Sidoagung, Godean, Sleman
Sidoagung adalah desa di kecamatan Godean, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Pada mulanya Desa Sidoagung merupakan wilayah yang terdiri dari 2 (dua) Kelurahan, masing-masing adalah : Kelurahan Senuko dan Bendungan. Berdasarkan maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diterbitkan tahun 1946 mengenai Pemerintahan Kelurahan, maka kelurahan-kelurahan tersebut kemudian digabung menjadi 1 Desa yang otonom dengan nama Desa Sidoagung, yang kemudian secara resmi ditetapkan berdasarkan Maklumat Nomor 5 Tahun 1948 tentang Perubahan Daerah-Daerah Kelurahan.
Sidoagung | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Daerah Istimewa Yogyakarta | ||||
Kabupaten | Sleman | ||||
Kecamatan | Godean | ||||
Kode Kemendagri | 34.04.02.2004 | ||||
Luas | 301.21 Ha | ||||
Jumlah penduduk | 7.693 Jiwa, 2.220 KK | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Desa ini mengalami pertumbuhan pesat secara ekonomi sebagai akibat dari keberadaan Pasar Godean yang berlokasi di Desa Sidoagung. Desa Sidoagung secara topografi berupa tanah datar.
Monumen Perjuangan Geneng
Desa Sidoagung memiliki catatan sejarah perang kemerdekaan dengan terjadinya pertempuran antara Pasukan TNI dengan komandan Kapten Widodo (Jono) melawan Tentara Belanda pada tanggal 6 Mei 1949. Saat itu, Dusun Sentul diserang dengan mortir oleh Belanda dari Cebongan, tepatnya di sebelah barat kantor Kecamatan Mlati sekarang. Pada saat itu hari Jum’at Legi, pasar Godean baru hari pasaran, sehingga suasana pasar sangat ramai dan akibat serangan mortir jatuh banyak kurban luka-luka dan tewas. Latar belakang diserangnya Godean karena adanya pasukan gerilya yang bermarkas di dusun-dusun sekitar pasar Godean antara lain : Dusun Sentul Geneng, dusun Godean IV, dan dusun Senuko. Didirikan juga Dapur Umum di Rumah Karyotomo (Dusun Godean IV) dan Joyo Sudarmo (Dusun Jetis).
Setelah menyerang dengan mortir, Belanda kemudian mendatangi pasar Godean untuk mengecek dan menyisir hasil serangannya. Pasukan Kompi 151 TNI dan rakyat menghadang pasukan Belanda di dusun Senuko dan Sentul Geneng, sehingga terjadi pertempuran sengit. Penduduk dan pasukan yang gugur antara lain : Ahmad Zaini (TNI AD), Jae Sumantoro (TNI AU), Amir Patinama (Brimob), Sukirdjo, Sukirdjan, dan Goploh (Laskar Rakyat). Untuk menandai pertempuran tersebut dibangunlah sebuah monumen berbentuk Tugu yang dibagi menjadi tiga sisi, sisi bagian tengah dengan relief situasi pertempuran, sisi kanan dan kiri berisi tulisan puisi tentang perjuangan. Monumen berlokasi di Dusun Sentul Geneng.
Kepala Desa :
- Iwan Heru Nuryanto
- Sumarjono (2009-2014)
- Edy Utomo (2014-2020)
- Babinsa : Serma Bambang .H
- Babinkamtibmas : Aiptu Sardiman
Kode Pos :
55564
Batas Desa
- Utara : Desa Margoluwih, Seyegan
- Selatan : Desa Sidomulyo, Desa Sidoluhur
- Barat : Desa Sidoluhur
- Timur : Desa Sidokarto
Padukuhan di Sidoagung
No | Nama Padukuhan | Nama Dukuh | Nama Kampung & Perumahan |
---|---|---|---|
1 | Bendungan | Hardani | Bendungan, Dukuh, Jetis |
2 | Sentul | - | Sentul, Geneng |
3 | Gentingan | - | Gentingan, Mutihan |
4 | Godean | Subandri | Godean, Jetis |
5 | Jowah | - | Jowah, Senoboyo, Sembungan |
6 | Kramen | Edy Purwanto | Kramen, Kowanan, Buntalan |
7 | Senuko | - | Senuko, Perum Puri Satria |
8 | Genitem | Sugeng | Genitem, Tegal Bondalem |