddiin r.a.
27. Syeikh Yahya r.a.
28. Syeikh Abuu Bakrin r.a.
29. Syeikh ‘Abdur rohiim r.a.
30. Syeikh ‘Utsman r.a.
31. Syeikh ‘Abdul Fattah r.a.
32. Syeikh Muhammad Murood r.a.
33. Syeikh Syamsuddiin r.a.
34. Syeikh Ahmad Khootib Syambaasi Ibnu ‘Abdul Ghoffaar r.a.
35. Syeikh Thalhah Kali Sapu Cirebon r.a.
36. Syeikh ‘Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad r.a (Abah Sepuh) Pendiri Pondok Pesantren Suryalaya
37. Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin r.a. (Abah Anom) Pimpinan Pondok Pesantren Suryalaya.
38. Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Al-Qodiry An-Naqsyabandy Al-Kamil (Abah Aos)